Masa Depan Tak Jelas, Siswa SMK Wira Samudera Menangis Histeris
A
A
A
SEMARANG - Ratusan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pelayaran Wira Samudera menangis histeris saat unjuk rasa di halaman Yayasan Pendidikan Pembangunan (YPP) Jalan Kokrosono 70, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (10/1/2019). Para siswa tak kuasa menahan tangis saat sejumlah rekannya berorasi menuntut kejelasan masa depan karena dampak dari pembongkaran ruang praktik.
"Kami sekolah selama ini sudah memenuhi kewajiban sebagai siswa di sini. Namun kita belum menerima fasilitas yang baik, layak dan sesuai standar yang telah ditetapkan," ungkap perwakilan siswa kelas III, Ahmad Arifin.
Unjuk rasa terpaksa mereka lakukan dipicu persoalan terkait rencana pembangunan ruangan baru pada 2017. Pembangunan tersebut telah 'mengorbankan' ruang laboratorium yang dibongkar. Tetapi, hingga kini belum ada pembangunan seperti yang dijanjikan pihak yayasan.
Adapun laboratorium yang dibongkar meliputi ruang mesin, ruang workshop, lab kimia, lab kelistrikan dan ruang las. Akibatnya, praktikum dialihkan ke depan teras-teras ruang kelas.
"Sekarang saja, dua kelas digabungkan jadi satu, sumpek itu karena ada sejumlah siswa SMK sebelah (satu yayasan) yang dipindah ke sini," ungkapnya.
Melihat kondisi tersebut, para siswa khawatir tidak bisa mengikuti ujian untuk mendapat ijazah ANT dan ATT atau kelautan sebagai syarat bekerja di bidang pelayaran dan kelautan. Sebab, syarat utama mengikuti ujian itu adalah fasilitas sekolah harus lengkap dan setiap tahun diaudit dari dinas terkait.
"Kalau approval (persetujuan penyelenggaraan ujian ijazab AMT) dicabut, maka kami tidak bisa ikut ujian. Kami cuma dapat ijazah SMK. Sedang kalau ikut ujian di luar pasti biayanya mahal," tandas Arifin.
"Kami sekolah selama ini sudah memenuhi kewajiban sebagai siswa di sini. Namun kita belum menerima fasilitas yang baik, layak dan sesuai standar yang telah ditetapkan," ungkap perwakilan siswa kelas III, Ahmad Arifin.
Unjuk rasa terpaksa mereka lakukan dipicu persoalan terkait rencana pembangunan ruangan baru pada 2017. Pembangunan tersebut telah 'mengorbankan' ruang laboratorium yang dibongkar. Tetapi, hingga kini belum ada pembangunan seperti yang dijanjikan pihak yayasan.
Adapun laboratorium yang dibongkar meliputi ruang mesin, ruang workshop, lab kimia, lab kelistrikan dan ruang las. Akibatnya, praktikum dialihkan ke depan teras-teras ruang kelas.
"Sekarang saja, dua kelas digabungkan jadi satu, sumpek itu karena ada sejumlah siswa SMK sebelah (satu yayasan) yang dipindah ke sini," ungkapnya.
Melihat kondisi tersebut, para siswa khawatir tidak bisa mengikuti ujian untuk mendapat ijazah ANT dan ATT atau kelautan sebagai syarat bekerja di bidang pelayaran dan kelautan. Sebab, syarat utama mengikuti ujian itu adalah fasilitas sekolah harus lengkap dan setiap tahun diaudit dari dinas terkait.
"Kalau approval (persetujuan penyelenggaraan ujian ijazab AMT) dicabut, maka kami tidak bisa ikut ujian. Kami cuma dapat ijazah SMK. Sedang kalau ikut ujian di luar pasti biayanya mahal," tandas Arifin.
(wib)