Gerakan Kopek Memajukan Kelapa Indonesia

Minggu, 15 September 2019 - 03:09 WIB
Gerakan Kopek Memajukan Kelapa Indonesia
Gerakan Kopek Memajukan Kelapa Indonesia
A A A
AMLAPURA - Koalisi Kabupaten Penghasil Kelapa (Kopek) Indonesia untuk ketiga kalinya menggelar kegiatan International Coconut Festival yang berlangsung di Karangasem Bali 14-17 September 2019. Kegiatan bertambah semarak karena penyelenggaraan International Coconut Festival kali ini disandingkan dengan perhelatan Festival Subak Karangasem.

Festival dibuka Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, Sabtu (14/9/2019) dihadiri jajaran pemerintah daerah, tamu undangan lainnya dan peserta dari negara penghasil kelapa seperti Tanzania, Hawai, Hainan, Philipina, Srilanka, China.

Mengawali sambutan, Bupati Mas Sumatri menyebut Karangasem merupakan Spirit of Bali karena di wilayahnya terdapat situs peninggalan sejarah kerajaan Karangasem. Sehingga dengan adanya kegiatan yang mengambil lokasi di Taman Ujung Soekadah ini akan terjadi sinergi antara pertanian dan pariwisata.

I Gusti Ayu Mas Sumatri mengatakan di Karangasem dengan luas 84.000 hektare memiliki potensi pertanian pohon salak, mete serta 18.000 hektare tanaman kelapa. Festival Subak dan Festival Kelapa lanjut Bupati Mas Sumatri menghadirkan ragam kegiatan yang diapreasi oleh masyarakat. Pasalnya, kelapa merupakan tumbuhan yang tidak pernah lepas dari kegiatan sehari-hari masyarakat Karangasem. Itu sebabnya kelapa merupakan pohon kehidupan bagi masyarakat Bali secara keseluruhan.

Ketua Kopek Indonesia Profesor Nelson Pomalingo saat memberikan sambutan mengatakan Karangasem adalah daerah yang memiliki 50 varian kelapa. Nelson juga menilai kerajinan berbahan kelapa berkembang pesat di Karangasem. Sehingga ia mendorang daerah Karangasem menjadi pusat kerajinan kelapa.

Sementara itu sebelum pembukaan, Nelson yang juga Bupati Kabupaten Gorontalo bersama pihak industri dan perguruan tinggi menerima utusan Tanzania dan melakukan dialog langsung membahas peluang Indonesia-Tanzania. Pada kesempatan itu delegasi Tanzania yang dipimpin Menteri Perdagangan dan Industri, Amina Salum Ali menyampaikan Tanzania memiliki lahan yang cocok untuk pengembangan kelapa. Amina menawarkan Indonesia untuk berinvestasi kelapa di Tanzania.

Pada pertemuan dengan delegasi Tanzania itu Nelson menggarisbawahi beberapa hal yang perlu tindaklanjut, Di antaranya, Kopek Indonesia akan membentuk tim Tanzania untuk pertanian, industri, perdagangan dan riset. "Setelah itu akan berkunjung ke Tanzania dengan membawa program yang diselenggarakan di Tanzania. Untuk itu akan melibatkan perguruan tinggi dan SDM khusus penelitian kelapa," ucap Nelson.

Problema kelapa Indonesia

Perhelatan International Coconut Festival menjadi momen penting bagi Kopek Indonesia untuk membahas permasalahan kelapa. Penanganan problematika tersebut memerlukan keterlibatan beberapa institusi yang bisa membawa kemajuan kelapa Indonesia. Koalisi Kabupaten Penghasil Kelapa (Kopek) Indonesia berupaya menjembatani permasalahan kelapa tersebut melalui kegiatan International Coconut Festival berbarengan dengan diselenggarakannya Festival Subak Karangasem.

Perhelatan Kopek Indonesia yang ke-3 ini bertujuan mengingatkan kembali kepada para pemangku kepentingan terhadap permasalahan kelapa di Indonesia. Profesor Nelson Pomalingo selaku Ketua Kopek mengemukakan adanya sumbatan dalam memajukan kelapa.

"Ada tiga problem kelapa di Indonesia yaitu pengelolaan pertanian, produktivitas industri dan harga kelapa," ungkap Nelson disela mengujungi stan pameran International Coconut Festival.

Nelson menjelaskan, permasalah kelapa tersebut membuat Kopek Indonesia berupaya mempertemukan petani, pengusaha dan pedagangnya. "Apa yang kami lakukan ini mendorong seluruh pemda untuk memperjuangkan pertemuan ini. Bahkan bukan hanya di dalam negeri juga mempertemukan berbagai pihak terkait kelapa dari luar negeri. Sebab perdagangan itu juga membicarakan eksternal," tutur Nelson.

Bukan sekadar mempertemukan, Nelson menyebut Kopek Indonesia juga telah mengusulkan terbentuknya Otoritas Kelapa Indonesia (OKI). Menurutnya, untuk membahas permasalahan harga misalnya harus dibicarkaan antara petani, industri dan pedagang. "Sekarang ini petani kelapa kalah, karena industri kelapa semaunya membeli kelapa dan perdagangan kelapa tidak dikontrol harganya," ungkap Nelson.

Maka dari itu Nelson berharap dengan adanya OKI nasib kelapa bisa setara seperti otoritas kelapa sawit yang telah berkembang dan bisa berjuang bersama-sama antara petani, industri dan pedagangnya. "Kelapa Indonesia sampai hari ini berjuang sendiri-sendiri. Kita ingin OKI menjadi wadah berjuang bersama-sama," ujar Nelson

Nelson mengakui keberadaan OKI membutuhkan kehadiran pemerintah pusat untuk berjuang bersama mengatasi permasalahan kelapa. "Otoritas berada di tingkat pusat, pemda hanya mengusulkan. Petani sangat mendukung adanya OKI. Apalagi Kementerian Pertanian juga sudah menyadari ke depan kemajuan tidak hanya pangan tapi perkebunan," ucap Nelson.Oleh karena itu Nelson menegaskan Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian dan Kementerian Industri duduk bersama. "Itu harapannya. Dengan demikian punya otonomi bangun kelapa Indonesia," tutup Nelson.
(alf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7783 seconds (0.1#10.140)
pixels