6 Bulan ambruk, Jembatan Belly dibuka kembali untuk umum
A
A
A
Sindonews.com - Jembatan Belly di ruas Jalan lintas Sumatera (Jalinsum) persisnya di kilometer 19-21,Desa Pematang Syahkuda, Kecamatan Gunung Malela, Kabupaten Simalungun, selesai dipasang oleh TNI AD dari Zipur Kodam I Bukit Barisan.
Dengan selesainya pemasangan Jembatan Belly tersebut, hubungan transportasi Kabupaten Simalungun-Asahan-Batubara dan Riau, kembali dibuka. Namun, hanya khusus untuk kendaraan sepeda motor dan mobil berbadan kecil. Hal ini menyusul ambruknya jembatan beton tersebut akhir tahun 2012 lalu.
Bupati Simalungun JR Saragih yang meninjau langsung menggunakan Jembatan Belly tersebut. Menurutnya, dengan dibukanya kembali jalur Simalungun-Asahan-Batubara dan Riau diharapkan mobilitas penduduk kembali normal dan perekonomian masyarakat sekitar dapat pulih kembali.
“Saya atas nama masyarakat dan pribadi menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Pangdam I Bukit Barisan dan jajarannya khususnya Kodiam 0207 dan Zipur yang dengan cepat merespon permohonan pemeritah daerah untuk pemasangan jembatan belly di Jalinsum Desa Pematang Syahkuda, Kecamatan Gunung Malela, sehingga hubungan transportasi Simalungun-Asahan-Batubara bahkan ke Riau dapat dibuka kembali, meski sementara ini hanya untuk kenderaan sepedamotor dan mobil berbadan kecil,” tandas JR.
Warga setempat menyambut baik dipasangnya jembatan belly oleh TNI AD di ruas Jalinsum Simalungun Asahan. Menurut salah seorang pemilik warung makanan di pinggir Jalinsum, Desa Pematang Syahkuda, Waginem (45),warungnya sudah tutup sejak 5 bulan lalu, karena tidak pernah lagi disinggahi pengendara atau penumpang bus dan angkutan umum yang biasanya melintas di ruas jalan tersebut.
“Sejak jembatan amblas dan Jalinsum ditutup akibat longsor,warung kopi saya yang biasanya ramai dikunjungi pengendara yang melintas untuk istirahat, sepi pengunjungnya, sehingga saya tutup sejak 5 bulan lalu,” papar Waginem.
Menurut petugas Dinas Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Utara, J Sitorus,penanganan kerusakan Jalinsum Simalungun-Asahan di Desa Pematang Syakhuda akan mulai dilaksanakan mulai pekan depan, dengan melakukan pengalihan arus sungai untuk mencegah longsor.
“Mulai pekan depan penangan sudah dimulai dengan alokasi anggaran sekitar Rp2,7 miliar. Yang pertama dikerjakan adalah pengalihan arus sungai untuk mencegah terjadinya longsor dan mengamblaskan jalan,” ujar Sitorus.
Kepala Dinas Perhubungan Pemkab Simalungun,M Andreas Simamora menambahkan jembatan belly di Jalinsum Simalungun-Asahan hanya dapat dilintasi sepedamotor dan mobil dengan bobot maksimal 7 ton,sehingga truk dan bus tetap masih harus melintasi jalan alternatif dari kawasan perkebunan.
Dengan selesainya pemasangan Jembatan Belly tersebut, hubungan transportasi Kabupaten Simalungun-Asahan-Batubara dan Riau, kembali dibuka. Namun, hanya khusus untuk kendaraan sepeda motor dan mobil berbadan kecil. Hal ini menyusul ambruknya jembatan beton tersebut akhir tahun 2012 lalu.
Bupati Simalungun JR Saragih yang meninjau langsung menggunakan Jembatan Belly tersebut. Menurutnya, dengan dibukanya kembali jalur Simalungun-Asahan-Batubara dan Riau diharapkan mobilitas penduduk kembali normal dan perekonomian masyarakat sekitar dapat pulih kembali.
“Saya atas nama masyarakat dan pribadi menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Pangdam I Bukit Barisan dan jajarannya khususnya Kodiam 0207 dan Zipur yang dengan cepat merespon permohonan pemeritah daerah untuk pemasangan jembatan belly di Jalinsum Desa Pematang Syahkuda, Kecamatan Gunung Malela, sehingga hubungan transportasi Simalungun-Asahan-Batubara bahkan ke Riau dapat dibuka kembali, meski sementara ini hanya untuk kenderaan sepedamotor dan mobil berbadan kecil,” tandas JR.
Warga setempat menyambut baik dipasangnya jembatan belly oleh TNI AD di ruas Jalinsum Simalungun Asahan. Menurut salah seorang pemilik warung makanan di pinggir Jalinsum, Desa Pematang Syahkuda, Waginem (45),warungnya sudah tutup sejak 5 bulan lalu, karena tidak pernah lagi disinggahi pengendara atau penumpang bus dan angkutan umum yang biasanya melintas di ruas jalan tersebut.
“Sejak jembatan amblas dan Jalinsum ditutup akibat longsor,warung kopi saya yang biasanya ramai dikunjungi pengendara yang melintas untuk istirahat, sepi pengunjungnya, sehingga saya tutup sejak 5 bulan lalu,” papar Waginem.
Menurut petugas Dinas Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Utara, J Sitorus,penanganan kerusakan Jalinsum Simalungun-Asahan di Desa Pematang Syakhuda akan mulai dilaksanakan mulai pekan depan, dengan melakukan pengalihan arus sungai untuk mencegah longsor.
“Mulai pekan depan penangan sudah dimulai dengan alokasi anggaran sekitar Rp2,7 miliar. Yang pertama dikerjakan adalah pengalihan arus sungai untuk mencegah terjadinya longsor dan mengamblaskan jalan,” ujar Sitorus.
Kepala Dinas Perhubungan Pemkab Simalungun,M Andreas Simamora menambahkan jembatan belly di Jalinsum Simalungun-Asahan hanya dapat dilintasi sepedamotor dan mobil dengan bobot maksimal 7 ton,sehingga truk dan bus tetap masih harus melintasi jalan alternatif dari kawasan perkebunan.
(rsa)