Karomah KH Zainal Mustofa, 29 Tahun Jenazahnya Sempat 'Disembunyikan' Jepang

Sabtu, 10 Agustus 2019 - 05:00 WIB
Karomah KH Zainal Mustofa, 29 Tahun Jenazahnya Sempat Disembunyikan Jepang
Karomah KH Zainal Mustofa, 29 Tahun Jenazahnya Sempat 'Disembunyikan' Jepang
A A A
Bagi kalangan santri di pesantren dan warga Tasikmalaya tentu sangat tidak asing dengan nama KH Zainal Mustofa. Sampai-sampai nama tersebut menjadi nama Jalan Raya Utama di Pusat Kota Tasikmalaya. Bahkan sebuah tugu menjulang tinggi di bundaran Bypass Tasikmalaya dinamai Tugu KH Zainal Mustofa.

Ya, KH Zainal Mustofa sosok Pahlawan Nasional yang lahir dari kalangan Pesantren. Beliau Ulama Pesantren yang merelakan raga sampai nyawanya ditangan Tentara Jepang demi Kemerdekaan Indonesia.

Berawal dari ketidaksetujuannya pada perintah "Seikeirei" atau merunduk seperti ruku dalam Salat ke arah Timur yang diartikan Istana Kaisar Jepang, KH Zainal Mustofa memberontak karena merunduk tersebut bertentangan dengan keyakinan Iman sebagai seorang muslim.

Perlawanan terhadap Tentara Jepang digelorakan bersama para santrinya karena tetap muak terhadap kedzaliman penjajah sejak oleh Belanda.

Sampai terjadi peristiwa "Pertempuran Sukamanah Berdarah" yang terjadi pada Hari Jum'at 25 Februari 1944. Dalam pertempuran tersebut 86 orang santri meninggal dunia ditembak tentara Jepang, sementara KH Zainal Mustofa ditangkap dan dibawa ke Kota Tasikmalaya yang selanjutnya dipenjara di Bandung dan Cipinang Jakarta.

Peristiwa "Pertempuran Sukamanah Berdarah" telah menjadi catatan sejarah. Sosok KH Zainal Mustofa menjadi tauladan bangsa akan pengorbanan kemerdekaan.

"Abah (KH Zainal Mustofa) ditahannya pindah-pindah. Dari Tasikmalaya dipindah ke Bandung, kemudian ke Cipinang. Nah dari Cipinang itulah tidak diketahui lagi keberadaannya. Dengar-dengar dihukum mati oleh Tentara Jepang dan dimana jenazahnya pun kami tidak tahu," kata salah satu cucu KH Zainal Mustofa, KH Atam Rustam kepada SINDOnews, Kamis (1/8/2019).

Tempat pemakaman KH Zainal Mustofa pun tidak diketahui hingga salah satu murid pesantrennya yang bernama Syarif Hidayat yang jadi anggota TNI berpangkat Kolonel pada tahun 1970 meminta Kepala Pusat Sejarah ABRI, Kolonel Nugraha Natosusanto mencari keberadaan makam jenazah gurunya yaitu KH Zainal Mustofa.

Kolonel Syarif Hidayat asal Mangunreja Tasikmalaya yang pernah juga menjadi Staf Panglima Komando dan Ketertiban (Pangkomkamtib) Laksamana TNI Sudomo tahun 1978 ini pun menelusuri keberadaan makam gurunya tersebut sampai meminta data ke Pemerintah Jepang. Sehingga akhirnya KH Zainal Mustofa bersama 17 santrinya itu dimakamkan di daerah Ancol Jakarta.

Makam tersebut ternyata disatukan dengan pemakaman orang Belanda yang dulu bernama Taman Pahlawan Belanda Ancol Jakarta.

Dalam penelusuran itupun diketahui bahwa KH Zainal Mustofa tidak meninggal dipenggal melainkan gugur ditembak pada 25 Oktober 1944. Kemudian oleh Jepang dikebumikan di Taman Pahlawan Belanda Ancol.

Perjuangan Kolonel Syarif memang tidak sia-sia. Pada 25 Agustus 1973, Jenazah KH Zainal Mustofa dibawa ke Tasikmalaya bersama 17 jenazah santrinya yang sama-sama mendapat hukuman mati oleh Tentara Jepang.

Syuhada kebanggaan Tasikmalaya ini dikebumikan di Kompleks Pondok Pesantren Sukamanah Singaparna Tasikmalaya yang komplek pemakaman tersebut ditetapkan Pemerintah menjadi Taman Makam Pahlawan Sukamanah. Bahkan sang santri (Kolonel Syarif Hidayat) itupun turut dimakamkan di tempat KH Zainal Mustofa bersemayam.

"Ya Almarhum Pak Kolonel Syarif juga dimakamkan disini karena wasiatnya ingin terus bersama KH Zainal Mustofa. Beliau santri disini yang sampai meninggalnya juga ingin bersama Abah meski sudah menjadi orang besar berpangkat Kolonel TNI," ujar KH Atam.

Atas keberanian dan pengorbanannya melawan Jepang itulah Pemerintah Indonesia menganugerahi KH Zainal Mustofa sebagai Pahlawan Nasional dengan SK Presiden RI Nomor 064/TK/tahun 1972 tanggal 20 November 1972.

SK tersebut diserahkan pada keluarga oleh Menteri Sosial kala itu, Mintareja pada 9 Januari 1973. Kemudian jenazah KH Zainal Mustofa dibawa ke Tasikmalaya pada 25 Agustus 1973 berkat usaha santrinya yang bisa menjadi perwira menengah di TNI.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4690 seconds (0.1#10.140)