Hingga 14 hari ke depan Bendungan Way Ela darurat
A
A
A
Sindonews.com - Kondisi pengungsi jebolnya Bendungan Way Ela, di tenda-tenda pengungsian kian memprihatinkan. Mereka terpaksa tidur hanya beralaskan terpal. Bahkan, disejumlah tenda tergenang becek air hujan. Para pengungsi mengeluhkan kurangnya selimut, makanan, pakaian, dan air bersih.
Menanggapi hal itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Samsul Maarif menyatakan, pihaknya akan menyiapkan segala kebutuhan warga pengungsi dengan menambah tenda darurat yang telah ada untuk menampung para pengungsi.
"Kami menetapkan 14 hari tanggap darurat yang sudah dimulai sejak Kamis 25 Juli 2013 hingga 14 hari ke depan," ujar Samsul, kepada wartawan, di lokasi bencana, Jumat (26/7/2013).
Lebih jauh, Syamsul mengatakan, pihaknya akan mengambil upaya relokasi warga, karena kondisi berbahaya dari bendungan Way Eli yang tidak aman.
"Meski separuh Negeri Lima rusak tersapu luapan air. Namun korban jiwa dapat diminimalis. Hingga kini, tiga warga masih dinyatakan hilang," pungkasnya.
Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, tampak di sejumlah tenda pengungsian, warga tidur hanya beralaskan terpal. Tidak adanya selimut, dan kurangnya makanan, serta pakaian kering layak pakai, membuat mereka sangat menderita akibat cuaca dingin.
Seorang pengungsi Ahmat mengaku pasrah, karena rumahnya telah tersapu banjir Bendungan Way Ela. Kini, dia hanya bisa berharap, pemerintah cepat menyalurkan bantuan bagi para pengungsi yang membutuhkan.
Menanggapi hal itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Samsul Maarif menyatakan, pihaknya akan menyiapkan segala kebutuhan warga pengungsi dengan menambah tenda darurat yang telah ada untuk menampung para pengungsi.
"Kami menetapkan 14 hari tanggap darurat yang sudah dimulai sejak Kamis 25 Juli 2013 hingga 14 hari ke depan," ujar Samsul, kepada wartawan, di lokasi bencana, Jumat (26/7/2013).
Lebih jauh, Syamsul mengatakan, pihaknya akan mengambil upaya relokasi warga, karena kondisi berbahaya dari bendungan Way Eli yang tidak aman.
"Meski separuh Negeri Lima rusak tersapu luapan air. Namun korban jiwa dapat diminimalis. Hingga kini, tiga warga masih dinyatakan hilang," pungkasnya.
Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, tampak di sejumlah tenda pengungsian, warga tidur hanya beralaskan terpal. Tidak adanya selimut, dan kurangnya makanan, serta pakaian kering layak pakai, membuat mereka sangat menderita akibat cuaca dingin.
Seorang pengungsi Ahmat mengaku pasrah, karena rumahnya telah tersapu banjir Bendungan Way Ela. Kini, dia hanya bisa berharap, pemerintah cepat menyalurkan bantuan bagi para pengungsi yang membutuhkan.
(san)