Kepsek diduga cabuli siswi, ratusan siswa rusak sekolah
Sabtu, 06 Oktober 2012 - 15:55 WIB

Kepsek diduga cabuli siswi, ratusan siswa rusak sekolah
A
A
A
Sindonews.com - Ratusan pelajar SMK Pasundan 2, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, merusak ruang kelas dan laboratorium sekolahnya. Aksi perusakan tersebut mereka lakukan sebagai bentuk protes atas tindakan Kepala SMK Pasundan 2, E Heryamin yang diduga telah melakukan pelecehan seksual pada tiga siswi teman mereka.
Akibatnya perusakan tersebut, sebuah kaca jendela ruang kelas pecah, ruang kelas berserakan, dan gerbang laboratorium otomotif rusak. Para siswa juga menuntut kepala sekolah mereka tersebut dipecat dari jabatannya.
Seorang siswa Kelas 3 Jurusan Otomotif SMK Pasundan 2, Arya Yuda (17) menuturkan, para siswa di sekolahnya merasa marah dan malu karena kepala sekolahnya dinilai telah melakukan perbuatan yang tidak pantas.
"Ini pelecehan seksual dari kepala sekolah kepada siswinya. Kami ingin Kepala Sekolah mundur sekarang juga. Kalau tidak mundur, kami akan mogok belajar dan lakukan lagi aksi yang lebih besar," kata Arya menjelaskan kepada wartawan, Sabtu (6/10/2012).
Kabar mengenai pelecehan yang dilakukan kepala sekolah terhadap tiga siswinya ini, kata Arya, mulai merebak sejak seminggu lalu. Namun, para siswa baru melakukan aksinya Sabtu agar tidak terlalu mengganggu kegiatan belajar mengajar.
Sementara itu, Kepala SMK Pasundan 2, E Heryamin mengatakan memang sempat bertemu dengan tiga siswi kelas III tersebut pada akhir September lalu yakni Viska Oktaviani, Ayu Garselawati, dan Yeti Hardiani. Ketiganya dipanggil satu per satu ke ruangan Heryamin untuk menghadap.
"Saya hanya meminta penjelasan terhadap mereka. Berdasarkan penuturan dan temuan guru bimbingan konserling, tiga siswi ini telah berpacaran layaknya hubungan orang dewasa dengan masing-masing pasangannya. Makanya, saya panggil mereka untuk meminta klarifikasi mengenai laporan tersebut," katanya.
Saat bercakap-cakap dengan salah satu siswi di dalam ruang kantornya, terang dia, dirinya mengaku telah menepuk-nepuk paha dan pundak siswi. Menurut Heryamin percakapan tersebut tidak lain berupa pertanyaan mengenai tanda yang ada pada payudara salah seorang siswi.
"Kontak fisik layaknya seorang ayah pada anaknya. Itu dilakukan pada seluruh siswi. Tiap siswi kemudian membuka kancing seragamnya dan menunjukkan bagian atas payudaranya. Saya pun menunjuk tanda hitam pada payudaranya. Mungkin ini yang dianggap melecehkan. Mereka dipanggil satu per satu ke dalam kantor untuk menjaga privasi mereka sendiri," ujarnya.
Heryamin menduga ketiga siswi ini merasa dilecehkan karena dirinya sudah terlalu jauh dalam membuktikan laporan guru konseling sekolahnya. Namun, Heryamin tetap bersikeras bila percakapan antara kepala sekolah dan siswinya ini sebatas mengenai pergaulan tiga siswinya yang dianggap telah melampaui batas.
"Saya siap menjalani proses pemeriksaan dari elemen manapun. Niat saya baik karena ingin membuat tiga siswi itu meninggalkan kebiasaannya berpacaran seperti hubungan orang dewasa. Kalau siswa-siswi tidak nyaman, silakan, saya siap mundur," kata Heryamin yang telah 15 tahun menjabat sebagai kepala sekolah ini menerangkan.
Terpisah, pada waktu yang sama tiga siswi yang mengaku ini melapor ke Mapolsek Garut Kota. Ketiganya kemudian memberikan keterangannya pada polisi atas perbuatan kepala sekolah mereka.
Menurut salah seorang siswi, Viska Oktaviani, peristiwa pemanggilan dirinya dan dua teman lainnya itu terjadi pada Rabu 26 September pekan lalu. Menurut Viska, Heryamin telah empat kali melakukan pelecehan seksual kepadanya.
"Dia memegang-megang dada saya sambil menepuk-nepuk paha saya," ujarnya di Mapolsek Garut Kota.
Kapolsek Garut Kota, Kompol Uwes, mengatakan telah menerima laporan dari tiga siswi tersebut. Keterangan dari para pelapor pun sudah diterima untuk dijadikan salah-satu dasar tindak lanjut kasus tersebut.
