Tortor Sombah Tarian Khas Simalungun Pengikat Hati Sekaligus Penghormatan

Senin, 18 November 2019 - 05:02 WIB
Tortor Sombah Tarian...
Tortor Sombah Tarian Khas Simalungun Pengikat Hati Sekaligus Penghormatan
A A A
Tortor dapat diartikan sebagai tarian. Tortor merupakan tarian seremonial yang disajikan bersaman dengan penyajian musik gondang (Toba), gonrang (Simalungun), gordang (Mandailing).

Tortor lebih pas diartikan sebagai bentuk pengejawantahan ekspresi baik individu maupun kolektif yang muncul pada saat upacara adat maupun ritual lainnya. Sebenarnya tortor tercipta karena adanya upacara kematian, panen, penyembuhan dan pesta
muda-mudi.

Tortor memiliki makna yaitu sebagai penyemangat jiwa, seperti makanan untuk jiwa dan sebagai penghibur. Walaupun secara fisik tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dalam dari gerakan-gerakkannya menunjukkan bahwa tortor adalah sebuah media komunikasi, dimana melalui gerak-gerakkan yang disajikan terjadi interaksi antara partisipan upacara.

Tortor Sombah merupakan salah satu warisan budaya Simalungun yang masih
lestari sampai saat ini. Tarian atau Tortor Sombah dipersembahkan untuk menyambut raja pada zaman dahulu kala, ataupun menyambut tamu dan kerabat dekat, yang diiringi dengan musik atau gonrang.

Tarian ini dapat dianggap sebagai penghormatan bagi tamu maupun rombongannya. Bila tortor ini selesai disajikan baru ,yang lain dapat menarikan sesuatu tarian yang diingininya.

Tortor sombah ini telah lama hidup di tengah-tengah masyarakat dengan istilah “sembah”.
Secara umum, posisi menyembah ini diperlihatkan dua lakon,pertama,badan
berdiri dengan posisi kepala menunduk (unduk), telapak tangan terbuka dan
dirapatkan serta di taruh di depan wajah yang menunduk serta badan (torso)
sedikit condong (membungkuk ke depan).

Selanjutnya, badan membungkuk total, kedua telapak tangan terbuka dan ditaruh di depan kepala serta kepala menunduk sehingga lakon yang tampak cenderung ’seolah-olah mencium’ tanah.

Tortor Sombah asal Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatra Utara mendapat penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia belum
lama ini.Penghargaan itu berupa ditetapkannya Tortor Sombah sebagai salah satuwarisan budaya tak benda Indonesia. Pemberian penghargaan berlangsung di sela Pekan Kebudayaan Nasional di Jakarta, 7-13 Oktober 2019 lalu.

Penghargaan diberikan Menteri Dalam Negeri kala itu dijabat Tjahjo Kumolo,
didampingi Menteri Penddidikan dan Kebudayaan, masih dijabat Muhajir Effendi kepada Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi yang diwakili Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sumatera Utara, Sabrina.

Kepala Dinas Pariwisata Pemkab Simalungun,Resman Saragih kepada
Sindonews.com,Rabu (13/11/2019) mengatakan,Tortor Sombah adalah tarian Simalungun yang paling sakral sebab fungsinya sebagai tari upacara buat menyambut para tamu raja pada dahulu kala. Dan rangkaian tarian ini berpasangan antara seorang laki dan wanita.

"Pada mulanya, tarian Tortor Sombah ini, tidak memiliki gerakan yang tetap. Hanya memiliki gerakan Sombah,dan motif gerakannya, sama dengan fungsinya sendiri, dimana sang penari saat tamu datang penari, menari dengan melakukan gerakan Sombah," sebut Resman.

Selanjutnya, perlahan-lahan turun sambil membersihkan diri. Kemudian dengan
melakukan gerakan membersihkan lingkungan sambil menunggu tamu menerima bentuk penghormatan,dengan cara manogu atau mempersilahkan tamu melanjutkan perjalanan.

Adapun iringan musiknya Tortor Sombah seyogianya menggunakan gual parahot-parahot atau gual rambing-rambing dan menggunakan alat musik Gonrang Sipitu-Pitu, Ogung, Mingmong, Sarunei dan Sitalasayak.

Bupati Simalungun JR Saragih mengaku bangga dengan di tetapkan Tortor
Sombah sebagai warisan budaya tak benda Indonesia. Sebagai salah satu budaya dalam menyambut tamu,Tortor Sombah diharapkan JR bisa terus dilestarikan dengan menjadikannya salah satu kegiatan ekstra kulikuler di sekolah-sekolah.

"Saya bangga salah satu tarian khas Simalungun,Tortor Sombah dijadi warisan budaya tak benda oleh pemerintah,saya berharap budaya daerah seperti Tortor Sombah bisa menjadi salah satu kegiatan ekstra kulikuler di sekolah sebagai salah satu upaya melestarikannya," sebut JR.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1209 seconds (0.1#10.140)