Hujan tiba, sebuah SD di Samarinda libur
A
A
A
Sindonews.com - Sebuah sekolah di Kematan Samarinda Utara, Samarinda, Kalimantan Timur, nampak memprihatinkan. Lantaran banjir kerap menggenangi kawasan tersebut.
Adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 007 di Kelurahan Lempake, yang menjadi salah satu sekolah yang menjadi korban salah urus bentang alam.
Jika hujan berlangsung lebih dari 30 menit, sekolah tersebut langsung meliburkan atau memulangkan anak didiknya.
"Pokoknya kalau hujan setengah jam turun, air pasti menggenangi kelas. Kalau hujannya 10 sampai 15 menit, banjirnya hanya di luar saja," kata Kepala Sekolah SDN 007 Lempake, Sunaryo, Senin (8/4/2013).
Tak heran jika setiap hujan di atas 15 menit, pihak sekolah memilih membubarkan kegiatan belajar mengajar. Jika proses belajar mengajar belum dimulai, sekolah akan menghubungi orang tua siswa untuk tidak masuk sekolah pada hari itu.
"Kalau hujannya tidak berhenti, kami hubungi orangtua yang kami simpan nomor ponselnya untuk menjemput anak-anaknya. Mereka juga akan menyampaikan ke orangtua yang lain. Evakuasi saat air akan datang lebih baik ketimbang air sudah menggenang," tambahnya.
Selain itu, jika air sudah menggenang, orangtua siswa juga tidak mungkin lagi menjemput anaknya. Para siswa juga tidak bisa ke mana-mana karena terjebak banjir. Ketinggian air di kelas bisa mencapai 75 centimeter. Wajar jika pilihan meliburkan dilakukan.
Biasanya, banjir yang datang membawa lumpur yang tingginya nyaris separuh ketinggian air. Untuk membersihkan lumpur, pihak sekolah dibantu oleh warga sekitar sekolah.
"Kalau banjirnya malam kemudian esoknya sekolah, pagi harinya para siswa juga ikut membantu," kata Sunaryo.
Banjir ini terjadi beberapa tahun terakhir dengan kondisi terparah setahun terakhir. Penyebabnya, kawasan Kelurahan Lempake dikelilingi aktivitas perusahaan tambang.
Pemkot Samarinda sebenarnya sudah membangunkan gedung sekolah dua lantai yang masih dalam tahap pengerjaannya. Kalaupun gedung sekolah bisa digunakan nantinya, akses ke sekolah yang masih sering kebanjiran.
Adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 007 di Kelurahan Lempake, yang menjadi salah satu sekolah yang menjadi korban salah urus bentang alam.
Jika hujan berlangsung lebih dari 30 menit, sekolah tersebut langsung meliburkan atau memulangkan anak didiknya.
"Pokoknya kalau hujan setengah jam turun, air pasti menggenangi kelas. Kalau hujannya 10 sampai 15 menit, banjirnya hanya di luar saja," kata Kepala Sekolah SDN 007 Lempake, Sunaryo, Senin (8/4/2013).
Tak heran jika setiap hujan di atas 15 menit, pihak sekolah memilih membubarkan kegiatan belajar mengajar. Jika proses belajar mengajar belum dimulai, sekolah akan menghubungi orang tua siswa untuk tidak masuk sekolah pada hari itu.
"Kalau hujannya tidak berhenti, kami hubungi orangtua yang kami simpan nomor ponselnya untuk menjemput anak-anaknya. Mereka juga akan menyampaikan ke orangtua yang lain. Evakuasi saat air akan datang lebih baik ketimbang air sudah menggenang," tambahnya.
Selain itu, jika air sudah menggenang, orangtua siswa juga tidak mungkin lagi menjemput anaknya. Para siswa juga tidak bisa ke mana-mana karena terjebak banjir. Ketinggian air di kelas bisa mencapai 75 centimeter. Wajar jika pilihan meliburkan dilakukan.
Biasanya, banjir yang datang membawa lumpur yang tingginya nyaris separuh ketinggian air. Untuk membersihkan lumpur, pihak sekolah dibantu oleh warga sekitar sekolah.
"Kalau banjirnya malam kemudian esoknya sekolah, pagi harinya para siswa juga ikut membantu," kata Sunaryo.
Banjir ini terjadi beberapa tahun terakhir dengan kondisi terparah setahun terakhir. Penyebabnya, kawasan Kelurahan Lempake dikelilingi aktivitas perusahaan tambang.
Pemkot Samarinda sebenarnya sudah membangunkan gedung sekolah dua lantai yang masih dalam tahap pengerjaannya. Kalaupun gedung sekolah bisa digunakan nantinya, akses ke sekolah yang masih sering kebanjiran.
(rsa)