Kisah Karomah Habib Kuncung

Jum'at, 16 November 2018 - 05:00 WIB
Kisah Karomah Habib Kuncung
Kisah Karomah Habib Kuncung
A A A
Habib Kuncung atau yang dikenal sebagai Al Habib Ahmad Bin Alwi Al Haddad adalah seorang Wali Allah yang memiliki karomah karena kedekatannya dengan sang Khalik dan ibunya. Habib Kuncung dilahirkan di Gurfha, Hadramaut, Tarim pada 26 Syaban 1254 H.

Sejak kecil Habib Ahmad belajar kepada ayahanda sendiri Al Habib Alwi Al Haddad dan belajar pula kepada Al Habib Ali Bin Husein Al Hadad di Hadramaut, Yaman.

Setelah remaja dia mengembara dan mulai berdagang ke wilayah Asia Tenggara. Konon saat berdagang inilah sang Habib mendapat untung yang berlipat ganda sehingga menjadi kaya raya. Bahkan Habib Kuncung menjadi pedagang yang sukses di Singapura.

Namun meski telah sukses Habib Kuncung juga menunjukan baktinya pada sang Ibu melalui perangainya yang sangat santun. Selain itu Habib Kuncung rela memberikan harta yang menjadi miliknya kepada sang bunda dan saudara-saudaranya.

Lalu kemudian Habib Kuncung pun tiba di Makassar. Lalu di kota inilah dia memperistri wanita berdarah Bugis. Namun tak ada yang mengenal siapa istri Habib Kuncung itu.

Dari perkawinan tersebut diketahui lahir seorang putra bernama Muhammad yang kemudian mewarisi harta peninggalan Habib Kuncung di Singapura.

Namun sayang Habib Muhammad kemudian meninggal dunia hingga terputuslah garis keturunan Habib Kuncung.

Selanjutnya Habib Kuncung terus mengembara untuk berdagang sambil menuntut ilmu. Dalam pengembaraannya sampailah sang habaib di Pelabuhan Sunda Kelapa dan sempat singgah di Kampung Melayu, rumah seorang pegawai gubernuran Batavia yang menjadi temannya.

Habib Kuncung juga sering berkunjung di majelis ulama kalangan Habaib di Jakarta yang dipusatkan di Kediaman Habib Ali Al-Habsyi Kwitang untuk memperdalam ilmu agama. Dari Kwitang lalu dia belajar kepada Habib Keramat Empang Bogor, Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Attas.

Saat belajar kepada Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Attas di Bogor, Jawa Barat inilah sebutan Habib Kuncung mulai populer. Karena kebiasaannya memakai peci yang atasnya lancir seperti kuncung maka banyak orang yang memanggilnya dengan Habib Kuncung.

Cerita mengenai salah satu karomah Habib Kuncung adalah saat dia hendak naik Kereta Api ke Bogor namun dilarang oleh salah satu petugas yang pada waktu itu Indonesia masih dijajah oleh Belanda.

Salah satu petugas melarangnya untuk naik dengan alasan karena pakaian yang dikenakan Habib Kuncung tidak bagus selayaknya orang yang mau naik kereta api pada waktu itu.

Namun ketika kereta mau diberangkatkan mesinnya tidak mau menyala tanpa ada sebab yang jelas. Sampai diturunkan montir untuk mengecek kondisi mesin kereta yang ternyata masih bagus.

Pihak stasiun heran dan bingung sampai ada seorang petugas kereta api yang mengetahui keberadaan Habib Kuncung yang merupakan salah satu habaib yang mempunyai nasab langsung ke Nabi Muhammad SAW. Lalu petugas meminta maaf dan menyuruhnya untuk naik ke atas kereta anehnya kereta pun bisa berjalan.

Salah satu karomah lainnya yaitu ketika para ulama berkumpul di Kwitang. Mereka ingin melakukan perjalanan ke Cirebon memenuhi sebuah undangan. Saat itu Habib Kuncung agak terlupakan hingga tidak ikut rombongan ke stasiun.

Para ulama berangkat pada pukul 07.30 pagi. Sesampainya di Stasiun Cirebon, ternyata para ulama menemukan Habib Kuncung sudah disana. Ketika ditanya, beliau mengaku sudah berada di stasiun itu sejak pukul 07.30 WIB.

Rupanya ketika rombongan ulama berangkat ke stasiun, naik kereta menuju Cirebon, Habib Kuncung juga berangkat ke Cirebon tapi dengan caranya sendiri.

Pernah pula suatu ketika Habib Kuncung membakar sampah dalam lubang besar, di sekitar lubang itu terdapat pohon pisang.

Rupanya pohon pisang itu sengaja ditanam orang. Terang saja, melihat lubang sampah itu dibakar, pemilik pohon pisang marah besar kepada Habib Kuncung.

Sang habib pun hanya diam hingga api itu padam. Ternyata pohon pisang itu tak ada yang mati, bahkan kemudian malah lebih bagus tumbuhnya.

Karomahnya yang lain yaitu setiap kali Habib Kuncung memakai jasa tukang delman, delman itu pasti pulang lebih awal karena setoran menjadi mudah tercukupi.

Kusirnya juga akan pulang dengan uang yang lebih dari biasanya. Makanya banyak sekali tukang delman yang mengharap-harap agar delmannya dinaiki Habib Kuncung.

Habib Kuncung wafat pada 29 Syaban 1345 H atau sekitar tahun 1926 pada usia 93 tahun. Habib Kuncung dimakamkan di pemakaman keluarga Al Haddad di Rawajati Timur II, Jakarta Selatan. Hingga saat ini banyak umat Islam yang sering berziarah ke makamnya di Rawajati Timur II.

Sumber :
- pecintahabibana.wordpress.com
- merahputih.com
- petilasankramat.blogspot
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3677 seconds (0.1#10.140)