Titik Panas Turun, Kualitas Udara Membaik

Selasa, 01 Oktober 2019 - 09:40 WIB
Titik Panas Turun, Kualitas Udara Membaik
Titik Panas Turun, Kualitas Udara Membaik
A A A
JAKARTA - Pantauan BNPB berdasarkan citra satelit Modis-catalog LAPAN pada Senin 30 September 2019 pukul 18.00 WIB, menunjukkan kualitas udara membaik seiring dengan turunnya jumlah titik panas (hotspot) di Sumatera dan Kalimantan.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo mengatakan, jumlah titik panas cenderung berkurang akibat menurunnya jumlah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat (Kalbar) dan Kalimantan Tengah (Kalteng).

“Masih banyak titik panas di Kalimantan Selatan (Kalsel), namun kualitas udara yang diukur dengan PM 2,5 menunjukkan tingkat baik,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Selasa (1/10/2019).

Agus menambahkan, data terakhir pada Senin 30 September 2019, tercatat titik panas berjumlah 673. Titik panas tertinggi teridentifikasi di Kalimantan Selatan dengan 141 titik, Kalimantan Tengah 63, Sumatera Selatan 63 dan Jambi 15, sedangkan Riau dan Kalimantam Barat tidak terdeteksi adanya hot spot.

“Luasan hutan dan lahan di seluruh wilayah Indonesia sejak awal tahun 2019 yang terbakar mencapai 328.724 hektare. Karhutla juga masih terjadi di kawasan Gunung Merbabu dan Sumbing di Jawa Tengah,” tuturnya.

Sementara itu, Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) terus berlangsung baik di Sumatera maupun di Kalimantan. Pada Senin 30 September 2019 dikerahkan 2 pesawat di Sumatera dan 2 Pesawat di Kalim dengan total garam yang ditabur sejumlah 9.600 kg.

Salah satu hasilnya hujan turun di sebagian besar wilayah Riau (Indragiri Hulu, Dumai, Pelalawan, Kuansing, Indragiri Hilir, Siak, Rokan Hulu dan Rokan Hilir), Jambi (Merangin, Sarolangin), Kalbar (Pontianak, Singkawang, Sintang, Melawi), Kalsel (HST, HSS), dan Kalteng (Palangkaraya, Barito Selatan dan Lamandau).

Agus menjelaskan, kecenderungan titik panas yang turun harus terus dipertahankan sehingga masyarakat dapat menghirup udara sehat dan beraktivitas di luar rumah. Hujan yang turun secara optimal dapat dimanfaatkan untuk membasahi gambut dengan sekat kanal dan embung.

“Gambut perlu dikembalikan ke kodratnya yaitu basah dan berair sehingga tidak mudah terbakar. Usaha pembahasan gambut ini perlu dilakukan terus menerus sehingga tahun depan tidak terjadi kebakaran lagi,” sebutnya.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5915 seconds (0.1#10.140)