Polda Jateng: Ada yang Setor Rp150 Juta demi Gabung Keraton Agung Sejagat
A
A
A
SEMARANG - Polisi masih mendalami dugaan modus penipuan dalam Keraton Agung Sejagat di Purworejo Jawa Tengah. Bahkan, warga harus membayar hingga ratusan juta rupiah demi bergabung dengan keraton palsu ini.
"Kemarin mendapatkan informasi dari warga di sana ada yang sampai menyerahkan Rp150 juta ini masih dicari oleh penyidik untuk dipanggil sebagai keterangan saksi korban," kata Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Iskandar Fitriana Sutisna di Semarang, Senin (20/1/2020). (Baca jug: Ngaku Berkhayal Jadi Raja-Ratu Keraton Agung Sejagat, Polda Periksa Kejiwaan Toto-Fani)
Menurutnya, polisi telah memeriksa 18 saksi yang diduga menjadi korban. Mereka rata-rata telah membayar Rp3 juta sampai Rp30 juta. Mereka rela membayar karena diiming-iming jabatan dan gaji besar bila bergabung menjadi anggota kerajaan. (Baca juga: Ternyata Ritual Keraton Agung Sejagat Ganggu Ibadah Salat Warga)
"Dari ratusan (pengikut) itu mereka juga mengakui bahwa mereka tertipu, tapi kita hanya mengambil sampel 18 orang. Ini yang betul-betul sudah mendapatkan iming-iming kemudian menyetorkan sejumlah uang," terangnya.
Namun, janji-janji yang disampaikan Raja Toto Santoso (42) dan permaisuri Ratu Fanni Aminadia (41) hamya isapan jempol belaka. Bahkan, mereka pun harus tunduk saat polisi melakukam penangkapan terhadap keduanya di Wates Yogyakarta pada 14 Januari.
"Kemudian dia dijanjikan itu tidak ada sama sekali. Sampai sekarang baik dari gaji, kemudian jabatan dan lain-lain, yang katanya hidupnya lebih makmur itu banyak janji iming-iming seperti itu," pungkasnya.
Sebelumnya polisi juga meminta keterangan ahli sejarah dan budaya untuk memeriksa silsilah Toto maupun Ratu Fanni Aminadia (41). Hasilnya, tak ditemukan garis keturunan yang menyambung ke trah Raja-Raja Mataram maupun Majapahit.
"Sebenarnya tidak ada sama sekali keturunan kerajaan, tak ada. Bahkan sudah kita cek dari ali sejarah dan budaya tidak ada silsilah dari saudara Toto ini dari keturunan Raja Mataram atau Majapahit, tidak ada sama sekali," terangnya.
Meski telah mengakui kebohongannya, namun polisi tetap melibatkan psikologi untuk mengetahui kejiwaan tersangka. Terlebih, dua tersangka saat memberikan keterangan cenderung berbelit-belit untuk menyembunyikan fakta.
"Kita melihat kalau keterangan tambahan dari ahli ini apalabila dibutuhkan. Kemarin itu jawaban yang bersangkutan ini selalu berbelit-belit, selalu mengatakan bahwa ini memang dari wangsit dia keturunan kerajaan, padahal sebenarnya tidak ada sama sekali," tandasnya.
"Dari ratusan (pengikut) itu mereka juga mengakui bahwa mereka tertipu, tapi kita hanya mengambil sampel 18 orang. Ini yang betul-betul sudah mendapatkan iming-iming kemudian menyetorkan sejumlah uang," terangnya.
Namun, janji-janji yang disampaikan Raja Toto Santoso (42) dan permaisuri Ratu Fanni Aminadia (41) hamya isapan jempol belaka. Bahkan, mereka pun harus tunduk saat polisi melakukam penangkapan terhadap keduanya di Wates Yogyakarta pada 14 Januari.
