Harga gabah anjlok, petani mengeluh
A
A
A
Sindonews.com - Sejumlah petani di wilayah Kabupaten Ciamis mengeluhkan anjloknya harga gabah di kalangan petani menyusul berlangsungnya pelaksanaan panen serempak dalam beberapa bulan terakhir.
Harga gabah kering yang sebelumnya dikalangan petani sedang langka bisa menembus Rp530 ribu per kwintal, saat ini hanya berkisar Rp400 ribu perkwintal.
Bahkan di beberapa tempat tertentu ada penjualan harga gabah di bawah Rp400 ribu per kwintal karena alasan transportasi dan lainya. Akibat kondisi harga gabah yang anjlok, sejumlah petani mengaluhkan karena hasil penjualan gabah tidak sebanding dengan operasional penanaman padi.
Jana (43), seorang petani di Lingkungan Handapherang, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis mengeluhkan anjloknya harga gabah di kalangan petani. Menurut Jana, beberapa hari sebelum panen hasil pantauan harga gabah masih bertenger dengan harga Rp430 ribu per kwintal.
“Setelah mengetahui harga gabah, kami langusng memanen padi ternyata saat akan di jual harganya sudah turun lagi menjadi Rp400 ribu per kwintal,” terang Jana saat ditemui, Selasa (9/4/2013).
Menurut Jana, harga Rp400 ribu per kwintal di beli oleh tengkulak (bandar) di lokasi panen. Selain membeli harga murah, para tengkulak juga mengeluhkan kualitas padi yang dinilai jelek akibat pengaruh serangan hama padi.
“Memang untuk panen awal musim ini, kondisi tanaman padi di Ciamis secara umum kurang bagus. Berbagai hama padi menyerang, sehingga selain kualitas padi jelek, hasil panen juga turun drastis,” tambah Jana.
Akibat hasil panen dan harga jual yang minim, tambah Jana, jelas petani mengalami kerugian. Hasil penjualan dibanding biaya operasional hampir imbang jika dihitung penyusutan bahkan bisa merugi.
“Harapan kami asalnya harga gabah bisa tinggi sehingga masih bisa menarik keuntungan,” pungkas Jana.
Ketua Pemuda Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Ciamis Wagino Toyib membenarkan kondisi itu. Menurut Wagino, anjloknya harga gabah saat panen serempak dan bermainya para tengkulak seolah sudah jadi hukum alam dan penghidupan bagi para tengkulak. Hanya saja, lanjut dia, dalam kondisi ini peran Ketahanan Pangan dan Bulog harus dirasakan oleh petani.
“Badan ketahanan pangan dan bulog jangan tinggal diam. Apalagi, Bulog punya kewajiban untuk membeli gabah petani diatas HPP dalam kondisi apapun,” kata Wagino.
Selain itu, Wagino juga mengimbau kepada petani untuk bersabar dulu. Petani diminta jangan tergesa-gesa menjual gabah mereka di saat kondisi harga kurang baik. Paling tidak, petani bisa menunda penjualan gabah dalam beberaap bulan ke depan sampai harga stabil.
“Sekalipun itu sulit bagi petani paling tidak mereka bisa berusaha mempertahankan dulu. Umumnya memang petani terdesak kebutuhan dan perlu biaya operasional masa tanam berikutnya,” pungkas Wagino.
Kepala Bulog Sub Divre III Ciamis Arwakhudin Widiarso menjamin pembelian harga gabah masih berkisar di atas HPP. Menurut Widi, adapun harga gabah di bawah HPP sangat dimungkinkan karena kondisi kandungan kadar air yang berbeda.
“Untuk HPP GKG yaitu kadar air di bawah 14 persen saat ini bulog menerima harga Rp4.200 per kilogram atau Rp420 ribu per kwintal,” kata Widi.
Untuk harga gabah kering panen atau kadar air di bawah 25 persen di tingkat petani yaitu Rp3.600 per kilogram atau Rp360 ribu per kwintal.
“Jika benar masih ada harga gabah yang dibeli di bawah HPP, kami akan segera melakukan pengecekan. Pasalnya, penyerapan gabah saat ini sednag tinggi. Untuk wilayah priangan timur Tasik, Ciamis, Garut dan Kota Banjar sudah mencapai 21 ribu ton,” ungkap Widi.
