Tim Kesulitan Relokasi Gajah di Permukiman Inhu Riau
A
A
A
PEKANBARU - Memasuki hari keenam, proses relokasi empat ekor gajah dari permukiman warga di Kabupaten Inhu, Riau menuju Taman Nasional Tesso Nillo (TNTN) belum membuahkan hasil. Salah satu kendala yangh dihadapi tim adalah adanya reaksi berlihan dari masyarakat.
Kepala Bidang I BBKSDA Riau Andri Hansen Siregar menjelaskan, saat ini timnya memfokuskan upaya relokasi terhadap hewan berkelompok ini di Kecamatan Peranap. Kendala yang dihadapi tim adalah sikap warga yang tidak mau mendengarkan permintaan petugas. (Baca Juga: Kawanan Gajah Masuki Permukiman Warga, Petugas Bunyikan Petasan)
"Upaya penggiringan gajah dari permukiman masih terus kita lakukan. Kendala yang kita hadapi di lapangan adalah banyaknya warga yang menghidupkan bunyi-bunyian yang membuat gajah liar itu kebingungan," ucap Andri Hansen Siregar Senin (17/6/2019).
Warga yang membunyikan petasan, meriam bambu oleh warga untuk menghalau gajah masuk perkebunan sawit atau karet warga. Padahal tim seperti TNI, Polri BBKSDA tokoh masyarakat, LSM lingkungan sudah melakukan sosialisasi.
"Warga beralasan membunyikan suara agar gajah tidak masuk ke kebun. Padahal kita sudah mengimbau jangan beraktivitas di kebun dulu. Percayakan relokasi gajah ke petugas," ucap Hansen.
Sementara itu kendala lain yang dihadapi petugas gabungan adalah lokasi gajah saat ini cukup jauh dan medan yang sulit dijangkau. Walau sudah mengalami sedikit kemajuan, namun gajah masih berkutat di permukiman padat penduduk.
"Kita sudah berhasil menggiring gajah dari Desa Baturijal bagian hilir ke hulu. Namun posisi gajah berada di daerah sulit dijangkau yakni kebun warga yang masih banyak hutannya atau kebun yang banyak belukarnya," imbuhnya.
Untuk upaya relokasi dua ekor gajah di Kecapatan Kelayang, BBKSDA belum dilakukan tindakan. Hal itu karena tim masih berkonsentrasi melakukan relokasi di daerah Peranap. Andri menjelaskan bahwa gajah yang di Peranap dan Kelayang masih satu keluarga.
"Kalau gajah yang di Kelayang merupakan gajah hampir dewasa. Dua ekor gajah ini sangat agresif karena sedang mencari jati diri. Kita tidak bisa mempersatukan gajah yang di Peranap dengan di Kelayang karena harus melewati kawasan padat penduduk.
Kepala Bidang I BBKSDA Riau Andri Hansen Siregar menjelaskan, saat ini timnya memfokuskan upaya relokasi terhadap hewan berkelompok ini di Kecamatan Peranap. Kendala yang dihadapi tim adalah sikap warga yang tidak mau mendengarkan permintaan petugas. (Baca Juga: Kawanan Gajah Masuki Permukiman Warga, Petugas Bunyikan Petasan)
"Upaya penggiringan gajah dari permukiman masih terus kita lakukan. Kendala yang kita hadapi di lapangan adalah banyaknya warga yang menghidupkan bunyi-bunyian yang membuat gajah liar itu kebingungan," ucap Andri Hansen Siregar Senin (17/6/2019).
Warga yang membunyikan petasan, meriam bambu oleh warga untuk menghalau gajah masuk perkebunan sawit atau karet warga. Padahal tim seperti TNI, Polri BBKSDA tokoh masyarakat, LSM lingkungan sudah melakukan sosialisasi.
"Warga beralasan membunyikan suara agar gajah tidak masuk ke kebun. Padahal kita sudah mengimbau jangan beraktivitas di kebun dulu. Percayakan relokasi gajah ke petugas," ucap Hansen.
Sementara itu kendala lain yang dihadapi petugas gabungan adalah lokasi gajah saat ini cukup jauh dan medan yang sulit dijangkau. Walau sudah mengalami sedikit kemajuan, namun gajah masih berkutat di permukiman padat penduduk.
"Kita sudah berhasil menggiring gajah dari Desa Baturijal bagian hilir ke hulu. Namun posisi gajah berada di daerah sulit dijangkau yakni kebun warga yang masih banyak hutannya atau kebun yang banyak belukarnya," imbuhnya.
Untuk upaya relokasi dua ekor gajah di Kecapatan Kelayang, BBKSDA belum dilakukan tindakan. Hal itu karena tim masih berkonsentrasi melakukan relokasi di daerah Peranap. Andri menjelaskan bahwa gajah yang di Peranap dan Kelayang masih satu keluarga.
"Kalau gajah yang di Kelayang merupakan gajah hampir dewasa. Dua ekor gajah ini sangat agresif karena sedang mencari jati diri. Kita tidak bisa mempersatukan gajah yang di Peranap dengan di Kelayang karena harus melewati kawasan padat penduduk.
(rhs)