Datangi dan Dialog, Jurus Gubernur WH Dekat dengan Petani

Rabu, 10 Juli 2019 - 10:04 WIB
Datangi dan Dialog,...
Datangi dan Dialog, Jurus Gubernur WH Dekat dengan Petani
A A A
PANDEGLANG - Banten daerah yang subur, terbukti hasil perkebunannya sudah ada yang diekspor. Seperti pada awal tahun 2019 ini sebanyak 93 ton buah manggis asal Kabupaten Pandeglang, Banten telah diekspor. Sedangkan untuk pasar dalam negeri sebanyak 714 ton dikirim antar wilayah seperti Jakarta, Surabaya, Makasar, dan kota besar lainnya.

Data Dinas Pertanian Pemprov Banten menyebutkan produksi manggis Pandeglang mencapai 122,445 ton dari 136.506 pohon yang menghasilkan. Buah manggis tersebut merupakan hasil dari sentra utama manggis di Pandeglang yang berada di enam kecamatan yaitu Kecamatan Bojong, Saketi, Cisata, Menes, Picung dan kcamatan Carita.

Hingga kini total pohon manggis yang menghasilkan di Provinsi Banten mencapai 299.595 pohon dengan sentra utama berada di Kabupaten Pandeglang dan Lebak. Secara nasional, Provinsi Banten menempati posisi ke 10 sebagai daerah produsen buah manggis.

Potensi manggis ini mendapat perhatian Gubernur Banten Wahidin Halim (WH). Saat berkesempatan mengunjungi daerah penghasil manggis di Kampung Margahayu Desa Bojong Kecamatan Bojong Kecamatan Bojong Kabupaten Pandeglang, WH memanfaatkan waktunya berdialog dengan petani manggis.

"Berapa harga manggis pada musim panen kemarin?" tanya Gubernur Banten kepada petani dan penyuluh pertanian, Selasa (9/7/2019).

"Kemarin harga terendah Rp2500 per kilogram sudah petik atau dalam peti untuk manggis kualitas terendah. Sedangkan harga tebas di pohon Rp5000 per kilogram," jelas salah satu petani.

Gubernur yang didampingi Kepala Dinas Pertanian Agus M Tauchid dan Kepala Badan Pendapatan Daerah Opar Sohari membalas penjelasan petani. "Harga yang bagus kan? Karena manggis Banten sudah diekspor ke China," ungkap Gubernur WH.

Pesan ajaran agama pun disampaikan Gubernur WH menanggapi model jual beli tebas di pohon. Gubernur menganjurkan untuk jual buah manggis yang sudah dipetik karena sesuai ajaran agama Islam serta lebih jelas jual belinya.

Sebelum melakukan dialog, Gubernur WH menjadi imam saat melakukan sholat dzuhur berjemaah bersama rombongan di Pesantren Noor el Madeena, Bojong yang diasuh Ustad Uung al Muhidi.

Gubernur pun menawarkan pelebaran jalan desa yang menjadi akses ke kebun buah manggis di salah satu kampung sentra penghasil buah manggis Kabupaten Pandeglang itu.

"Jalan masuknya sempit, hanya tiga meter. Silakan dimusyawarahkan. Idealnya jalan masuk 6 meter, kalau perlu 10 meter," ungkapnya.

"Setelah disepakati, silakan dipatok. Saya siap bantu," tegas Gubernur WH.

Ditemani singkong rebus dan buah pisang, dialog dengan para petani jauh dari kesan formal. Bahkan sambil bercanda, Gubernur WH juga sempat berdialog dengan salah satu ASN yang bertugas di salah satu SMKN Kabupaten Pandeglang.

"Berapa pendapatan bulanan yang diterima saat ini?" tanya Gubernur WH.

"Kalau gaji ditambah tukin (tunjangan kinerja, red) bisa Rp10 juta Pak Gubernur," jawabnya.

"Jangan lupa berkurban. Gaji Rp10 juta, kurbannya Rp6 juta, bisa dua atau tiga kambing. Biar gajinya berkah," pesan Gubernur WH.

Seperti diketahui pemerintah telah melakukan upaya terhadap petani buah manggis di antaranya pengembangan kawasan dan penataan kebun, perbaikan mutu produk dan registrasi kebun, penguatan sistem perlindungan tanaman, penguatan sistem informasi, penguatan kelembagaan, penanganan pasca panen serta akselerasi akses pembiayaan/kemitraan serta promosi.

Tahun ini Gubernur Banten memberikan perhatian pada aspek hilir yaitu memberikan bantuan kepada petani manggis Pandeglang dengan pembangunan bangsal pascapanen manggis dan pengembangan tanaman manggis di Pandeglang. Sehingga Provinsi Banten sudah mampu memenuhi permintaan pasar internasional dan pasar dalam negeri.

Usai dialog dengan para petani manggis, Gubernur Banten melanjutkan perjalanan menuju Desa Wanagiri, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang untuk melakukan dialog langsung dengan para petani kopi. Menurut Gubernur WH, Banten memiliki potensi hasil kopi jenis robusta dan arabika.

"Saya bertemu dengan para petani kopi untuk mendengarkan keluhan-keluhan mereka secara langsung. Ini merupakan aset pertanian Banten yang harus diberdayakan dan dikembangkan," jelasnya kepada wartawan.

"Tidak hanya di Pandeglang, tetapi juga di Serang serta Lebak. Kopi Cap Kupu-kupu dari Lebak sudah terkenal sejak lama," pungkas Gubernur WH.
(alf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4084 seconds (0.1#10.140)