Januari-Februari, Disdukcapil Depok Keluarkan 12 E-KTP untuk WNA

Januari-Februari, Disdukcapil Depok Keluarkan 12 E-KTP untuk WNA
A
A
A
DEPOK - Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Depok mencatat sejumlah warga negara asing (WNA) yang memiliki kartu tanda penduduk elektronik ( e-KTP ). Kebanyakan dari mereka warga negara Korea yang tinggal di Depok.
Setidaknya ada 12 WNA yang memiliki e-KTP menurut catatan Disdukcapil Kota Depok. Mereka kebanyakan adalah mahasiswa yang sedang belajar di Depok.
Kasie Identitas Penduduk Disdukcapil Depok, Jaka Susanta mengatakan, ada sejumlah persyaratan yang harus dilengkapi oleh WNA untuk memiliki e-KTP. Salah satunya telah menetap selama lima tahun di Indonesia. Mereka juga harus memiliki Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) dari Imigrasi setempat.
"Paling banyak dari warga Negara Korea. Mereka itu mahasiswa. Sebenarnya semuanya yang punya izin tinggal dari Imigrasi bisa bikin (e-KTP), mau pekerja atau pelajar bisa," katanya di Depok, Jumat (1/3/2019).
Dikatakan dia, 12 WNA yang memiliki e-KTP itu tercatat sejak Januari- Februari 2019. Sedangkan, tahun 2018 ada puluhan WNA yang sudah memiliki e-KTP. Dia menjelaskan bahwa kebanyakan WNA yang memiliki e-KTP ada di kecamatan Beji.
"Karena di Margonda kan banyak apartemen. Biasanya WNA itu tinggalnya disana," ujarnya.
Menurutnya, bentuk fisik e-KTP milik WNA sama dengan yang dimiliki WNI. Perbedaannya hanya di format kolom yang tertera di dalamnya.
"E-KTP WNA ada kolom kewarganegaraan dan masa berlaku. Kalau WNI kan seumur hidup. Kalau WNA itu disesuaikan dengan masa waktu izin tinggalnya," terangnya.
Sementara itu Kasubsi Izin Tinggal Keimigrasian Kantor Imigrasi Depok, Dicky Fornando menambahkan, pihaknya hanya mengeluarkan KITAP bagi WNA yang tinggal di Depok. Sejak tahun 2008 sampai saat ini sudah ada 400 KITAP yang dikeluarkan.
"Tapi yang aktif hanya 200 saja. Sisanya ada yang sudah ke negara asal," katanya.
Dia mengatakan, biasanya yang memiliki KITAP adalah WNA yang menikah dengan WNI dan pelaku usaha yang memiliki saham di sebuah perusahaan di Indonesia.
"Kalau mahasiswa biasanya hanya jangka pendek saja. Kalau KITAP itu kan jangka waktu panjang. Makanya saya agak heran kok ada mahasiswa punya KITAP," ungkapnya.
Dikatakan pihaknya tidak tahu menahu soal terbitnya e-KTP WNA. Karena pihaknya hanya sebatas penerbitan KITAP saja. "Kalau sampai e-KTP itu bukan di ranah kami," pungkasnya.
Setidaknya ada 12 WNA yang memiliki e-KTP menurut catatan Disdukcapil Kota Depok. Mereka kebanyakan adalah mahasiswa yang sedang belajar di Depok.
Kasie Identitas Penduduk Disdukcapil Depok, Jaka Susanta mengatakan, ada sejumlah persyaratan yang harus dilengkapi oleh WNA untuk memiliki e-KTP. Salah satunya telah menetap selama lima tahun di Indonesia. Mereka juga harus memiliki Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) dari Imigrasi setempat.
"Paling banyak dari warga Negara Korea. Mereka itu mahasiswa. Sebenarnya semuanya yang punya izin tinggal dari Imigrasi bisa bikin (e-KTP), mau pekerja atau pelajar bisa," katanya di Depok, Jumat (1/3/2019).
Dikatakan dia, 12 WNA yang memiliki e-KTP itu tercatat sejak Januari- Februari 2019. Sedangkan, tahun 2018 ada puluhan WNA yang sudah memiliki e-KTP. Dia menjelaskan bahwa kebanyakan WNA yang memiliki e-KTP ada di kecamatan Beji.
"Karena di Margonda kan banyak apartemen. Biasanya WNA itu tinggalnya disana," ujarnya.
Menurutnya, bentuk fisik e-KTP milik WNA sama dengan yang dimiliki WNI. Perbedaannya hanya di format kolom yang tertera di dalamnya.
"E-KTP WNA ada kolom kewarganegaraan dan masa berlaku. Kalau WNI kan seumur hidup. Kalau WNA itu disesuaikan dengan masa waktu izin tinggalnya," terangnya.
Sementara itu Kasubsi Izin Tinggal Keimigrasian Kantor Imigrasi Depok, Dicky Fornando menambahkan, pihaknya hanya mengeluarkan KITAP bagi WNA yang tinggal di Depok. Sejak tahun 2008 sampai saat ini sudah ada 400 KITAP yang dikeluarkan.
"Tapi yang aktif hanya 200 saja. Sisanya ada yang sudah ke negara asal," katanya.
Dia mengatakan, biasanya yang memiliki KITAP adalah WNA yang menikah dengan WNI dan pelaku usaha yang memiliki saham di sebuah perusahaan di Indonesia.
"Kalau mahasiswa biasanya hanya jangka pendek saja. Kalau KITAP itu kan jangka waktu panjang. Makanya saya agak heran kok ada mahasiswa punya KITAP," ungkapnya.
Dikatakan pihaknya tidak tahu menahu soal terbitnya e-KTP WNA. Karena pihaknya hanya sebatas penerbitan KITAP saja. "Kalau sampai e-KTP itu bukan di ranah kami," pungkasnya.
(mhd)