Harga gabah kering yang sebelumnya dikalangan petani sedang langka bisa menembus Rp530 ribu per kwintal, saat ini hanya berkisar Rp400 ribu perkwintal.
Bahkan di beberapa tempat tertentu ada penjualan harga gabah di bawah Rp400 ribu per kwintal karena alasan transportasi dan lainya. Akibat kondisi harga gabah yang anjlok, sejumlah petani mengaluhkan karena hasil penjualan gabah tidak sebanding dengan operasional penanaman padi.
Jana (43), seorang petani di Lingkungan Handapherang, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis mengeluhkan anjloknya harga gabah di kalangan petani. Menurut Jana, beberapa hari sebelum panen hasil pantauan harga gabah masih bertenger dengan harga Rp430 ribu per kwintal.
“Setelah mengetahui harga gabah, kami langusng memanen padi ternyata saat akan di jual harganya sudah turun lagi menjadi Rp400 ribu per kwintal,” terang Jana saat ditemui, Selasa (9/4/2013).
Menurut Jana, harga Rp400 ribu per kwintal di beli oleh tengkulak (bandar) di lokasi panen. Selain membeli harga murah, para tengkulak juga mengeluhkan kualitas padi yang dinilai jelek akibat pengaruh serangan hama padi.
“Memang untuk panen awal musim ini, kondisi tanaman padi di Ciamis secara umum kurang bagus. Berbagai hama padi menyerang, sehingga selain kualitas padi jelek, hasil panen juga turun drastis,” tambah Jana.
Akibat hasil panen dan harga jual yang minim, tambah Jana, jelas petani mengalami kerugian. Hasil penjualan dibanding biaya operasional hampir imbang jika dihitung penyusutan bahkan bisa merugi.
“Harapan kami asalnya harga gabah bisa tinggi sehingga masih bisa menarik keuntungan,” pungkas Jana.
Ketua Pemuda Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Ciamis Wagino Toyib membenarkan kondisi itu. Menurut Wagino, anjloknya harga gabah saat panen serempak dan bermainya para tengkulak seolah sudah jadi hukum alam dan penghidupan bagi para tengkulak. Hanya saja, lanjut dia, dalam kondisi ini peran Ketahanan Pangan dan Bulog harus dirasakan oleh petani.
“Badan ketahanan pangan dan bulog jangan tinggal diam. Apalagi, Bulog punya kewajiban untuk membeli gabah petani diatas HPP dalam kondisi apapun,” kata Wagino.
Selain itu, Wagino juga mengimbau kepada petani untuk bersabar dulu. Petani diminta jangan tergesa-gesa menjual gabah mereka di saat kondisi harga kurang baik. Paling tidak, petani bisa menunda penjualan gabah dalam beberaap bulan ke depan sampai harga stabil.
“Sekalipun itu sulit bagi petani paling tidak mereka bisa berusaha mempertahankan dulu. Umumnya memang petani terdesak kebutuhan dan perlu biaya operasional masa tanam berikutnya,” pungkas Wagino.
Kepala Bulog Sub Divre III Ciamis Arwakhudin Widiarso menjamin pembelian harga gabah masih berkisar di atas HPP. Menurut Widi, adapun harga gabah di bawah HPP sangat dimungkinkan karena kondisi kandungan kadar air yang berbeda.
“Untuk HPP GKG yaitu kadar air di bawah 14 persen saat ini bulog menerima harga Rp4.200 per kilogram atau Rp420 ribu per kwintal,” kata Widi.
Untuk harga gabah kering panen atau kadar air di bawah 25 persen di tingkat petani yaitu Rp3.600 per kilogram atau Rp360 ribu per kwintal.
“Jika benar masih ada harga gabah yang dibeli di bawah HPP, kami akan segera melakukan pengecekan. Pasalnya, penyerapan gabah saat ini sednag tinggi. Untuk wilayah priangan timur Tasik, Ciamis, Garut dan Kota Banjar sudah mencapai 21 ribu ton,” ungkap Widi.
(rsa)