DBD Serang Ratusan Warga Blitar, Tiga Orang Meninggal Dunia
A
A
A
BLITAR - Warga Kabupaten Blitar, Jawa Timur, diserang penyakit demam berdarah dengue (DBD). Sepanjang Januari ini saja, warga Blitar yang terkena DBD sudah mencapai 200 orang. Dari jumlah itu tiga orang dinyatakan meninggal dunia.
“Tiga penderita yang meninggal dunia merupakan warga Kecamatan Sanankulon, Kademangan dan Talun, “ujar Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Blitar , Krisna Yekti, kepada wartawan Senin (28/1/2019).
Menurut dia, dua pasien yang meninggal dunia masih berusia di bawah 15 tahun. Saat mendapat penanganan medis kondisinya sudah parah. Sementara satu korban meninggal lainnya berusia 28 tahun. (Baca juga: Korban Meninggal Akibat DBD di Manggarai Barat NTT Capai 19 Orang)
Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu, Yekti, jumlah kasus demam berdarah dangue pada Januari tahun ini tergolong meningkat pesat. Faktor cuaca menjadi penyebab utama. Hujan deras diselingi panas membuat jentik nyamuk mudah berkembang biak. “Faktor cuaca menjadi penyebab utama tingginya kasus,“ terang Yekti.
Ia menyebut, intensitas pengasapan (fogging) sebenarnya telah ditingkatkan. Bahkan fogging di kawasan permukiman warga yang terkena DBD telah dilakukan sejak Desember 2018 lalu. (Baca juga: Pendarahan Akibat DBD, 2 Bocah Blitar Tewas)
Begitu juga dengan sosialisasi pemberantasan sarang nyamuk, yakni mengubur benda benda yang berpotensi menjadi perkembangbiakkan jentik aedes aegyptie. Namun nyamuk DBD harus diakui masih berkembang biak.
“Kita sudah berusaha mensosialisasikan pemberantasan sarang nyamuk. Kemudian juga melakukan fogging. Namun faktanya kasus DBD saat ini lebih meningkat,“ ungkapnya.
Arifin, warga Kecamatan Wonodadi, berharap penanganan kasus DBD tidak hanya lip service. Dia tak ingin penanganan baru dilakukan ketika jumlah korban berjatuhan semakin banyak.
“Sebab anggaran untuk penanganan kasus DBD ini juga tidak kecil. Kita berharap penanganan bisa dilakukan lebih serius,“ pungkasnya.
“Tiga penderita yang meninggal dunia merupakan warga Kecamatan Sanankulon, Kademangan dan Talun, “ujar Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Blitar , Krisna Yekti, kepada wartawan Senin (28/1/2019).
Menurut dia, dua pasien yang meninggal dunia masih berusia di bawah 15 tahun. Saat mendapat penanganan medis kondisinya sudah parah. Sementara satu korban meninggal lainnya berusia 28 tahun. (Baca juga: Korban Meninggal Akibat DBD di Manggarai Barat NTT Capai 19 Orang)
Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu, Yekti, jumlah kasus demam berdarah dangue pada Januari tahun ini tergolong meningkat pesat. Faktor cuaca menjadi penyebab utama. Hujan deras diselingi panas membuat jentik nyamuk mudah berkembang biak. “Faktor cuaca menjadi penyebab utama tingginya kasus,“ terang Yekti.
Ia menyebut, intensitas pengasapan (fogging) sebenarnya telah ditingkatkan. Bahkan fogging di kawasan permukiman warga yang terkena DBD telah dilakukan sejak Desember 2018 lalu. (Baca juga: Pendarahan Akibat DBD, 2 Bocah Blitar Tewas)
Begitu juga dengan sosialisasi pemberantasan sarang nyamuk, yakni mengubur benda benda yang berpotensi menjadi perkembangbiakkan jentik aedes aegyptie. Namun nyamuk DBD harus diakui masih berkembang biak.
“Kita sudah berusaha mensosialisasikan pemberantasan sarang nyamuk. Kemudian juga melakukan fogging. Namun faktanya kasus DBD saat ini lebih meningkat,“ ungkapnya.
Arifin, warga Kecamatan Wonodadi, berharap penanganan kasus DBD tidak hanya lip service. Dia tak ingin penanganan baru dilakukan ketika jumlah korban berjatuhan semakin banyak.
“Sebab anggaran untuk penanganan kasus DBD ini juga tidak kecil. Kita berharap penanganan bisa dilakukan lebih serius,“ pungkasnya.
(thm)