Mari Belajar Bertoleransi dari Tanah Papua
A
A
A
JAYAPURA - Seperti halnya kondisi umum masyarakat Indonesia, Papua juga menjadi salah satu wilayah dengan tingkat toleransi yang tinggi, meskipun intoleransi tetap menjadi isu dan persoalan tersendiri.
Karena itu, dibutuhkan pemahaman lebih agar masyarakat memiliki pemahaman yang lebih mendalam mengenai pentingnya toleransi.
Karena itu, Komunitas Bela Indonesia (KBI) menganggap perlu untuk terus menyosialisasikan pentingnya menjunjung tinggi toleransi melalui pelatihan juru bicara Pancasila. Dan Jayapura dipilih sebagai kota ke-22 terselenggaranya pelatihan ini.
Dari proses pelatihan di Papua ini diharapkan akan ada pemahaman baru mengenai toleransi, belajar dari praktik masyarakat Papua dalam menerapkan toleransi di dalam kehidupan sehari-hari sehingga bisa menjadi contoh untuk wilayah lain yang ada di Indonesia.
Pelatihan yang digelar di Hotel Horison, Jayapura ini dihadiri oleh 38 peserta yang berasal dari wilayah Papua dan 2 peserta lainnya berasal dari Papua Barat, Manokwari. Selama 4 hari, mulai 23-26 November 2018, peserta dari latar belakang berbagai macam lembaga dan komunitas ini digembleng untuk menguasai berbagai strategi alat kampanye dalam rangka memperkuat ideologi Pancasila.
Kristmas Tawurutubun, fasilitator pelatihan ini dalam sambutannya, menuturkan, pelatihan juru bicara Pancasila ini sangatlah penting sebagai upaya merespon adanya penurunan dukungan terhadap Pancasila. Dan yang paling penting, pelatihan ini tidak ada kaitannya dengan kepentingan politik tertentu.
“Kita perlu bersyukur atas kesempatan yang baik ini, karena melalui kesempatan ini kita kembali mendalami Pancasila, demi menjaga keutuhan NKRI,” tutur Kristmas dalam keterangan tertulisnya, Senin (26/11/2018).
Fasilitator pelatihan lainnya, Milastri Mudzakkar, menambahkan, hasil survei yang dikeluarkan oleh Lembaga Survei LSI Denny JA menunjukkan bahwa selama 13 tahun terakhir, dukungan terhadap Pancasila terus mengalami penurunan.
Pada tahun 2005 dukungan kepada Pancasila mencapai 85,2 persen dan pada 2018 menurun menjadi 75,3 persen atau turun sebesar 10 persen. Hal inilah yang mendorong komunitas ini untuk kembali menjadikan penguatan ideologi Pancasila agenda besarnya, agar Indonesia tetap damai dalam keberagamannya.
Dijumpai secara terpisah, Anick HT, Koordinator Komunitas Bela Indonesia menjelaskan bila pelatihan ini sudah didesain sedemikian rupa dengan satu buku rujukan utama yang berjudul Rumah Bersama Kita Bernama Indonesia, yang ditulis oleh Denny JA dan Tim.
Di samping itu, menurut penjelasan Anick HT, mereka juga menyiapkan seluruh materi, baik isu maupun skill, berupa slide power point maupun dalam bentuk serial video, untuk dimanfaatkan oleh khalayak yang hendak mengadakan pelatihan sejenis di manapun. “Kami ingin gerakan penguatan ideologi Pancasila menjadi gerakan organik yang melibatkan seluruh elemen masyarakat Indonesia,” demikian Anick.
Karena itu, dibutuhkan pemahaman lebih agar masyarakat memiliki pemahaman yang lebih mendalam mengenai pentingnya toleransi.
Karena itu, Komunitas Bela Indonesia (KBI) menganggap perlu untuk terus menyosialisasikan pentingnya menjunjung tinggi toleransi melalui pelatihan juru bicara Pancasila. Dan Jayapura dipilih sebagai kota ke-22 terselenggaranya pelatihan ini.
Dari proses pelatihan di Papua ini diharapkan akan ada pemahaman baru mengenai toleransi, belajar dari praktik masyarakat Papua dalam menerapkan toleransi di dalam kehidupan sehari-hari sehingga bisa menjadi contoh untuk wilayah lain yang ada di Indonesia.
Pelatihan yang digelar di Hotel Horison, Jayapura ini dihadiri oleh 38 peserta yang berasal dari wilayah Papua dan 2 peserta lainnya berasal dari Papua Barat, Manokwari. Selama 4 hari, mulai 23-26 November 2018, peserta dari latar belakang berbagai macam lembaga dan komunitas ini digembleng untuk menguasai berbagai strategi alat kampanye dalam rangka memperkuat ideologi Pancasila.
Kristmas Tawurutubun, fasilitator pelatihan ini dalam sambutannya, menuturkan, pelatihan juru bicara Pancasila ini sangatlah penting sebagai upaya merespon adanya penurunan dukungan terhadap Pancasila. Dan yang paling penting, pelatihan ini tidak ada kaitannya dengan kepentingan politik tertentu.
“Kita perlu bersyukur atas kesempatan yang baik ini, karena melalui kesempatan ini kita kembali mendalami Pancasila, demi menjaga keutuhan NKRI,” tutur Kristmas dalam keterangan tertulisnya, Senin (26/11/2018).
Fasilitator pelatihan lainnya, Milastri Mudzakkar, menambahkan, hasil survei yang dikeluarkan oleh Lembaga Survei LSI Denny JA menunjukkan bahwa selama 13 tahun terakhir, dukungan terhadap Pancasila terus mengalami penurunan.
Pada tahun 2005 dukungan kepada Pancasila mencapai 85,2 persen dan pada 2018 menurun menjadi 75,3 persen atau turun sebesar 10 persen. Hal inilah yang mendorong komunitas ini untuk kembali menjadikan penguatan ideologi Pancasila agenda besarnya, agar Indonesia tetap damai dalam keberagamannya.
Dijumpai secara terpisah, Anick HT, Koordinator Komunitas Bela Indonesia menjelaskan bila pelatihan ini sudah didesain sedemikian rupa dengan satu buku rujukan utama yang berjudul Rumah Bersama Kita Bernama Indonesia, yang ditulis oleh Denny JA dan Tim.
Di samping itu, menurut penjelasan Anick HT, mereka juga menyiapkan seluruh materi, baik isu maupun skill, berupa slide power point maupun dalam bentuk serial video, untuk dimanfaatkan oleh khalayak yang hendak mengadakan pelatihan sejenis di manapun. “Kami ingin gerakan penguatan ideologi Pancasila menjadi gerakan organik yang melibatkan seluruh elemen masyarakat Indonesia,” demikian Anick.
(vhs)