Penderita TBC Tembus 400 Orang, Berau Gelar Skrining

Kamis, 12 Maret 2020 - 13:04 WIB
Penderita TBC Tembus 400 Orang, Berau Gelar Skrining
Penderita TBC Tembus 400 Orang, Berau Gelar Skrining
A A A
BERAU - Pemkab Berau menggelar skrining dan pemeriksaan gratis untuk menemukan penderita tubercolosis ( TBC ) agar tidak menyebar ke warga lainnya. Skrining dilakukan karena temuan penderita TBC sudah mencapai 400 orang.

Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Berau, penderita TBC di wilayah Berau, khususnya Tanjung Redeb mencapai 400 jiwa. Kepala Dinas Kesehatan Berau Iswahyudi menjelaskan, peran lurah dan RT sangat penting untuk mengajak warga datang dan menjalankan screening TBC. (Baca juga: Atasi Penderita TBC Diharapkan Ditangani Lintas Sektor)

"Tahun kemarin baru 50 persen sasaran yang kami tangani. Dengan adanya kerja sama dengan PT Berau Coal dan juga Tirta Medical Centre, kami harap di lingkungan terkecil pun bisa terjamah dengan adanya pilot project program jemput bola, yakni screening ini,” ujar Iswahyudi, Kamis (12/3/2020).

Dia berharap melalui skrening penemuan kasus bisa lebih nampak untuk segera diambil tindakan awal. Karena pengobatan TBC cukup memakan waktu, yakni minimal 6 bulan pengobatan. Selain peran RT, juga kesadaran dari pihak keluarga.

Iswahyudi menambahkan, penderita tuberkolosis pun harus mendapat pendampingan. Sebab, jika dalam kurun waktu 6 bulan penderita tidak memiliki kedisiplinan dalam pengobatan atau tidak meminum obat, maka harus melakukan pengobatan dari awal lagi. "Harapan saya setelah adanya program ini, masyarakat harus lebih peka," ujarnya.

Sementara itu, Direktur HSE & Operation PT Berau Coal Arief Wiedhartono mengatakan, seluruh wilayah Berau menjadi fokus perwujudan Indonesia Bebas TBC 2030. Karena jika tidak segera diatasi, maka secara jangka panjang akan sulit bagi generasi ke depannya.

"Program pemberantasan ini harus diikuti dengan budaya sehat. Menciptakan lingkungan yang sehat dan pola hidup yang sehat. Dari program ini bukan hanya screening dan mengobati, tapi screening mengobati dan memunculkan pola pikir sehat itu," ungkapnya.

Sedangkan dokter dari Tirta Medical Centre, David Edward mengatakan bahwa 10 tahun adalah waktu yang singkat untuk memberantas permasalahan TBC. "Jadi kita harus lebih agresif. Takutnya tahun 2030 belum tercapai. Tapi saya yakin dengan adanya kerja sama ini bisa terwujud," ujarnya.

Dia mengatakan, penularan TBC memang tidak melalui waktu yang singkat. Tetapi harus ada kontak langsung pada penderitanya. "Itu pentingnya mengapa kita harus tahu riwayat keluarga, apakah memiliki riwayat terkena tuberkolosis. Tidak ada kaitannya pekerjaan dengan penyakit TBC. Semua bisa terkena tubercolosis," ujarnya.
(shf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7712 seconds (0.1#10.140)