Kronologis Kasus Penilangan Berujung Maut di Lombok Timur
A
A
A
LOMBOK TIMUR - Zainal Abidin, warga asal Dusun Tunjang Desa Paok Motong Kecamatan Masbagik Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) terjaring razia Operasi Patuh pada 5 September lalu. Pada malam harinya sekitar pukul 20.30 00 WITA mendatangi kantor Satlantas Polres Lombok Timur.
Versi polisi, ZA datang bersama keponakannya membentak petugas piket Aipda WM yang menanyakan motornya yang ditilang. Polisi lain yang ada di lokasi yaitu NH meminta ZA agar tenang dan turun dari motor.
Namun, tiba-tiba ZA menyerang dengan memukul brigadir NH ke arah wajah, hidung dan merangkul hingga keduanya terjatuh.
Bahkan ZA sempat menggigit tangan WM yang bermaksud melerai hingga luka sobek di bagian lengan.
"Mari kita liat persoalan ini secara utuh, pada kesempatan ini saya sampaikan berdasarkan hasil investigasi dan fakta di lapangan," tegas Kapolres Lombok Timur, AKBP Ida Bagus Made Winarta di Mapolres Lotim, Senin (9/9/2019).
Dijelaskannya, setelah keributan selesai dan bersangkutan berhasil dilumpuhkan. ZA kemudian dibawa ke unit Reskrim. Saat pemeriksaan yang bersangkutan tiba-tiba terjatuh sehingga petugas membawanya ke RSUD untuk mendapat perawatan."Sampai dilakukan rawat inap selama 2 hari. Akhiranya ZA mengembuskan nafas terakhir pada Sabtu dini hari," jelasnya.
Versi keluarga korban, keponakan ZA yang menemaninya ke Satlantas Ihsan Juni Saputra mengakui, pamannya lebih dulu menyerang polisi sehingga baku hantam yang tak seimbang dengan polisi tak bisa dihindarkan.
Orang tua ZA Sahabudin dan Rahmah meminta polisi mengusut kasus ini dengan menindak oknum yang diduga melakukan pengeroyokan. "Kita minta ada tindakan hukum terhadap indisipliner oknum anggota polres dan tanggung jawab moral dari polisi," kata Samiun, paman ZA.
ZA sendiri menurut Sahabudin, memang punya riwayat gangguan jiwa sejak pulang dari Malaysia pernah dirawat di rumah sakit Jiwa di Mataram. Ini pula dibuktikan dnegan rekam medik bersangkutan di Puskesmas Masbagik.
Namun demikian, sehari-hari anaknya tetap berkegiatan secara normal, sekali waktu menekuni pekerjaannya sebagai pengrajin kayu.
Kini, polisi masih mendalam kasus ini. Polisi sudah melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi. Polda NTB sendiri membentuk tim Investigasi untuk mengusut kasus ini. Di Lombok Timur, kasus menjadi sorotan publik dan berharap bisa segera diselesaikan.
Versi polisi, ZA datang bersama keponakannya membentak petugas piket Aipda WM yang menanyakan motornya yang ditilang. Polisi lain yang ada di lokasi yaitu NH meminta ZA agar tenang dan turun dari motor.
Namun, tiba-tiba ZA menyerang dengan memukul brigadir NH ke arah wajah, hidung dan merangkul hingga keduanya terjatuh.
Bahkan ZA sempat menggigit tangan WM yang bermaksud melerai hingga luka sobek di bagian lengan.
"Mari kita liat persoalan ini secara utuh, pada kesempatan ini saya sampaikan berdasarkan hasil investigasi dan fakta di lapangan," tegas Kapolres Lombok Timur, AKBP Ida Bagus Made Winarta di Mapolres Lotim, Senin (9/9/2019).
Dijelaskannya, setelah keributan selesai dan bersangkutan berhasil dilumpuhkan. ZA kemudian dibawa ke unit Reskrim. Saat pemeriksaan yang bersangkutan tiba-tiba terjatuh sehingga petugas membawanya ke RSUD untuk mendapat perawatan."Sampai dilakukan rawat inap selama 2 hari. Akhiranya ZA mengembuskan nafas terakhir pada Sabtu dini hari," jelasnya.
Versi keluarga korban, keponakan ZA yang menemaninya ke Satlantas Ihsan Juni Saputra mengakui, pamannya lebih dulu menyerang polisi sehingga baku hantam yang tak seimbang dengan polisi tak bisa dihindarkan.
Orang tua ZA Sahabudin dan Rahmah meminta polisi mengusut kasus ini dengan menindak oknum yang diduga melakukan pengeroyokan. "Kita minta ada tindakan hukum terhadap indisipliner oknum anggota polres dan tanggung jawab moral dari polisi," kata Samiun, paman ZA.
ZA sendiri menurut Sahabudin, memang punya riwayat gangguan jiwa sejak pulang dari Malaysia pernah dirawat di rumah sakit Jiwa di Mataram. Ini pula dibuktikan dnegan rekam medik bersangkutan di Puskesmas Masbagik.
Namun demikian, sehari-hari anaknya tetap berkegiatan secara normal, sekali waktu menekuni pekerjaannya sebagai pengrajin kayu.
Kini, polisi masih mendalam kasus ini. Polisi sudah melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi. Polda NTB sendiri membentuk tim Investigasi untuk mengusut kasus ini. Di Lombok Timur, kasus menjadi sorotan publik dan berharap bisa segera diselesaikan.
(rhs)