Dinkes Luwu Utara dinilai gagal tangani DBD
A
A
A
Sindonews.com - Tingginya penyakit menular berupa demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Luwu Utara dinilai sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pemerhati kesehatan merupakan kegagalan Dinas Kesehatan (Dinkes) dalam mengantisipasi kejadian luar biasa (KLB) yang sering terjadi dalam dua tahun terakhir.
"KLB DBD di daerah ini merupakan bentuk kegagalan Dinkes dalam mengantisipasi penyakit menular," kata Sekjen Sipakainge Anak Bangsa (SAB) Sulsel AA Hammadiyah, Kamis (28/2/2013).
Menurut dia, penyakit DBD ini merupakan salah satu penyakit yang disebabkan kondisi lingkungan yang kurang bersih.
Diketahui, data kasus DBD yang terjadi di Luwu Utara pada tahun 2011 sebanyak 32 penderita, satu meninggal dunia. Di tahun 2012, ternyata kasus DBD mengalami peningkatan sebanyak 110 kasus, sembilan di antaranya meninggal dunia. Sementara Januari 2013 telah terjadi 61 kasus, dan dua di antaranya meninggal dunia.
"Kendati peningkatan kasus DBD tidak lepas dari pola hidup masyarakat yang kurang sehat," ucapnya.
Sementara Kepala Dinkes Luwu Utara dr Nur Husnah ketika di hubungi mengakui daerah ini endemik DBD disebabkan langganan banjir yang secara otomatis rawan terhadap berbagai macam penyakit menular termasuk DBD.
"Luwu Utara sangat rawan dengan DBD karena merupakan salah satiu daerah di Sulsel yang berlangganan banjir, hal ini diperparah dengan pola hidup masyarakat yang kurang mempertimbangkan kesehatan," ucapnya.
Dia juga mengaku telah melakukan berbagai kegoiatan dianataranya sosialisasi dan program 3M plus.
Sementara Wakil Bupati Luwu Utara Indah Puri Indriani meminta seluruh jajaran Dinkes Luwu Utara untuk aktif melalukan kegiatan sosialisasi melibatkan seluruh stakeholders serta pihak ketiga.
Selain itu, peran pemerintah kecamatan, desa, dan tim kesehatan disetiap Kecamatan serta stakholder terkait sangat diperlukan dalam mengurangi kasus DBD di Kabupaten Luwu Utara.
"Peran aparat pemerintah desa dan tim kesehatan kecamatan memiliki peran yang strategis dalam memberikan penyadaran masyarakat tentang pentingnya PHBS," pungkas dia.
"KLB DBD di daerah ini merupakan bentuk kegagalan Dinkes dalam mengantisipasi penyakit menular," kata Sekjen Sipakainge Anak Bangsa (SAB) Sulsel AA Hammadiyah, Kamis (28/2/2013).
Menurut dia, penyakit DBD ini merupakan salah satu penyakit yang disebabkan kondisi lingkungan yang kurang bersih.
Diketahui, data kasus DBD yang terjadi di Luwu Utara pada tahun 2011 sebanyak 32 penderita, satu meninggal dunia. Di tahun 2012, ternyata kasus DBD mengalami peningkatan sebanyak 110 kasus, sembilan di antaranya meninggal dunia. Sementara Januari 2013 telah terjadi 61 kasus, dan dua di antaranya meninggal dunia.
"Kendati peningkatan kasus DBD tidak lepas dari pola hidup masyarakat yang kurang sehat," ucapnya.
Sementara Kepala Dinkes Luwu Utara dr Nur Husnah ketika di hubungi mengakui daerah ini endemik DBD disebabkan langganan banjir yang secara otomatis rawan terhadap berbagai macam penyakit menular termasuk DBD.
"Luwu Utara sangat rawan dengan DBD karena merupakan salah satiu daerah di Sulsel yang berlangganan banjir, hal ini diperparah dengan pola hidup masyarakat yang kurang mempertimbangkan kesehatan," ucapnya.
Dia juga mengaku telah melakukan berbagai kegoiatan dianataranya sosialisasi dan program 3M plus.
Sementara Wakil Bupati Luwu Utara Indah Puri Indriani meminta seluruh jajaran Dinkes Luwu Utara untuk aktif melalukan kegiatan sosialisasi melibatkan seluruh stakeholders serta pihak ketiga.
Selain itu, peran pemerintah kecamatan, desa, dan tim kesehatan disetiap Kecamatan serta stakholder terkait sangat diperlukan dalam mengurangi kasus DBD di Kabupaten Luwu Utara.
"Peran aparat pemerintah desa dan tim kesehatan kecamatan memiliki peran yang strategis dalam memberikan penyadaran masyarakat tentang pentingnya PHBS," pungkas dia.
(rsa)