Jembatan ambruk, puluhan siswa jadi korban
Selasa, 28 Agustus 2012 - 19:17 WIB

Jembatan ambruk, puluhan siswa jadi korban
A
A
A
Sindonews.com - Sebanyak 35 pelajar SD dan SMP terperosok masuk ke dalam sungai setelah Jembatan Cikaso yang mereka lalui saat berangkat ke sekolah ambruk.
Peristiwa yang terjadi di Kampung Japara, Desa Depok, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, Jawa Barat, ini menyebabkan dua pelajar luka berat, tiga luka ringan, dan puluhan sisanya mengalami syok.
Beruntung, saat kejadian kondisi arus Sungai Cikaso tidak dalam kondisi deras. Puluhan pelajar yang terperosok ini langsung diselamatkan masyarakat sekitar ke Pusat kesehatan Masyarakat (Puskesmas) desa terdekat untuk mendapatkan pertolongan.
"Kejadiannya tepat pukul 07.00 WIB sebelum masuk ke sekolah. Sebelum naik jembatan, kami harus mengantre dulu selama 10 menit dengan pengendara sepeda motor yang juga melintas," kata salah seorang pelajar yang mengalami luka berat Marsita (14), di Garut, Jawa Barat, Selasa (28/82012).
Lamanya mengantre, menyebabkan pelajar yang ingin menggunakan jembatan semakin banyak. Karena tidak ingin terlambat, puluhan pelajar ini menaiki jembatan bersama-sama sekaligus.
"Sampai di tengah, saya merasa jembatannya anjlok sedikit demi sedikit. Kami semua tidak menghiraukannya dan terus berjalan. Beberapa detik kemudian, anjlok lagi dan sangat terasa. Seketika kami terhempas ke sungai bersama jembatan. Ada yang jatuh ke luar jembatan, ada yang berpegangan di bagian kawat. Kami berteriak dan menangis saat itu," urai siswi SMP 2 Cigadog itu.
Korban luka berat lainnya Rinda Sobari (13) menceritakan, saat jembatan ambruk, dia meloncat dari atas jembatan ke sungai setinggi 10 meter untuk menyelamatkan diri. Namun, setelah di air, dia tertimpa reruntuhan badan jembatan.
"Saya berada di kolong jembatan begitu jatuh ke sungai. Saya tidak ingat detail peristiwanya karena sangat cepat terjadi. Saya hanya bisa menangis dan berteriak sampai ada warga yang datang menolong saya ke luar reruntuhan," ujarnya.
Akibat terhimpit badan jembatan, tubuh Rinda mengalami luka cukup serius pada bagian tangan, kaki, dan punggungnya. Selain Rinda dan Marsita yang mengalami luka berat, sejumlah pelajar lain yang mengalami luka ringan adalah Ela (11), Nabila (7), dan Adi (7).
Diduga, jembatan gantung yang terbuat dari kawat besi dan jalinan bambu ini runtuh, karena tiang kayu penyangganya sudah mulai rapuh. Selain itu, faktor berlebihnya muatan menyebabkan jembatan ini dengan cepat ambruk menghantam sungai dari ketinggian 10 meter.
"Jembatan ini sudah diperbaiki dengan kemampuan seadanya setelah diterjang banjir bandang pada beberapa waktu yang lalu. Kondisi jembatan sendiri saat ini sepertinya tidak memenuhi syarat untuk dilalui dengan beban seberat itu," kata Camat Cisompet Dikdik.
Dia menyatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan sejumlah pihak untuk segera memperbaiki jembatan yang memiliki lebar 1,2 meter dan panjang 50 meter itu. Pasalnya, jembatan penghubung antara Kampung Japara dan Kampung Sawahbera, Desa Depok, ini sangat penting bagi akses transportasi 750 jiwa dari 150 kepala keluarga (KK).
Seorang warga Kampung Japara Enah (45), berharap agar pemerintah mengganti jembatan tersebut dengan jembatan baru yang terbuat dari beton. Keinginan ini dimaksudkan agar jembatan di kawasan itu tidak roboh kembali.
