Yayasan Pawiyatan Keraton Solo Wisuda 90 Lulusan MC Bahasa Jawa
A
A
A
SOLO - Yayasan Pawiyatan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo mewisuda 90 orang lulusan pawiyatan pabyawara atau sekolah MC Bahasa Jawa. Sebelumnya, mereka digembleng selama enam bulan mengenai materi-materi khusus dari keraton.
Para peserta master of ceremonies (MC) berasal dari berbagai daerah di Jawa seperti Malang, Blitar, Tulungagung dan Semarang. Sehingga sejak tahun 1993 lalu, total terdapat sekitar 3.000 orang lulusan MC Bahasa Jawa dari Yayasan Pawiyatan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
“Memang banyak permintaan, tapi kami belum bisa melayani semua karena keterbatasan dosen atau guru,” kata Ketua Yayasan Pawiyatan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, GKR Wandansari Koes Moertiyah (Gusti Moeng), Minggu (12/1/2020).
Sehingga, minat calon peserta dari berbagai daerah di Jawa belum sepenuhnya dapat diakomodir. Sebab, materi materi yang diberikan sangat khusus dan sedikit banyak berbeda dengan di luar. “Ini khusus hanya kebudayaan Jawa yang sumbernya dari Keraton Surakarta,” urainya.
Para peserta yang diwisuda memiliki latar belakang profesi mulai dari rias pengantin hingga guru. Karena Keraton Solo kini masih dikunci akibat konflik internal dan pihaknya tidak dapat masuk, maka wisuda dilaksanakan di Ndalem Joyokusuman, Gajahan, Surakarta.
Pihaknya berharap para lulusan yang diwisuda, turut membantu pelestarian budaya Jawa yang bersumber dari Keraton Surakarta. Sebab tidak dapat diingkari, Keraton Kasunanan Surakarta dulunya pernah menjadi pusat pemerintahan dan pusat kebudayaan di tanah Jawa.
“Sebab Keraton Surakarta Hadiningrat merupakan terusan dari Keraton Mataram,” imbuhnya.
Para peserta master of ceremonies (MC) berasal dari berbagai daerah di Jawa seperti Malang, Blitar, Tulungagung dan Semarang. Sehingga sejak tahun 1993 lalu, total terdapat sekitar 3.000 orang lulusan MC Bahasa Jawa dari Yayasan Pawiyatan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
“Memang banyak permintaan, tapi kami belum bisa melayani semua karena keterbatasan dosen atau guru,” kata Ketua Yayasan Pawiyatan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, GKR Wandansari Koes Moertiyah (Gusti Moeng), Minggu (12/1/2020).
Sehingga, minat calon peserta dari berbagai daerah di Jawa belum sepenuhnya dapat diakomodir. Sebab, materi materi yang diberikan sangat khusus dan sedikit banyak berbeda dengan di luar. “Ini khusus hanya kebudayaan Jawa yang sumbernya dari Keraton Surakarta,” urainya.
Para peserta yang diwisuda memiliki latar belakang profesi mulai dari rias pengantin hingga guru. Karena Keraton Solo kini masih dikunci akibat konflik internal dan pihaknya tidak dapat masuk, maka wisuda dilaksanakan di Ndalem Joyokusuman, Gajahan, Surakarta.
Pihaknya berharap para lulusan yang diwisuda, turut membantu pelestarian budaya Jawa yang bersumber dari Keraton Surakarta. Sebab tidak dapat diingkari, Keraton Kasunanan Surakarta dulunya pernah menjadi pusat pemerintahan dan pusat kebudayaan di tanah Jawa.
“Sebab Keraton Surakarta Hadiningrat merupakan terusan dari Keraton Mataram,” imbuhnya.
(zil)