Terganggu Kabut Asap, Penerbangan di Palembang Delay 3 Jam Lebih
A
A
A
PALEMBANG - Kabut asap yang masih tebal membuat penerbangan di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Sumsel terganggu dan mengakibatkan delay atau tertunda 3 jam lebih.
Jarak pandang terendah mencapai 50-400 meter pada Rabu pagi (9/10/2019). General Manager Angkasa Pura (AP) II, Fahroji mengatakan, penerbangan delay itu yakni tujuh penerbangan kedatangan dan keberangkatan. Sedangkan waktu delay 22 menit sampai dengan 194 menit.
Beberapa maskapai penerbangan yang mengalami perlambatan mendarat dan terbang di Bandara SMB II di antaranya pesawat dengan nomor penerbangan AK 451 KUL-PLM (9 min), GA 100 CGK-PLM (137 min), ID 6870 CGK-PLM (144 min), QG 980 CGK-PLM (131 min), IW 1759 PKU-PLM (103 min), QG 988 BTH - PLM (54 min), GA 102 CGK-PLM (22 min).
Sementara untuk keberangkatan, terjadi delay di Palembang dengan nomor penerbangan QG 985 PLM-CGK (194 min), IW 1750 PLM -BKS (123 Min), JT 142 PLM-PGK (98 min), ID 6871 PLM-CGK (127 min), GA 7132 PLM-BKS (127 min), QG 1940 PLM-PDG ( 99 min), AK 450 PLM-Kul (33 min).
"Kita dapat update jarak pandang 50 meter di jam 05.00, kemudian normal lagi sekitar 400 meter jam 09.30. Minimal jarak pandang 800 meter," katanya saat dihubungi SINDOnews, Rabu (9/10/2019).
Menurutnya, akibat dari delay ini biasanya jika menggunakan pesawat yang sama menyebabkan calon penumpang menunggu lama. "Jika tidak bisa landing, biasanya kembali ke bandara asal," ujarnya.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II, Bambang Beny Setiaji mengatakan, intensitas kabut asap pada pagi hari pukul 04.00-07.00 dan sore hari 16.00-20.00 dikarenakan labilitas udara yang stabil (tidak ada massa udara naik) pada waktu-waktu tersebut.
"Jarak pandang terendah pada pagi pada 09 Oktober 2019 berkisar hanya 50-400 meter dengan kelembapan pada saat itu 95-96 persen," katanya.
Secara Regional, kata Bambang, munculnya Badai Tropis Hagibis di Laut Cina Selatan mengakibatkan kembali adanya aliran massa udara ke arah pusat tekanan rendah badai tersebut.
Hal ini mengakibatkan penurunan potensi dan intensitas hujan di wilayah Sumsel tiga hari ke depan 10-12 Oktober 2019.
"Secara Lokal, kondisi hujan akibat faktor lokal (awan konvektif) akan tetap berpotensi di wilayah bagian barat Sumsel dikarenakan kelembapan udara lapisan atas cukup memadai untuk pertumbuhan awan, biasanya hujan yang terjadi berlangsung sebentar, sporadis (berbeda tiap tempat) dan berpotensi petir disertai angin kencang," jelasnya.
Jarak pandang terendah mencapai 50-400 meter pada Rabu pagi (9/10/2019). General Manager Angkasa Pura (AP) II, Fahroji mengatakan, penerbangan delay itu yakni tujuh penerbangan kedatangan dan keberangkatan. Sedangkan waktu delay 22 menit sampai dengan 194 menit.
Beberapa maskapai penerbangan yang mengalami perlambatan mendarat dan terbang di Bandara SMB II di antaranya pesawat dengan nomor penerbangan AK 451 KUL-PLM (9 min), GA 100 CGK-PLM (137 min), ID 6870 CGK-PLM (144 min), QG 980 CGK-PLM (131 min), IW 1759 PKU-PLM (103 min), QG 988 BTH - PLM (54 min), GA 102 CGK-PLM (22 min).
Sementara untuk keberangkatan, terjadi delay di Palembang dengan nomor penerbangan QG 985 PLM-CGK (194 min), IW 1750 PLM -BKS (123 Min), JT 142 PLM-PGK (98 min), ID 6871 PLM-CGK (127 min), GA 7132 PLM-BKS (127 min), QG 1940 PLM-PDG ( 99 min), AK 450 PLM-Kul (33 min).
"Kita dapat update jarak pandang 50 meter di jam 05.00, kemudian normal lagi sekitar 400 meter jam 09.30. Minimal jarak pandang 800 meter," katanya saat dihubungi SINDOnews, Rabu (9/10/2019).
Menurutnya, akibat dari delay ini biasanya jika menggunakan pesawat yang sama menyebabkan calon penumpang menunggu lama. "Jika tidak bisa landing, biasanya kembali ke bandara asal," ujarnya.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II, Bambang Beny Setiaji mengatakan, intensitas kabut asap pada pagi hari pukul 04.00-07.00 dan sore hari 16.00-20.00 dikarenakan labilitas udara yang stabil (tidak ada massa udara naik) pada waktu-waktu tersebut.
"Jarak pandang terendah pada pagi pada 09 Oktober 2019 berkisar hanya 50-400 meter dengan kelembapan pada saat itu 95-96 persen," katanya.
Secara Regional, kata Bambang, munculnya Badai Tropis Hagibis di Laut Cina Selatan mengakibatkan kembali adanya aliran massa udara ke arah pusat tekanan rendah badai tersebut.
Hal ini mengakibatkan penurunan potensi dan intensitas hujan di wilayah Sumsel tiga hari ke depan 10-12 Oktober 2019.
"Secara Lokal, kondisi hujan akibat faktor lokal (awan konvektif) akan tetap berpotensi di wilayah bagian barat Sumsel dikarenakan kelembapan udara lapisan atas cukup memadai untuk pertumbuhan awan, biasanya hujan yang terjadi berlangsung sebentar, sporadis (berbeda tiap tempat) dan berpotensi petir disertai angin kencang," jelasnya.
(shf)