"Namun kami belum menerima keterangan resmi dari Kepala Sekolah SMK Pasundan 2. Sebab, pagi sampai siang hari tadi, kami masih fokus pada pengamanan lingkungan sekolah untuk mencegah tindak anarkis para pelajar semakin meluas," tukasnya.
Akibatnya perusakan tersebut, sebuah kaca jendela ruang kelas pecah, ruang kelas berserakan, dan gerbang laboratorium otomotif rusak. Para siswa juga menuntut kepala sekolah mereka tersebut dipecat dari jabatannya.
Seorang siswa Kelas 3 Jurusan Otomotif SMK Pasundan 2, Arya Yuda (17) menuturkan, para siswa di sekolahnya merasa marah dan malu karena kepala sekolahnya dinilai telah melakukan perbuatan yang tidak pantas.
"Ini pelecehan seksual dari kepala sekolah kepada siswinya. Kami ingin Kepala Sekolah mundur sekarang juga. Kalau tidak mundur, kami akan mogok belajar dan lakukan lagi aksi yang lebih besar," kata Arya menjelaskan kepada wartawan, Sabtu (6/10/2012).
Kabar mengenai pelecehan yang dilakukan kepala sekolah terhadap tiga siswinya ini, kata Arya, mulai merebak sejak seminggu lalu. Namun, para siswa baru melakukan aksinya Sabtu agar tidak terlalu mengganggu kegiatan belajar mengajar.
Sementara itu, Kepala SMK Pasundan 2, E Heryamin mengatakan memang sempat bertemu dengan tiga siswi kelas III tersebut pada akhir September lalu yakni Viska Oktaviani, Ayu Garselawati, dan Yeti Hardiani. Ketiganya dipanggil satu per satu ke ruangan Heryamin untuk menghadap.
"Saya hanya meminta penjelasan terhadap mereka. Berdasarkan penuturan dan temuan guru bimbingan konserling, tiga siswi ini telah berpacaran layaknya hubungan orang dewasa dengan masing-masing pasangannya. Makanya, saya panggil mereka untuk meminta klarifikasi mengenai laporan tersebut," katanya.
Saat bercakap-cakap dengan salah satu siswi di dalam ruang kantornya, terang dia, dirinya mengaku telah menepuk-nepuk paha dan pundak siswi. Menurut Heryamin percakapan tersebut tidak lain berupa pertanyaan mengenai tanda yang ada pada payudara salah seorang siswi.
"Kontak fisik layaknya seorang ayah pada anaknya. Itu dilakukan pada seluruh siswi. Tiap siswi kemudian membuka kancing seragamnya dan menunjukkan bagian atas payudaranya. Saya pun menunjuk tanda hitam pada payudaranya. Mungkin ini yang dianggap melecehkan. Mereka dipanggil satu per satu ke dalam kantor untuk menjaga privasi mereka sendiri," ujarnya.
Heryamin menduga ketiga siswi ini merasa dilecehkan karena dirinya sudah terlalu jauh dalam membuktikan laporan guru konseling sekolahnya. Namun, Heryamin tetap bersikeras bila percakapan antara kepala sekolah dan siswinya ini sebatas mengenai pergaulan tiga siswinya yang dianggap telah melampaui batas.
"Saya siap menjalani proses pemeriksaan dari elemen manapun. Niat saya baik karena ingin membuat tiga siswi itu meninggalkan kebiasaannya berpacaran seperti hubungan orang dewasa. Kalau siswa-siswi tidak nyaman, silakan, saya siap mundur," kata Heryamin yang telah 15 tahun menjabat sebagai kepala sekolah ini menerangkan.
Terpisah, pada waktu yang sama tiga siswi yang mengaku ini melapor ke Mapolsek Garut Kota. Ketiganya kemudian memberikan keterangannya pada polisi atas perbuatan kepala sekolah mereka.
Menurut salah seorang siswi, Viska Oktaviani, peristiwa pemanggilan dirinya dan dua teman lainnya itu terjadi pada Rabu 26 September pekan lalu. Menurut Viska, Heryamin telah empat kali melakukan pelecehan seksual kepadanya.
"Dia memegang-megang dada saya sambil menepuk-nepuk paha saya," ujarnya di Mapolsek Garut Kota.
Kapolsek Garut Kota, Kompol Uwes, mengatakan telah menerima laporan dari tiga siswi tersebut. Keterangan dari para pelapor pun sudah diterima untuk dijadikan salah-satu dasar tindak lanjut kasus tersebut.
"Namun kami belum menerima keterangan resmi dari Kepala Sekolah SMK Pasundan 2. Sebab, pagi sampai siang hari tadi, kami masih fokus pada pengamanan lingkungan sekolah untuk mencegah tindak anarkis para pelajar semakin meluas," tukasnya.
(azh)