10 ribu nelayan Pelabuhanratu menganggur
A
A
A
Sindonews.com - Sedikitnya 10 ribu nelayan di Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), tidak lagi melaut sejak satu bulan terakhir. Kondisi ini terjadi akibat cuaca ekstrim, karena telah masuk musim angin barat.
Berdasarkan data Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), jumlah nelayan yang tidak melaut akibat didera cuaca ektrim dipekirakan mencapai 60 persen dari total nelayan yang beroperasi, di Teluk Pelabuhanratu sekitar 16 ribu orang.
Sementara yang masih tetap beroperasi hingga kini meupakan nelayan yang menggunakan perahu long land, rumpon dan congkreng.
“Untuk nelayan yang menggunakan perahu bermesin dibawah 50 GT, umumnya tidak lagi melaut. Karena biasanya perahu-perahu seperti itu sangat rawan terkena guncangan di tengah gelombang laut pada musim angin barat ini,” kata Ketua HNSI Cabang Sukabumi, Dede Ola, di Pelabuhanratu, Sukabumi, Jabar, Rabu (2/1/2013).
Selain membahayakan keselamatan nelayan, angin barat juga mengakibatkan ikan-ikan tangkapan beralih ke lautan lepas, sehingga cenderung mengalami paceklik. Akibat kondisi tersebut, jika dipaksakan melaut maka nelayan akan mengalami kerugian.
“Biaya melaut dengan penghasilan tidak sebanding. Kami perkirakan kondisi seperti ini akan berlangsung hingga pertengahan tahun 2013 nanti,” ucapnya.
Data pada Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhanratu menunjukkan saat ini produksi ikan segara hanya mencapai 10 ton per hari. Padahal dalam kondisi stabil, produksi ikan segar mampu mencapai 50 ton per hari. Sedangkan pada musim panen, produksi ikan bisa menghasilkan 200 ton.
Adang, salah seorang nelayan mengatakan, sebagian besar nelayan beralih profesi menjadi tukang ojek hingga kuli bangunan. Pekerjaan itu terpaksa digeluti sambil menunggu berakhirnya musim paceklik akibat angin barat.
“Untuk menutupi kebutuhan makan, kami mengandalkan bantuan beras dari Dinas Kelautan dan Perikanan setempat,” katanya.
Berdasarkan data Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), jumlah nelayan yang tidak melaut akibat didera cuaca ektrim dipekirakan mencapai 60 persen dari total nelayan yang beroperasi, di Teluk Pelabuhanratu sekitar 16 ribu orang.
Sementara yang masih tetap beroperasi hingga kini meupakan nelayan yang menggunakan perahu long land, rumpon dan congkreng.
“Untuk nelayan yang menggunakan perahu bermesin dibawah 50 GT, umumnya tidak lagi melaut. Karena biasanya perahu-perahu seperti itu sangat rawan terkena guncangan di tengah gelombang laut pada musim angin barat ini,” kata Ketua HNSI Cabang Sukabumi, Dede Ola, di Pelabuhanratu, Sukabumi, Jabar, Rabu (2/1/2013).
Selain membahayakan keselamatan nelayan, angin barat juga mengakibatkan ikan-ikan tangkapan beralih ke lautan lepas, sehingga cenderung mengalami paceklik. Akibat kondisi tersebut, jika dipaksakan melaut maka nelayan akan mengalami kerugian.
“Biaya melaut dengan penghasilan tidak sebanding. Kami perkirakan kondisi seperti ini akan berlangsung hingga pertengahan tahun 2013 nanti,” ucapnya.
Data pada Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhanratu menunjukkan saat ini produksi ikan segara hanya mencapai 10 ton per hari. Padahal dalam kondisi stabil, produksi ikan segar mampu mencapai 50 ton per hari. Sedangkan pada musim panen, produksi ikan bisa menghasilkan 200 ton.
Adang, salah seorang nelayan mengatakan, sebagian besar nelayan beralih profesi menjadi tukang ojek hingga kuli bangunan. Pekerjaan itu terpaksa digeluti sambil menunggu berakhirnya musim paceklik akibat angin barat.
“Untuk menutupi kebutuhan makan, kami mengandalkan bantuan beras dari Dinas Kelautan dan Perikanan setempat,” katanya.
(maf)