Dua Ibu Asal Aceh Pengungsi dari Wamena Kebingungan untuk Pulang
A
A
A
MALANG - Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jawa Timur menyiapkan ratusan kotak makan kepada para penyintas konflik Wamena serta menyediakan layanan kesehatan dan traumahelling bagi anak-anak.
Masuk dalam rombongan penyintas Wamena, adalah Priska dan Trisesi, warga Aceh Tenggara. Kakak adik yang membawa dua anak balita ini bingung karena belum tahu kapan bisa pulang ke daerahnya.
"Saya asal dari daerah Cane, saya mau malam ini sudah bisa terbang ke Medan. Karena kalau ke Aceh Tenggara akan lebih dekat melalui Medan," ungkap Trisesi.
Trisesi menjelaskan, tentang konflik kemanusiaan Wamena yang dialami. Kondisi di Wamena saat kerusuhan tidak kondusif, sehingga dia dan anaknya harus mengungsi.
"Suami saya PNS di sana, dia masih ada di sana. Kami pulang karena benar-benar nggak ada lagi yang bisa diharapkan di sana. Kos-kosan kami dibakar, motor kami hangus. Kami hanya bawa berkas-berkas penting dan baju seadanya," tuturnya.
Trisesi mengatakan, sebagian dari mereka, terutama para suami masih bertahan di Wamena. Mereka meminta istrinya untuk segera keluar dari Papua demi keselamatannya. Mereka terpaksa ikut pemulangan rombongan warga Jatim.
"Ayah tidak apa-apa di Papua dulu yang penting kalian keluar dulu, hidup dulu, selamat dulu sampai Aceh," ucapnya menirukan ucapan suaminya.
Tim ACT Jawa Timur, Wahyu mengungkapkan, hingga saat ini ACT terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait, untuk melakukan pendampingan kepada kedua warga Aceh tersebut, hingga pulang ke kampung halamannya.
"Kami juga bergerak untuk menggalang kepedulian masyarakat, agar mereka bisa kembali ke Aceh bersama keluarganya seperti harapan suaminya yang masih bertahan di Wamena," kata Wahyu.
Hingga saat ini, ACT terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk melakukan pendampingan kepada warga terdampak konflik di Wamena dengan melakukan pendampingan kepada para penyintas Wamena hingga pulang ke daerah masing-masing.
Masuk dalam rombongan penyintas Wamena, adalah Priska dan Trisesi, warga Aceh Tenggara. Kakak adik yang membawa dua anak balita ini bingung karena belum tahu kapan bisa pulang ke daerahnya.
"Saya asal dari daerah Cane, saya mau malam ini sudah bisa terbang ke Medan. Karena kalau ke Aceh Tenggara akan lebih dekat melalui Medan," ungkap Trisesi.
Trisesi menjelaskan, tentang konflik kemanusiaan Wamena yang dialami. Kondisi di Wamena saat kerusuhan tidak kondusif, sehingga dia dan anaknya harus mengungsi.
"Suami saya PNS di sana, dia masih ada di sana. Kami pulang karena benar-benar nggak ada lagi yang bisa diharapkan di sana. Kos-kosan kami dibakar, motor kami hangus. Kami hanya bawa berkas-berkas penting dan baju seadanya," tuturnya.
Trisesi mengatakan, sebagian dari mereka, terutama para suami masih bertahan di Wamena. Mereka meminta istrinya untuk segera keluar dari Papua demi keselamatannya. Mereka terpaksa ikut pemulangan rombongan warga Jatim.
"Ayah tidak apa-apa di Papua dulu yang penting kalian keluar dulu, hidup dulu, selamat dulu sampai Aceh," ucapnya menirukan ucapan suaminya.
Tim ACT Jawa Timur, Wahyu mengungkapkan, hingga saat ini ACT terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait, untuk melakukan pendampingan kepada kedua warga Aceh tersebut, hingga pulang ke kampung halamannya.
"Kami juga bergerak untuk menggalang kepedulian masyarakat, agar mereka bisa kembali ke Aceh bersama keluarganya seperti harapan suaminya yang masih bertahan di Wamena," kata Wahyu.
Hingga saat ini, ACT terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk melakukan pendampingan kepada warga terdampak konflik di Wamena dengan melakukan pendampingan kepada para penyintas Wamena hingga pulang ke daerah masing-masing.
(wib)