"Kemudian dia dijanjikan itu tidak ada sama sekali. Sampai sekarang baik dari gaji, kemudian jabatan dan lain-lain, yang katanya hidupnya lebih makmur itu banyak janji iming-iming seperti itu," pungkasnya.
"Kemarin mendapatkan informasi dari warga di sana ada yang sampai menyerahkan Rp150 juta ini masih dicari oleh penyidik untuk dipanggil sebagai keterangan saksi korban," kata Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Iskandar Fitriana Sutisna di Semarang, Senin (20/1/2020). (Baca jug: Ngaku Berkhayal Jadi Raja-Ratu Keraton Agung Sejagat, Polda Periksa Kejiwaan Toto-Fani)
Menurutnya, polisi telah memeriksa 18 saksi yang diduga menjadi korban. Mereka rata-rata telah membayar Rp3 juta sampai Rp30 juta. Mereka rela membayar karena diiming-iming jabatan dan gaji besar bila bergabung menjadi anggota kerajaan. (Baca juga: Ternyata Ritual Keraton Agung Sejagat Ganggu Ibadah Salat Warga)
"Dari ratusan (pengikut) itu mereka juga mengakui bahwa mereka tertipu, tapi kita hanya mengambil sampel 18 orang. Ini yang betul-betul sudah mendapatkan iming-iming kemudian menyetorkan sejumlah uang," terangnya.
Namun, janji-janji yang disampaikan Raja Toto Santoso (42) dan permaisuri Ratu Fanni Aminadia (41) hamya isapan jempol belaka. Bahkan, mereka pun harus tunduk saat polisi melakukam penangkapan terhadap keduanya di Wates Yogyakarta pada 14 Januari.
"Kemudian dia dijanjikan itu tidak ada sama sekali. Sampai sekarang baik dari gaji, kemudian jabatan dan lain-lain, yang katanya hidupnya lebih makmur itu banyak janji iming-iming seperti itu," pungkasnya.
Sebelumnya polisi juga meminta keterangan ahli sejarah dan budaya untuk memeriksa silsilah Toto maupun Ratu Fanni Aminadia (41). Hasilnya, tak ditemukan garis keturunan yang menyambung ke trah Raja-Raja Mataram maupun Majapahit.
"Sebenarnya tidak ada sama sekali keturunan kerajaan, tak ada. Bahkan sudah kita cek dari ali sejarah dan budaya tidak ada silsilah dari saudara Toto ini dari keturunan Raja Mataram atau Majapahit, tidak ada sama sekali," terangnya.
Meski telah mengakui kebohongannya, namun polisi tetap melibatkan psikologi untuk mengetahui kejiwaan tersangka. Terlebih, dua tersangka saat memberikan keterangan cenderung berbelit-belit untuk menyembunyikan fakta.
"Kita melihat kalau keterangan tambahan dari ahli ini apalabila dibutuhkan. Kemarin itu jawaban yang bersangkutan ini selalu berbelit-belit, selalu mengatakan bahwa ini memang dari wangsit dia keturunan kerajaan, padahal sebenarnya tidak ada sama sekali," tandasnya.
"Dari ratusan (pengikut) itu mereka juga mengakui bahwa mereka tertipu, tapi kita hanya mengambil sampel 18 orang. Ini yang betul-betul sudah mendapatkan iming-iming kemudian menyetorkan sejumlah uang," terangnya.
Namun, janji-janji yang disampaikan Raja Toto Santoso (42) dan permaisuri Ratu Fanni Aminadia (41) hamya isapan jempol belaka. Bahkan, mereka pun harus tunduk saat polisi melakukam penangkapan terhadap keduanya di Wates Yogyakarta pada 14 Januari.
"Kemudian dia dijanjikan itu tidak ada sama sekali. Sampai sekarang baik dari gaji, kemudian jabatan dan lain-lain, yang katanya hidupnya lebih makmur itu banyak janji iming-iming seperti itu," pungkasnya.
(shf)