Banyuwangi Gandeng Warung Pintar Angkat Usaha Mikro
A
A
A
BANYUWANGI - Pemkab Banyuwangi menyiapkan kolaborasi dengan startup teknologi ritel “Warung Pintar” untuk mengerek daya saing warung-warung kecil dan menumbuhkan iklim wirausaha di daerah tersebut.
“Kami sudah bertemu dengan founder dan CEO Warung Pintar, Agung Bezharie dan Harya Putra. Mereka juga sudah ke Banyuwangi. Insya Allah sebentar lagi sudah matang skema kolaborasinya,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Minggu (11/10/2018). Anas baru saja menghadiri “Pesta Rakyat Pintar” yang digelar Warung Pintar.
Warung Pintar adalah perusahaan rintisan (startup) yang menggarap teknologi sektor ritel. Warung-warung kecil didigitalisasi dan dipermak sedemikian rupa untuk membuatnya berdaya saing saat harus berhadapan dengan ritel-ritel modern.
Anas menambahkan, setidaknya terdapat dua skema yang bakal dijalankan. Pertama, menempatkan Warung Pintar di ruang-ruang publik dan destinasi wisata.
“Yang punya ini saya harapkan bukan orang per orang nantinya, tapi komunitas. Misal di ruang publik daerah A, maka yang mengelola adalah komunitas warga di sana, bisa koperasi atau kelompok pengajian ibu-ibu dan anak-anak muda. Sekaligus menggiatkan kewirausahaan, karena warga bisa berproduksi dan menjualnya di Warung Pintar,” ujar Anas.
Skema kedua, sambung Anas, mendorong warung-warung yang sudah ada untuk didigitalisasi melalui Warung Pintar, sehingga bisa lebih kompetitif saat harus berhadapan dengan ritel modern.
“Kebetulan, di Banyuwangi, kami membatasi ketat pergerakan ritel modern. Kalau di daerah lain jumlah ritel modern bisa ratusan unit, di Banyuwangi baru puluhan karena memang kami batasi. Tapi warung-warung milik Mbok Yem, Mbok Nah, ini kan tetap harus maju, maka perlu ditingkatkan sistemnya. Warung Pintar bisa menjadi salah satu solusi,” jelas Anas.
“Ini adalah wujud inklusi ekonomi lewat teknologi. Jadi teknologi tidak memakan yang kecil,” imbuh Anas.
Di Warung Pintar, selain skema digitalisasi untuk manajemennya, yang ditawarkan antara lain desain yang lebih modern. Di antaranya dilengkapi infrastruktur perangkat lunak seperti charger station. Berdasarkan riset, digitalisasi ala Warung Pintar mampu meningkatkan pendapatan bulanan warung-warung kecil sebesar 89%.
“Jadi yang dibentuk oleh perusahaan teknologi di era Revolusi Industri 4.0 itu ekosistemnya. Mimpi kami Banyuwangi bisa bangun ekosistem ritel kecil yang terdigitalisasi, yang punya engagement kuat ke komunitas di sekitarnya sekaligus bisa menyejahterakan masyarakat. Ya namanya mimpi kan enggak masalah, kita mulai dari kolaborasi ini,” kata Anas.
Selain menjadi upaya meningkatkan kinerja warung-warung kecil dan mengajak warga berbisnis, Warung Pintar juga menjadi jendela promosi wisata daerah. Karena di Banyuwangi nantinya di setiap Warung Pintar ada perangkat promosi wisata.
“Kami sudah bertemu dengan founder dan CEO Warung Pintar, Agung Bezharie dan Harya Putra. Mereka juga sudah ke Banyuwangi. Insya Allah sebentar lagi sudah matang skema kolaborasinya,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Minggu (11/10/2018). Anas baru saja menghadiri “Pesta Rakyat Pintar” yang digelar Warung Pintar.
Warung Pintar adalah perusahaan rintisan (startup) yang menggarap teknologi sektor ritel. Warung-warung kecil didigitalisasi dan dipermak sedemikian rupa untuk membuatnya berdaya saing saat harus berhadapan dengan ritel-ritel modern.
Anas menambahkan, setidaknya terdapat dua skema yang bakal dijalankan. Pertama, menempatkan Warung Pintar di ruang-ruang publik dan destinasi wisata.
“Yang punya ini saya harapkan bukan orang per orang nantinya, tapi komunitas. Misal di ruang publik daerah A, maka yang mengelola adalah komunitas warga di sana, bisa koperasi atau kelompok pengajian ibu-ibu dan anak-anak muda. Sekaligus menggiatkan kewirausahaan, karena warga bisa berproduksi dan menjualnya di Warung Pintar,” ujar Anas.
Skema kedua, sambung Anas, mendorong warung-warung yang sudah ada untuk didigitalisasi melalui Warung Pintar, sehingga bisa lebih kompetitif saat harus berhadapan dengan ritel modern.
“Kebetulan, di Banyuwangi, kami membatasi ketat pergerakan ritel modern. Kalau di daerah lain jumlah ritel modern bisa ratusan unit, di Banyuwangi baru puluhan karena memang kami batasi. Tapi warung-warung milik Mbok Yem, Mbok Nah, ini kan tetap harus maju, maka perlu ditingkatkan sistemnya. Warung Pintar bisa menjadi salah satu solusi,” jelas Anas.
“Ini adalah wujud inklusi ekonomi lewat teknologi. Jadi teknologi tidak memakan yang kecil,” imbuh Anas.
Di Warung Pintar, selain skema digitalisasi untuk manajemennya, yang ditawarkan antara lain desain yang lebih modern. Di antaranya dilengkapi infrastruktur perangkat lunak seperti charger station. Berdasarkan riset, digitalisasi ala Warung Pintar mampu meningkatkan pendapatan bulanan warung-warung kecil sebesar 89%.
“Jadi yang dibentuk oleh perusahaan teknologi di era Revolusi Industri 4.0 itu ekosistemnya. Mimpi kami Banyuwangi bisa bangun ekosistem ritel kecil yang terdigitalisasi, yang punya engagement kuat ke komunitas di sekitarnya sekaligus bisa menyejahterakan masyarakat. Ya namanya mimpi kan enggak masalah, kita mulai dari kolaborasi ini,” kata Anas.
Selain menjadi upaya meningkatkan kinerja warung-warung kecil dan mengajak warga berbisnis, Warung Pintar juga menjadi jendela promosi wisata daerah. Karena di Banyuwangi nantinya di setiap Warung Pintar ada perangkat promosi wisata.
(wib)