Hama tikus serang 7 kecamatan di Jember

Sabtu, 02 Februari 2013 - 15:21 WIB
Hama tikus serang 7...
Hama tikus serang 7 kecamatan di Jember
A A A
Sindonews.com - Para petani di Kabupaten Jember dipusingkan dengan merebaknya hama tikus yang menyerang areal persawahan mereka. Bahkan hama tikus ini sudah menyerang di tujuh kecamatan.

Dinas Pertanian Kabupaten Jember mencatat, saat ini hama tikus menyerang kecamatan, Sumberbaru, Semboro, Jombang, Tanggul, Rambipuji, Bangsalsari, dan Sukorambi.

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Produksi Dinas Pertanian Pemkab Jember Abdul Halim mengatakan, hama tikus yang menyerang tujuh kecamatan itu memang sudah digolongkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

"Sebab keberadaan hama tikus yang merajalela itu dipastikan mengancam panen petani," kata Halim, Sabtu (2/2/2013).

Namun, lanjutnya, kami sangat yakin serangan hama tikus ini tidak akan memengaruhi jumlah produksi padi. Sebab selain upaya bantuan berupa pembagian racun tikus secara gratis kepada kelompok tani, para petani juga telah berusaha keras untuk memusnahkan hama tikus secara swadaya.

Dia berharap serangan hama tikus pada kecamatan yang lain kondisinya tidak separah seperti yang terjadi di tujuh kecamatan saat ini. Dia juga minta kepada petani agar tetap waspada terhadap serangan sejumlah hama tanaman lainnya yang biasa menyerang di saat musim hujan datang.
Sementara hama tikus yang menyerang lahan persawahan milik petani di Desa Sumberagung, Kecamatan Sumberbaru, benar-benar meresahkan warga. Karenanya, para petani dan pengurus Posko Peduli Petani Perjuangan Hama Tikus, melakukan kegiatan pemberantasan hama tikus secara swadaya.
Dengan menggunakan mesin penyedot air, cangkul serta alat pemukul kayu, satu-persatu lubang di area persawahan yang diduga menjadi sarang tikus, digali oleh mereka.

Salah satu petani Desa Sumberangung, Siren menuturkan, kegiatan yang disebut dengan gerobyokan tikus ini mereka lakukan karena merasa resah dengan keberadaan hama tikus yang semakin meluas dan merajalela.

Pasalnya, kondisi ini menyebabkan masa tanam petani terhambat. Jika para petani tetap memaksakan bercocok tanam, maka bukan tidak mungkin kualitas produksi mereka menurun. Bahkan terancam gagal panen.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1465 seconds (0.1#10.140)