DBD di Sumba Timur, 7 Warga Meninggal dan 3 Kritis
A
A
A
SUMBA TIMUR - Demam berdarah dengue (DBD) hingga kini bagai hantu yang menakutkan bagi warga Kabupaten Sumba Timur, NTT. Pasalnya telah tujuh warga meninggal karena kasus DBD. Tak hanya warga yang kelimpungan karena wabah DBD ini, para medis dan juga Pemerintah setempat pun dibuat kewalahan.
Hana Adriana, Balita berusia 10 bulan, adalah korban ketujuh yang meninggal dunia Minggu (27/01/2019) lalu. Keceriaannya kini hanya tinggal kenangan dalam keluarga Primus Werong.
Pasalnya DBD renggut keceriaan puterinya yang kemudian menyusul kepergian Maria Jeni, ibundanya yang telah meninggal dunia saat melahirkannya kurang dari setahun silam.
"Awalnya demam dan panas tinggi, kami duga karena mau tumbuh gigi saja, tapi karena esoknya tidak ada perubahan kami bawa ke Rumah Sakit dan ternyata terdeteksi DBD. Kondisi terus memburuk, masuk ICU dan kemudian meninggalkan kami semua yang mencintainya," ujar Darius Lemad, kakek Hana yang ditemui di rumahnya beberapa waktu lalu.
Cerita miris karena DBD sepertinya belum akan berakhir, selain potensi penambahan warga terjangkit, hingga kini berdasarkan informasi yang diterima oleh media ini, masih ada tiga warga yang dalam penanganan intensif di ruang ICU RSUD Umbu Rara Meha-Waingapu.
"Hingga kini telah tujuh yang meninggal dunia. Itu kalau dihitung dari pertengahan Desember 2018 lalu. Kini sudah ratusan pasien yang terdeteksi dan jalani perawatan karena DBD di tiga rumah sakit yang ada di Kota Waingapu ini. Tekait itu, kami telah tetapkan sebagai KLB dan terus melakukan upaya abatesasi, fogging juga penyuluhan kepada warga," jelas Bupati Sumba Timur, Gidion Mbiliyora, yang ditemui kala melakukan peninjauan ke RSU Imanuel, Sabtu (02/02/2019) lalu.
Hasil olahan data dari tiga rumah sakit di kota Waingapu, warga yang terjangkit dan jalani perawatan karena DBD hingga Sabtu (02/02/2018) hari ini sebanyak 206 orang. Dari para penderita ini didominasi balita dan anak-anak. Para pasien DBD ini pun tersebar merata diberbagai tingkatan kelas perawatan, mulai dari kelas tiga hingga VIP.
Hana Adriana, Balita berusia 10 bulan, adalah korban ketujuh yang meninggal dunia Minggu (27/01/2019) lalu. Keceriaannya kini hanya tinggal kenangan dalam keluarga Primus Werong.
Pasalnya DBD renggut keceriaan puterinya yang kemudian menyusul kepergian Maria Jeni, ibundanya yang telah meninggal dunia saat melahirkannya kurang dari setahun silam.
"Awalnya demam dan panas tinggi, kami duga karena mau tumbuh gigi saja, tapi karena esoknya tidak ada perubahan kami bawa ke Rumah Sakit dan ternyata terdeteksi DBD. Kondisi terus memburuk, masuk ICU dan kemudian meninggalkan kami semua yang mencintainya," ujar Darius Lemad, kakek Hana yang ditemui di rumahnya beberapa waktu lalu.
Cerita miris karena DBD sepertinya belum akan berakhir, selain potensi penambahan warga terjangkit, hingga kini berdasarkan informasi yang diterima oleh media ini, masih ada tiga warga yang dalam penanganan intensif di ruang ICU RSUD Umbu Rara Meha-Waingapu.
"Hingga kini telah tujuh yang meninggal dunia. Itu kalau dihitung dari pertengahan Desember 2018 lalu. Kini sudah ratusan pasien yang terdeteksi dan jalani perawatan karena DBD di tiga rumah sakit yang ada di Kota Waingapu ini. Tekait itu, kami telah tetapkan sebagai KLB dan terus melakukan upaya abatesasi, fogging juga penyuluhan kepada warga," jelas Bupati Sumba Timur, Gidion Mbiliyora, yang ditemui kala melakukan peninjauan ke RSU Imanuel, Sabtu (02/02/2019) lalu.
Hasil olahan data dari tiga rumah sakit di kota Waingapu, warga yang terjangkit dan jalani perawatan karena DBD hingga Sabtu (02/02/2018) hari ini sebanyak 206 orang. Dari para penderita ini didominasi balita dan anak-anak. Para pasien DBD ini pun tersebar merata diberbagai tingkatan kelas perawatan, mulai dari kelas tiga hingga VIP.
(nag)