BPDB Jateng Hadapi Kendala untuk Water Bombing di Gunung Merbabu
A
A
A
SEMARANG - Pemadaman api yang membakar kawasan hutan dan lahan di Gunung Merbabu masih dilakukan secara manual. Medan terjal dan angin kencang menjadi tantangan tersendiri untuk menjinakkan api. Pun begitu jika melakukan pemadaman dari udara atau water bombing.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Provinsi Jawa Tengah berencana mendatangkan helikopter untuk memadamkan api. Namun, cara ini membutuhkan biaya besar. Terlebih helikopter milik BNPB saat ini masih fokus untuk melakukan pemadaman api di Kalimantan.
“Untuk satu kali jalan, satu jam terbang itu biayanya sudah ratusan juta rupiah. Saat ini (helikopter) milik BNPB juga masih difokuskan di Kalimantan. Sehingga kita pinjam ke Penerbad," kata Kepala BPBD Jateng, Sudaryanto, Kamis (19/9/2019).
Pihaknya tengah memetakan kondisi medan dan lokasi mata air yang akan digunakan pada operasi water bombing. Selain itu, juga mencari tempat pendaratan helikopter agar tidak menimbulkan kerusakan rumah warga.
“Saya belum mendapatkan data yang lengkap. Kalak (Kepala Pelaksana) BPBD Boyolali yang mestinya tahu persis (lokasi pendaratan helikopter dan sumber air). Nanti kita juga harus lihat, di wilayah mana helikopter tersebut bisa mendarat. Selain itu, juga perlu dipastikan tidak ada SUTET. Jadi semua akan berjalan aman,” bebernya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Provinsi Jawa Tengah berencana mendatangkan helikopter untuk memadamkan api. Namun, cara ini membutuhkan biaya besar. Terlebih helikopter milik BNPB saat ini masih fokus untuk melakukan pemadaman api di Kalimantan.
“Untuk satu kali jalan, satu jam terbang itu biayanya sudah ratusan juta rupiah. Saat ini (helikopter) milik BNPB juga masih difokuskan di Kalimantan. Sehingga kita pinjam ke Penerbad," kata Kepala BPBD Jateng, Sudaryanto, Kamis (19/9/2019).
Pihaknya tengah memetakan kondisi medan dan lokasi mata air yang akan digunakan pada operasi water bombing. Selain itu, juga mencari tempat pendaratan helikopter agar tidak menimbulkan kerusakan rumah warga.
“Saya belum mendapatkan data yang lengkap. Kalak (Kepala Pelaksana) BPBD Boyolali yang mestinya tahu persis (lokasi pendaratan helikopter dan sumber air). Nanti kita juga harus lihat, di wilayah mana helikopter tersebut bisa mendarat. Selain itu, juga perlu dipastikan tidak ada SUTET. Jadi semua akan berjalan aman,” bebernya.
(wib)