Bupati Pasangkayu Meminta Kementerian PU PR Membangun Tanggul Desa Karya Bersama
A
A
A
PASANGKAYU - Jalan Trans Sulawesi Barat di Kabupaten Pasangkayu, tepatnya di Desa Karya Bersama mengalami abrasi pantai yang cukup parah, akibat diterjanggelombang tinggisejak setahun terakhir.
Bupati Pasangkayu Agus Ambo Djiwa saat meninjau langsung lokasi Abrasi Jum'at (22/2/2019), menjelaskan, di sekitar lokasi pantai, sejumlah fasilitas masyarakat seperti perumahan penduduk rusak berat, sisanya terpaksa masyarakat harus menggeser sedikit ke arah jalan agar tidak hancur diterjang ombak.
Hantaman gelombang tinggi selama setahun juga menyebabkan bergesernya bibir pantai dengan bentangan 2,5 kilometer. Jajaran pohon bakau dan pohon kelapa dalam yang selama ini menjadi benteng pertahanan dari hantaman gelombang tumbang dan ambruk setelah tanah di sekitarnya hanyut oleh gelombang. Bahkan jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan Sulsel, Sulbar, Sulteng dan Sulut hampir putus.
Untuk itu bupati yang memimpin kabupaten paling utara ini mengharapkan kepada pemerintah pusat melalui Balai Kementrian PU PR agar segera bisa membangunkan tanggul pantai tahun ini, karena kalau dibiarkan bisa memutuskan jalan Trans Sulawesi.
"Saya meminta kepada Kementerian PU untuk membangun tanggul penahan ombak sesegera mungkin, karena pembangunan tanggul penahan ombak bukan lagi kewenangan pemerintah kabupaten, tapi sudah menjadi kewenangan pemerintah pusat," tegasnya.
Agus mengaku cemas lantaran abrasi terus menggerus bibir pantai. Abrasi terus mendekati lokasi pemukiman warga dan tempat fasilitas umum.
“Ini sudah kurang lebih 2500 meter tergerus air laut. Di sini dulu kawasan perkampungan penduduk tapi kini sudah jadi laut,” jelas bupati sambil menujuk lokasi pantai yang sudah tergenang air laut.
Bupati berharap agar pemerintah pusat segera mengambil antisipasi abrasi di pantai Karya Bersama. Sebab semenjak abrasi terjadi, masyarakat yang tinggal dikawasan pantai menjadi tidak tenang akibat hal tersebut.
Bupati Pasangkayu Agus Ambo Djiwa saat meninjau langsung lokasi Abrasi Jum'at (22/2/2019), menjelaskan, di sekitar lokasi pantai, sejumlah fasilitas masyarakat seperti perumahan penduduk rusak berat, sisanya terpaksa masyarakat harus menggeser sedikit ke arah jalan agar tidak hancur diterjang ombak.
Hantaman gelombang tinggi selama setahun juga menyebabkan bergesernya bibir pantai dengan bentangan 2,5 kilometer. Jajaran pohon bakau dan pohon kelapa dalam yang selama ini menjadi benteng pertahanan dari hantaman gelombang tumbang dan ambruk setelah tanah di sekitarnya hanyut oleh gelombang. Bahkan jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan Sulsel, Sulbar, Sulteng dan Sulut hampir putus.
Untuk itu bupati yang memimpin kabupaten paling utara ini mengharapkan kepada pemerintah pusat melalui Balai Kementrian PU PR agar segera bisa membangunkan tanggul pantai tahun ini, karena kalau dibiarkan bisa memutuskan jalan Trans Sulawesi.
"Saya meminta kepada Kementerian PU untuk membangun tanggul penahan ombak sesegera mungkin, karena pembangunan tanggul penahan ombak bukan lagi kewenangan pemerintah kabupaten, tapi sudah menjadi kewenangan pemerintah pusat," tegasnya.
Agus mengaku cemas lantaran abrasi terus menggerus bibir pantai. Abrasi terus mendekati lokasi pemukiman warga dan tempat fasilitas umum.
“Ini sudah kurang lebih 2500 meter tergerus air laut. Di sini dulu kawasan perkampungan penduduk tapi kini sudah jadi laut,” jelas bupati sambil menujuk lokasi pantai yang sudah tergenang air laut.
Bupati berharap agar pemerintah pusat segera mengambil antisipasi abrasi di pantai Karya Bersama. Sebab semenjak abrasi terjadi, masyarakat yang tinggal dikawasan pantai menjadi tidak tenang akibat hal tersebut.
(akn)