Puluhan Warga dari 9 Desa di Tapsel Dilatih Soal Mitigasi Lingkungan
A
A
A
TAPANULI SELATAN - Puluhan warga dari 9 desa mendapatkan pelatihan mitigasi lingkungan dari perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara.
"Ada 26 warga dari sembilan desa, Kecamatan Sipirok, Marancar dan Batangtoru yang mengikuti pelatihan mitigasi yang digelar di Desa Tanjung Dolok Kecamatan Marancar beberapa waktu lalu ini," kata Senior Riset Commoditi Development PLTA Batangtoru Kusnadi Wirasaputra kepada wartawan di Tapsel.
Kusnadi menjelaskan, pelatihan itu bertujuan agar masyarakat mampu memetakan jelajah orangutan serta habitat-habitat utamanya. Selain itu, katanya, untuk meningkatkan kapasitas dan jejaring masyarakat dalam mengelola koridor konservasi, mampu memetakan sendiri wilayah cagar alam Sibual-buali, Dolok Sipirok, suaka alam Lubuk Raya sekaligus menginventarisir kebun-kebun di wilayah konservasi Batangtoru.
"Kita juga ingin masyarakat ke depan, mampu menginventarisasi jenis tanaman alam pakan orangutan berapa yang ada dan tersisa sebagai langkah PLTA Batangtoru melakukan pengkayaan," tuturnya.
Dia mencontohkan, apabila hasil pemetaan masyarakat, tanaman aren yang disukai orangutan ketersediaannya kurang, akan dilakukan pengkayaan dengan menanam kembali bibit aren termasuk terhadap jenis tanaman lainnya.
Kusnadi mengatakan, tujuan lain pelatihan ini, bagaimana membuat satu monitoring bersama masyarakat khususnya Desa Tanjung Dolok, Sitandiang, Haunatas, Bulu Mario, Aek Sabaon, Aek Nabara, Huraba dan lainnya. Selama ini monitoring hanya bersama BKSDA, masyarakat sifatnya cuma melapor, tapi ke depan ada sistem pelaporan hasil monitoring, sehingga warga juga bisa mengetahui perkembangan konservasi Batangtoru itu sendiri.
"Nantinya, setiap satgas akan diberikan mekanisme yang namanya 'SMS Gateway' atau pintu gerbang berhubungan dengan pihak BKSDA," terangnya.
Dia menambahkan, melalui SMS Gateway, para satgas konservasi Batangtoru selaku perwakilan masyarakat desa dan kampung, nantinya dapat memberikan informasi langsung ke pihak BKSDA tanpa menunggu.
"Ada 26 warga dari sembilan desa, Kecamatan Sipirok, Marancar dan Batangtoru yang mengikuti pelatihan mitigasi yang digelar di Desa Tanjung Dolok Kecamatan Marancar beberapa waktu lalu ini," kata Senior Riset Commoditi Development PLTA Batangtoru Kusnadi Wirasaputra kepada wartawan di Tapsel.
Kusnadi menjelaskan, pelatihan itu bertujuan agar masyarakat mampu memetakan jelajah orangutan serta habitat-habitat utamanya. Selain itu, katanya, untuk meningkatkan kapasitas dan jejaring masyarakat dalam mengelola koridor konservasi, mampu memetakan sendiri wilayah cagar alam Sibual-buali, Dolok Sipirok, suaka alam Lubuk Raya sekaligus menginventarisir kebun-kebun di wilayah konservasi Batangtoru.
"Kita juga ingin masyarakat ke depan, mampu menginventarisasi jenis tanaman alam pakan orangutan berapa yang ada dan tersisa sebagai langkah PLTA Batangtoru melakukan pengkayaan," tuturnya.
Dia mencontohkan, apabila hasil pemetaan masyarakat, tanaman aren yang disukai orangutan ketersediaannya kurang, akan dilakukan pengkayaan dengan menanam kembali bibit aren termasuk terhadap jenis tanaman lainnya.
Kusnadi mengatakan, tujuan lain pelatihan ini, bagaimana membuat satu monitoring bersama masyarakat khususnya Desa Tanjung Dolok, Sitandiang, Haunatas, Bulu Mario, Aek Sabaon, Aek Nabara, Huraba dan lainnya. Selama ini monitoring hanya bersama BKSDA, masyarakat sifatnya cuma melapor, tapi ke depan ada sistem pelaporan hasil monitoring, sehingga warga juga bisa mengetahui perkembangan konservasi Batangtoru itu sendiri.
"Nantinya, setiap satgas akan diberikan mekanisme yang namanya 'SMS Gateway' atau pintu gerbang berhubungan dengan pihak BKSDA," terangnya.
Dia menambahkan, melalui SMS Gateway, para satgas konservasi Batangtoru selaku perwakilan masyarakat desa dan kampung, nantinya dapat memberikan informasi langsung ke pihak BKSDA tanpa menunggu.
(rhs)