Misteri Batu Kalde Pangandaran, Tempat Peribadatan di Abad ke 7

Jum'at, 07 Desember 2018 - 05:00 WIB
Misteri Batu Kalde Pangandaran,...
Misteri Batu Kalde Pangandaran, Tempat Peribadatan di Abad ke 7
A A A
Batu Kalde yang terdapat di Pananjung, Kabupaten Pangandaran diyakini merupakan salah satu tempat peribadatan Hindu pada abad ke 7 hingga 14. Berdasarkan hasil ekskavasi, Batu Kalde tersebut sejenis dengan batu yang terdapat pada Candi Kimpulan di daerah Sleman, Yogjakarta.

Secara logika, jika merujuk pada hasil penelitian, maka Batu Kalde yang terdapat di Pananjung, Pangandaran pertama kali di bangunan sekitar abad ke 7 - 8.

Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran Aceng Hasim mengatakan, Batu Kalde tersebut pada masa Hindu disebut dengan nama Candi Candha Wasi.

"Berdasarkan referensi, Batu Kalde dibuat oleh Wreti Kandayun salah satu tokoh yang mendeklarasikan pisahnya Kerajaan Galuh dari Kerajaan Tarumanagara di Bogor," kata Aceng.

Aceng menambahkan, Batu Kalde atau Candi Candha Wasi dalam sejarahnya pernah dikunjungi oleh Bujangga Manik salah satu ksatria dari Pajajaran.

"Kedatangan Bujangga Manik berdasarkan sejarah tutur mendarat di Sungai Ciputrapinggan dan meneruskan perjalanannya ke Pananjung," tambahnya.

Aceng menambahkan, Bujangga Manik, terkenal dengan pengembaraannya ke berbagai tempat untuk menuntut ilmu pengetahuan ke Hinduan dan pengetahuan umum.

"Daerah yang sering dikunjungi Bujangga Manik diantaranya Kerajaan Hindu yang ada di Bali dan Kerajaan Hindu yang ada di tanah Jawa," papar Aceng.

Aceng menjelaskan, bahwa lokasi Batu Kalde atau Candi Candha Wasi merupakan bagian dari rangkaian sejarah Kerajaan Galuh Pananjung.

Konon, Kerajaan Galuh Pananjung merupakan salah satu tempat untuk menggali berbagai ilmu pengetahuan umum.

"Bahkan beberapa budayawan menyebut daerah Pananjung, Pangandaran merupakan Perpustakaan atau tempat para ilmuan melakukan berbagai penelitian," jelasnya.

Berdasarkan urutan sejarah Kerajaan di Nusantara, Kerajaan Galuh Pananjung merupakan bagian dari salah satu ke sepuluh Kerajaan Pajajaran di abad ke 14 yang masuk pada periode Galuh.

Dalam rangkaian sejarah, Kerajaan di Nusantara memaparkan bahwa pertama kali ada Kerajaan pada Abad ke 3 yaitu Kerajaan Salaka Nagara di Banten yang dipimpin oleh Aki Suralim atau Aki Tirem.

Setelah itu lahir Kerajaan Tarumanagara pada Abad ke 3 sampai Abad ke 7 masih di daerah Banten yang dipimpin oleh Dewa Warman.

Dari Kerajaan Tarumanagara melahirkan Kerajaan Galuh pada Abad ke 7 dan Kerajaan Sunda. Waktu itu Kerajaan Galuh pada Abad ke 7 dibawah kepemimpinan Wreti Kandayun. Sedangkan Kerajaan Sunda dibawah pimpinan Tarus Bawa.

Setelah itu, lahir Kerajaan Galuh Kalingga tepatnya di Jawa Tengah pada Abad ke 7 - 9 yang dipimpin oleh Sanjaya yang kemudian melahirkan Kerajaan Mataram.

Selain itu juga pada Abad yang sama, yaitu Abad ke 7 - 9 lahir Kerajaan Majapahit dibawah pimpinan Brawijaya.

Setelah itu, lahirlah Kerajaan Ciung Wanara di Karangkamulyan Ciamis sekitar Abad 9 -13 yang kemudian lahir juga Kerajaan Kawali sekitar Abad ke 13 - 14.

Setelahnya lahir Kerajaan Kawali, pada Abad ke 14 berdiri lagi Kerajaan Pajajaran. Semasa Kerajaan Pajajaran sedikit mulai sedikit masuk periode Islamisasi dari Cirebon dan Banten yang dibawa oleh Sunan Gunung Jati dan Sultan Agung Tirtayasa.

Pada Abad ke 14 tersebut tercatat ada 10 Kerajaan setelah lahirnya Kerajaan Pajajaran, orang biasa menyebutnya dengan sebutan periode Galuh.

Ke sepuluh Kerajaan pada periode Galuh diantaranya Kerajaan Galuh Pananjung di Pangandaran. Kerajaan Galuh Lalean di Cilacap. Kerajaan Galuh Kawali di Ciamis. Kerajaan Galuh Imbanagara di Ciamis dan Kerajaan Galuh Kalingga di Bojong.

Selain itu juga lahir Kerajaan Galuh Pataka di Nagalalah kemudian Kerajaan Galuh Rahiyang di Brebes lalu Kerajaan Galuh Komar di Tegal seterusnya Kerajaan Galuh Panca Tengah di Cineam dan Kerajaan Galuh Karangan di Alasroban.

Aceng meyakini, pada periode Galuh tepatnya di Kerajaan Galuh Pananjung sudah dibangun Batu Kalde atau Candi Candha Wasi sebagai salah satu tempat suci untuk peribadatan Hindu.

Keyakinan tersebut dilihat dari jenis dan motif batu yang hampir sama dengan Candi Kimpalan yang juga sebagai tempat peribadatan.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6242 seconds (0.1#10.140)