"Kami ingin jembatan beton dibangun sebagai pengganti. Biar jembatannya awet. Roboh yang sekarang ini merupakan kejadian kedua kalinya. Bila terbuat dari bambu, kami takut runtuh lagi dan menimbulkan korban jiwa," harapnya.
Peristiwa yang terjadi di Kampung Japara, Desa Depok, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, Jawa Barat, ini menyebabkan dua pelajar luka berat, tiga luka ringan, dan puluhan sisanya mengalami syok.
Beruntung, saat kejadian kondisi arus Sungai Cikaso tidak dalam kondisi deras. Puluhan pelajar yang terperosok ini langsung diselamatkan masyarakat sekitar ke Pusat kesehatan Masyarakat (Puskesmas) desa terdekat untuk mendapatkan pertolongan.
"Kejadiannya tepat pukul 07.00 WIB sebelum masuk ke sekolah. Sebelum naik jembatan, kami harus mengantre dulu selama 10 menit dengan pengendara sepeda motor yang juga melintas," kata salah seorang pelajar yang mengalami luka berat Marsita (14), di Garut, Jawa Barat, Selasa (28/82012).
Lamanya mengantre, menyebabkan pelajar yang ingin menggunakan jembatan semakin banyak. Karena tidak ingin terlambat, puluhan pelajar ini menaiki jembatan bersama-sama sekaligus.
"Sampai di tengah, saya merasa jembatannya anjlok sedikit demi sedikit. Kami semua tidak menghiraukannya dan terus berjalan. Beberapa detik kemudian, anjlok lagi dan sangat terasa. Seketika kami terhempas ke sungai bersama jembatan. Ada yang jatuh ke luar jembatan, ada yang berpegangan di bagian kawat. Kami berteriak dan menangis saat itu," urai siswi SMP 2 Cigadog itu.
Korban luka berat lainnya Rinda Sobari (13) menceritakan, saat jembatan ambruk, dia meloncat dari atas jembatan ke sungai setinggi 10 meter untuk menyelamatkan diri. Namun, setelah di air, dia tertimpa reruntuhan badan jembatan.
"Saya berada di kolong jembatan begitu jatuh ke sungai. Saya tidak ingat detail peristiwanya karena sangat cepat terjadi. Saya hanya bisa menangis dan berteriak sampai ada warga yang datang menolong saya ke luar reruntuhan," ujarnya.
Akibat terhimpit badan jembatan, tubuh Rinda mengalami luka cukup serius pada bagian tangan, kaki, dan punggungnya. Selain Rinda dan Marsita yang mengalami luka berat, sejumlah pelajar lain yang mengalami luka ringan adalah Ela (11), Nabila (7), dan Adi (7).
Diduga, jembatan gantung yang terbuat dari kawat besi dan jalinan bambu ini runtuh, karena tiang kayu penyangganya sudah mulai rapuh. Selain itu, faktor berlebihnya muatan menyebabkan jembatan ini dengan cepat ambruk menghantam sungai dari ketinggian 10 meter.
"Jembatan ini sudah diperbaiki dengan kemampuan seadanya setelah diterjang banjir bandang pada beberapa waktu yang lalu. Kondisi jembatan sendiri saat ini sepertinya tidak memenuhi syarat untuk dilalui dengan beban seberat itu," kata Camat Cisompet Dikdik.
Dia menyatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan sejumlah pihak untuk segera memperbaiki jembatan yang memiliki lebar 1,2 meter dan panjang 50 meter itu. Pasalnya, jembatan penghubung antara Kampung Japara dan Kampung Sawahbera, Desa Depok, ini sangat penting bagi akses transportasi 750 jiwa dari 150 kepala keluarga (KK).
Seorang warga Kampung Japara Enah (45), berharap agar pemerintah mengganti jembatan tersebut dengan jembatan baru yang terbuat dari beton. Keinginan ini dimaksudkan agar jembatan di kawasan itu tidak roboh kembali.
"Kami ingin jembatan beton dibangun sebagai pengganti. Biar jembatannya awet. Roboh yang sekarang ini merupakan kejadian kedua kalinya. Bila terbuat dari bambu, kami takut runtuh lagi dan menimbulkan korban jiwa," harapnya.
(mhd)