Festival Babukung Lamandau Targetkan 10.250 Wisatawan
A
A
A
NANGA BULIK - Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, bakal menyelenggarakan Festival Babukung pada 11-13 Oktober 2019. Agenda tahunan yang digelar sejak 2014 ini bagian dari wujud visi dan misi Bupati Lamandau Hendra Lesmana dan Wakil Bupati Riko Purwanto.
“Dalam festival tahun ini Pemkab Lamandau mengangkat tarian topeng tradisional pada ritual suku Dayak Tomun yang dikenal dengan Babukung sebagai ikon budaya yang diangkat dari budaya leluhur,” ujar Bupati Hendra Lesmana, Rabu (28/9/2019).
Ia menjelaskan, para penari dalam festival tersebut menggunakan berbagai macam topeng dengan berbagai karakter tertentu. Topeng dalam bahasa daerah Lamandau disebut Luha dan penarinya disebut Bukung.
Bukung-bukung atau para penarinya datang dari berbagai desa tetangga atau dari kelompok masyarakat di desa, dengan tujuan untuk memberi penghiburan kepada keluarga yang berduka sembari menyerahkan bantuan. Mereka menari dengan menggunakan topeng diiringi tetabuhan musik tradisional.
“Penggunaan topeng ini dilakukan agar keluarga duka tidak mengetahui siapa yang memberikan bantuan sehingga tidak perlu merasa berhutang budi dan masyarakat Dayak Tomun di Kabupaten Lamandau sangat meyakini bahwa memberikan bantuan bagi yang memerlukan adalah suatu hal yang tidak perlu dipamerkan,” tambah Hendra.
Festival 1000 Bukung pernah dicatat sebagai penampilan penari topeng terbanyak oleh Museum Rekor Indonesia. Saat ini masyarakat Lamandau memiliki kebanggaan akan Babukung dan tarian yang dulunya hanya dilakukan sebagai bagian dari ritual.
Sampai saat ini Babukung telah berkembang menjadi tarian pertunjukkan yang dapat dinikmati keunikannya oleh khalayak luas. Tahun ini Pemkab Lamandau menargetkan Festival Babukung menarik 250 wisatawan mancanegara dan 10 ribu wisatwan datang berkunjung ke Lamandau.
“Kami berharap kunjungan wisata saat Festival Babukung bisa membludak," pungkas Hendra.
“Dalam festival tahun ini Pemkab Lamandau mengangkat tarian topeng tradisional pada ritual suku Dayak Tomun yang dikenal dengan Babukung sebagai ikon budaya yang diangkat dari budaya leluhur,” ujar Bupati Hendra Lesmana, Rabu (28/9/2019).
Ia menjelaskan, para penari dalam festival tersebut menggunakan berbagai macam topeng dengan berbagai karakter tertentu. Topeng dalam bahasa daerah Lamandau disebut Luha dan penarinya disebut Bukung.
Bukung-bukung atau para penarinya datang dari berbagai desa tetangga atau dari kelompok masyarakat di desa, dengan tujuan untuk memberi penghiburan kepada keluarga yang berduka sembari menyerahkan bantuan. Mereka menari dengan menggunakan topeng diiringi tetabuhan musik tradisional.
“Penggunaan topeng ini dilakukan agar keluarga duka tidak mengetahui siapa yang memberikan bantuan sehingga tidak perlu merasa berhutang budi dan masyarakat Dayak Tomun di Kabupaten Lamandau sangat meyakini bahwa memberikan bantuan bagi yang memerlukan adalah suatu hal yang tidak perlu dipamerkan,” tambah Hendra.
Festival 1000 Bukung pernah dicatat sebagai penampilan penari topeng terbanyak oleh Museum Rekor Indonesia. Saat ini masyarakat Lamandau memiliki kebanggaan akan Babukung dan tarian yang dulunya hanya dilakukan sebagai bagian dari ritual.
Sampai saat ini Babukung telah berkembang menjadi tarian pertunjukkan yang dapat dinikmati keunikannya oleh khalayak luas. Tahun ini Pemkab Lamandau menargetkan Festival Babukung menarik 250 wisatawan mancanegara dan 10 ribu wisatwan datang berkunjung ke Lamandau.
“Kami berharap kunjungan wisata saat Festival Babukung bisa membludak," pungkas Hendra.
(akn)