Benteng Van den Bosch Ngawi, Dipakai Belanda untuk Patahkan Pasukan Diponegoro

Senin, 09 Maret 2020 - 05:04 WIB
Benteng Van den Bosch...
Benteng Van den Bosch Ngawi, Dipakai Belanda untuk Patahkan Pasukan Diponegoro
A A A
NGAWI - Benteng Van den Bosch, lebih dikenal sebagai Benteng Pendem adalah sebuah benteng yang terletak di jalur pertemuan Bengawan Solo dan Bengawan Madiun.Tepatnya di Jalan Untung Suropati No.II, Pelem II, Kelurahan Pelem, Kecamatan, Ngawi, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.Benteng ini memiliki ukuran bangunan 165 m x 80 m dengan luas tanah 15 Hektare. Hingga saat ini sisa-sisa kekuatan Benteng Van Den Bosch masih sangat terasa.Tembok dan tiang-tiang penyangganya masih berdiri kokoh, hanya saja sedikit pudar dimakan usia. Dengan kekokohannya tadi tergambarkan bahwa bangunan Benteng Van Den Bosch dibangun sebagai zona pertahanan pada waktu pemerintahan Belanda dulu.Sayangnya keberadaan benteng ini tak banyak dikenal orang, bahkan kini nyaris terlupakan. Selama puluhan tahun lamanya, benteng ini tidak boleh dijamah oleh publik karena merupakan daerah kekuasaan militer.Benteng Pendem Ngawi dibangun oleh Gubernur Jenderal Defensieljn Van Den Bosch pada tahun 1839, dengan memanfaatkan keberadaan aliran Bengawan Solo dan Bengawan Madiun. Pembangunan benteng ini juga untuk memudahkan arus tranportasi di aliran dua sungai.Dahulu, para pedagang dari Surakarta dan Yogyakarta harus lewat Ngawi jika menuju bandar di Surabaya. Ddemikian pula halnya dengan para pedagang dari arah Pacitan, Madiun, dan Maospati. Letaka geografis inilah yang menempatkan Ngawi sebagai tempat strategis karena merupakan pertemuan jalur perdagangan air lewat Bengawan Solo.Benteng ini dulunya digunakan oleh Belanda untuk melumpuhkan transportasi logistik para pejuang kemerdekaan pasukan Pangeran Diponegoro. Bersamaan dengan itu, terjadi perang di Ngawi antara pasukan Bupati Madiun-Ngawi yang memihak Diponegoro melawan Belanda.Setelah Indonesia merdeka, tepatnya sejak tahun 1962, Benteng Van Den Bosch dijadikan markas militer Yon Armed 12 yang sebelumnya berkedudukan di Kabupaten Malang.Pada saat itu, kegiatan latihan militer dan kesatuan juga dipusatkan di areal benteng peninggalan Belanda tersebut. Selama puluhan tahun Benteng Pendem ini tertutup bagi umum.Lantaran kondisi yang bangunan tidak lagi mendukung untuk perkembangan dan kemajuan kesatuan, maka sekitar 10 tahun selanjutnya Markas Yon Armed 12 menempati lokasi baru di Jalan Siliwangi, Kota Ngawi. Namun, ketika itu sebagian area benteng masih digunakan untuk gudang persenjataan.Namun pada akhir tahun 2011, akhirnya benteng ini terbuka untuk umum karena gudang persenjataan telah dipindahkan ke Jalan Siliwangi.Bangunan Benteng Pendem Ngawi terdiri dari pintu gerbang utama, ratusan kamar untuk para tentara, halaman rumput di tengah bangunan, dan beberapa ruang yang dulunya diyakini sebagai kandang-kandang kuda.Bangunan benteng ini dikelilingi gundukan tanah yang sengaja dibangun untuk menahan serangan dan luapan air Bengawan Solo. Hal inilah yang membuat bangunan benteng seperti terpendam. Bangunan ini juga dikelilingi saluran air (parit) selebar 5 meter. Namun sayangnya saat ini paritnya sudah tertutup tanah.Selanjutnya pihak Yon Armed 12 dan Pemerintah Daerah (Pemda ) Ngawi ingin agar Benteng Van Den Bosch menjadi objek wisata sejarah di Kabupaten Ngawi. Sehingga benterng tersebut dibenahi oleh Yon Armed hingga akhirnya ready dan dibuka untuk umum.Sejak dibuka untuk umum, masyarakat bisa melihat bangunan Benteng Pendem dari dekat. Lokasi Benteng Pendem mudah dijangkau dengan alat transportasi karena letaknya berada di pusat Kota Ngawi.Kini pengelola Benteng Pendem telah melakukan kerja sama dengan Pemerintah (Pemkab) Ngawi untuk menggarap Benteng Pendem ini menjadi satu kesatuan wisata air dengan Museum Trinil Ngawi menyusuri Bengawan Solo.Museum Trinil dan Benteng Pendem Ngawi memiliki keterkaitan. Sebab sebelum fosil-fosil di Trinil disimpan di museum seperti saat ini, lokasi yang digunakan untuk menyimpan fosil tersebut adalah Benteng Pendem.Selain jadi zona pertahanan, Benteng Pendem ini dulunya juga dimanfaatkan untuk persinggahan para ilmuwan Belanda. Salah satunya adalah Eugene Dubois, penemu manusia purba Trinil "Pithecanthropus Erectus".Benteng Pendem Ngawi ini memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi, setara dengan bangunan benteng di Yogyakarta.
(nrw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0987 seconds (0.1#10.140)