Ini Penyebab Banjir Bandang di Sentani Jayapura
A
A
A
JAKARTA - Kapusdatin Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, ada dua penyebab terjadinya banjir bandang di Kecamatan Sentani, Jayapura , Provinsi Papua, Yaitu faktor alam dan faktor manusia.
Menurut Sutopo, banjir bandang itu disebabkan adanya peningkatan kerusakan hutan di Gunung Siklop. Di bagian bawah gunung itu sudah mulai gundul, karena adanya pembabatan untuk pembukaan ladang, kebun, untuk kayu-kayu, hingga perumahan. (Baca Juga: Kodam Cenderawasih Sebut Jumlah Korban Meninggal 73 Orang, Hilang 43)
"Sejak September 2018 pun BNPB sudah memperingatkan Pemda Jayapura agar hati-hati terkait ancaman banjir bandang karena kerusakan hutan yang ada," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Senin (18/3/2019).
Adapun banjir bandang, kata dia, memiliki dua karakteristik, pertama terjadi karena adanya faktor alam, dalam hal ini curah hujan yang ekstrem. Selama 8 jam pada 16 Maret kamarin Sentani diguyur hujan sangat deras hingga mencapai 235,1 mimileter perjam.
Sedangkan kemampuan sungai tak mampu mengalirkan air ke permukaan yang ada di tanah hingga membuat banjir bandang terjadi. Kedua, pengaruh ulah manusia yang merusak ekosistem di gunung tersebut.
Dan di wilayah Sentani, tambahnya, sebelumnya juga pernah terjadi banjir bandang di tahun 2007 hingga menimbulkan korban jiwa dan kerusakan bangunan. Maka itu, perlu adanya pemulihan pada peningkatan kerusakan hutan. (Baca Juga: Belum Semua Lokasi Terjangkau, Ribuan Warga Sentani Masih Mengungsi)
"Jadi banjir bandang karakteristiknya dua, yakni faktor alam dalam hal ini curah hujan ekstrim dan kedua yang dominan itu faktor ulah tangan manusia yang merusak ekosistem yang ada disitu," katanya.
Menurut Sutopo, banjir bandang itu disebabkan adanya peningkatan kerusakan hutan di Gunung Siklop. Di bagian bawah gunung itu sudah mulai gundul, karena adanya pembabatan untuk pembukaan ladang, kebun, untuk kayu-kayu, hingga perumahan. (Baca Juga: Kodam Cenderawasih Sebut Jumlah Korban Meninggal 73 Orang, Hilang 43)
"Sejak September 2018 pun BNPB sudah memperingatkan Pemda Jayapura agar hati-hati terkait ancaman banjir bandang karena kerusakan hutan yang ada," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Senin (18/3/2019).
Adapun banjir bandang, kata dia, memiliki dua karakteristik, pertama terjadi karena adanya faktor alam, dalam hal ini curah hujan yang ekstrem. Selama 8 jam pada 16 Maret kamarin Sentani diguyur hujan sangat deras hingga mencapai 235,1 mimileter perjam.
Sedangkan kemampuan sungai tak mampu mengalirkan air ke permukaan yang ada di tanah hingga membuat banjir bandang terjadi. Kedua, pengaruh ulah manusia yang merusak ekosistem di gunung tersebut.
Dan di wilayah Sentani, tambahnya, sebelumnya juga pernah terjadi banjir bandang di tahun 2007 hingga menimbulkan korban jiwa dan kerusakan bangunan. Maka itu, perlu adanya pemulihan pada peningkatan kerusakan hutan. (Baca Juga: Belum Semua Lokasi Terjangkau, Ribuan Warga Sentani Masih Mengungsi)
"Jadi banjir bandang karakteristiknya dua, yakni faktor alam dalam hal ini curah hujan ekstrim dan kedua yang dominan itu faktor ulah tangan manusia yang merusak ekosistem yang ada disitu," katanya.
(rhs)