Empatlawang panen jagung
A
A
A
Sindonews.com - Petani di wilayah Kabupaten Empatlawang mulai memanen tanaman jagung yang mereka tanam pasca kemarau panjang beberapa waktu lalu.
Menurut para petani alternatif menanam jagung tersebut mereka ambil untuk memanfaatkan lahan yang kekeringan akibat kemarau. Alasannya untuk jenis palawija seperti jagung masa tanam dan panennya lumayan singkat dibandingkan padi.
“Jadi begitu memasuki musim hujan kita menebar benih jagung, dan sekarang sudah mulai ada yang panen,” ujar Jasri, seorang warga Desa Talang Benteng Kecamatan Muara Pinang, Kabupaten Empatlawang, Selasa (29/1/2013).
Dia menjelaskan memang tidak semua petani disana adalah petani jagung. Namun sebagai alternatif yang mereka ambil untuk memanfaatkan lahan khususnya persawahan yang selama ini kekeringan akibat kemarau.
Dengan hasil panen yang mencapai empat ton lebih per hektarnya, menurutnya jelas akan dapat menopang perekonomian keluarga, selain hasil berkebun kopi dan bertani padi.
“Memang ada yang khusus bertani jagung, tapi mayoritas adalah padi dan berkebun kopi namun kita memanfaatkan lahan usai kemarau panjang dan hasilnya juga lumayan,” jelasnya.
Senada, Herman warga lain menerangkan saat ini untuk harga jagung perkilogramnya ditingkat petani juga lumayan. Dimana perkilogramnya dihargai Rp2.300 untuk jenis jagung tetel basah dan Rp2.800 perkilogram untuk jagung tetel kering. Untuk harga tersebut menurutnya cukup untuk mengembalikan jerih payah petani selama ini serta akibat lamanya waktu menunggu musim kemarau.
“Rata-rata yang dijual disini jenis jagung tetel kering, karena harganya lebih tinggi,” ujarnya.
Hanya saja menurutnya pola penjemuran atau pengeringannya yang sangat harus dijaga. Karena jika tidak merata akan berakibat kepada kebusukan yang berdampak kepada menurunnya kualitas dan harga. Sehingga selama pengeringan cuaca benar-benar harus mendukung.
“Intinya jangan sampai kehujanan, paling tidak diangin-anginkan agar kadar airnya berkurang,”jelasnya.
Untuk produksi perhektarnya menurut Herman saat ini tergolong baik. Dimana kisaran perhektarnya bisa menghasilkan 5-6 ton jagung siap jual. Meskipun menurutnya dibeberapa daerah lain khususnya di pulau Jawa lebih dari itu.
Namun menurutnya untuk ukuran mereka yang baru mencoba dan belajar otodidak, jumlah tersebut sudah tergolong banyak. Apalagi menurutnya jagung dari kawasan tersebut langsung diminati untuk dibawa ke Palembang dan ke Padang.
“Bagi kami, begitu selesai panen ada yang membeli dan harganya juga lumayan sudah sangat bersyukur,” jelasnya.
Menurut para petani alternatif menanam jagung tersebut mereka ambil untuk memanfaatkan lahan yang kekeringan akibat kemarau. Alasannya untuk jenis palawija seperti jagung masa tanam dan panennya lumayan singkat dibandingkan padi.
“Jadi begitu memasuki musim hujan kita menebar benih jagung, dan sekarang sudah mulai ada yang panen,” ujar Jasri, seorang warga Desa Talang Benteng Kecamatan Muara Pinang, Kabupaten Empatlawang, Selasa (29/1/2013).
Dia menjelaskan memang tidak semua petani disana adalah petani jagung. Namun sebagai alternatif yang mereka ambil untuk memanfaatkan lahan khususnya persawahan yang selama ini kekeringan akibat kemarau.
Dengan hasil panen yang mencapai empat ton lebih per hektarnya, menurutnya jelas akan dapat menopang perekonomian keluarga, selain hasil berkebun kopi dan bertani padi.
“Memang ada yang khusus bertani jagung, tapi mayoritas adalah padi dan berkebun kopi namun kita memanfaatkan lahan usai kemarau panjang dan hasilnya juga lumayan,” jelasnya.
Senada, Herman warga lain menerangkan saat ini untuk harga jagung perkilogramnya ditingkat petani juga lumayan. Dimana perkilogramnya dihargai Rp2.300 untuk jenis jagung tetel basah dan Rp2.800 perkilogram untuk jagung tetel kering. Untuk harga tersebut menurutnya cukup untuk mengembalikan jerih payah petani selama ini serta akibat lamanya waktu menunggu musim kemarau.
“Rata-rata yang dijual disini jenis jagung tetel kering, karena harganya lebih tinggi,” ujarnya.
Hanya saja menurutnya pola penjemuran atau pengeringannya yang sangat harus dijaga. Karena jika tidak merata akan berakibat kepada kebusukan yang berdampak kepada menurunnya kualitas dan harga. Sehingga selama pengeringan cuaca benar-benar harus mendukung.
“Intinya jangan sampai kehujanan, paling tidak diangin-anginkan agar kadar airnya berkurang,”jelasnya.
Untuk produksi perhektarnya menurut Herman saat ini tergolong baik. Dimana kisaran perhektarnya bisa menghasilkan 5-6 ton jagung siap jual. Meskipun menurutnya dibeberapa daerah lain khususnya di pulau Jawa lebih dari itu.
Namun menurutnya untuk ukuran mereka yang baru mencoba dan belajar otodidak, jumlah tersebut sudah tergolong banyak. Apalagi menurutnya jagung dari kawasan tersebut langsung diminati untuk dibawa ke Palembang dan ke Padang.
“Bagi kami, begitu selesai panen ada yang membeli dan harganya juga lumayan sudah sangat bersyukur,” jelasnya.
(rsa)