Kantor Angin Jatiwangi dari Masa ke Masa
A
A
A
Kantor BMKG Stasiun Meteorologi Klas III Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, biasa disebut 'Kantor Angin' oleh masyarakat sekitar. Kenapa ya?
Kantor ini terletak di Desa Sutawangi, Kecamatan Jatiwangi, tepatnya di Jalan Letnan A Arzain Jatiwangi Nomor 28. Petugas di kantor ini secara rutin melakukan pengamatan cuaca dan kecepatan angin yang hasilnya cukup penting bagi masyarakat di sekitar Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan).
Kegiatan pengamatan udara dan cuaca di wilayah ini sudah ada sejak zaman penjajahan, atau sekitar 1918. Saat itu, kegiatan pengamatan udara dan cuaca dilakukan di Pabrik Gula Jatiwangi, yang berjarak sekitar 1 kilometer dari Kantor BMKG Stasiun Meteorologi Jatiwangi sekarang.
"Diadakan oleh Pemerintah Belanda. Hal ini (pengamatan) dilakukan untuk mendukung perkebunan tebu yang berada di seluruh wilayah III Cirebon," kata salah satu petugas di BMKG Stasiun Meteorologi Jatiwangi Ahmad Faa Iziyn saat berbincang dengan SINDOnews, belum lama ini.
Seiring berjalannya waktu, sekitar tahun 1940, aktivitas meteorologi dipindah, tidak lagi di lingkungan Pabrik Gula Jatiwangi. Namun, lokasi untuk aktivitas itu masih relatif dekat, yakni hanya sekitar 700 meter dari Pabrik Gula Jatiwangi.
Pemindahan itu tidak terlepas dari status salah satu pejabat masa penjajahan yang menikah dengan warga setempat. "Pada tahun 1940, Stasiun Meteorologi dipindahkan ke gedung milik orang Belanda (Mr. Reken) yang telah menikah dengan orang pribumi dari Desa Sutawangi, Kecamatan Jatiwangi," kata Faiz, demikian dia biasa disapa, yang juga prakirawan di BMKG Stasiun Meteorologi Jatiwangi itu.
Di tempat tersebut, aktivitas meteorologi bertahan sekitar 21 tahun. Pada 1961, tempat pengamatan kembali berpindah. Setelah menggunakan rumah pribadi, aktivitas meteorologi kemudian bergeser sekitar 300 meter, masih di desa yang sama. Lokasi baru itu bertahan hingga sekarang.
"Kegiatan Stasiun Meteorologi Jatiwangi sesuai tuntutan zaman. Kegiatan permukaan (sinoptik), pengamatan udara atas selama 24 jam, dan prakiraan cuaca harian," beber dia.
Di kalangan masyarakat sekitar, ada fakta unik tentang keberadaan Kantor BMKG itu. Mereka justru mengenal kantor tersebut dengan sebutan 'Kantor Angin'. Jangan heran ketika kita menanyakan lokasi Kantor BMKG, tidak sedikit masyarakat yang tampak kebingungan.
Yudi, salah satu warga Jatiwangi mengaku, beberapa tahun ke belakang dirinya lebih mengenal BMKG dengan sebutan Kantor Angin. Kendati begitu, dia mengaku tidak tahu persis mengapa muncul sebutan itu.
"Dulu memang banyak nyebutnya 'Kantor Angin'. Malah kalau nanya BMKG, kadang jarang yang tahu, meskipun warga yang rumahnya dekat dengan BMKG. Sekarang juga kayaknya kalau orang-orang tua mah lebih tahunya 'Kantor Angin', bukan BMKG," kata Yudi.
Ya. Penyebutan Kantor Angin oleh masyarakat tidak terlepas dari aktivitas para petugas di sana, yang memang berkaitan dengan kondisi angin. "Itu mungkin karena mereka sering melihat kami sedang mengamati angin di ketinggian. Sehingga, menyebarlah bahwa di sini itu Kantor Angin," ujar Faiz.
Kini, untuk mendukung proses pengamatan, Kantor BMKG Stasiun Meteorologi telah dilengkapi dengan berbagai peralatan yang cukup memadai. Selain alat manual, kantor tersebut juga telah dilengkapi dengan peralatan yang relatif lebih modern.
Kantor ini terletak di Desa Sutawangi, Kecamatan Jatiwangi, tepatnya di Jalan Letnan A Arzain Jatiwangi Nomor 28. Petugas di kantor ini secara rutin melakukan pengamatan cuaca dan kecepatan angin yang hasilnya cukup penting bagi masyarakat di sekitar Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan).
Kegiatan pengamatan udara dan cuaca di wilayah ini sudah ada sejak zaman penjajahan, atau sekitar 1918. Saat itu, kegiatan pengamatan udara dan cuaca dilakukan di Pabrik Gula Jatiwangi, yang berjarak sekitar 1 kilometer dari Kantor BMKG Stasiun Meteorologi Jatiwangi sekarang.
"Diadakan oleh Pemerintah Belanda. Hal ini (pengamatan) dilakukan untuk mendukung perkebunan tebu yang berada di seluruh wilayah III Cirebon," kata salah satu petugas di BMKG Stasiun Meteorologi Jatiwangi Ahmad Faa Iziyn saat berbincang dengan SINDOnews, belum lama ini.
Seiring berjalannya waktu, sekitar tahun 1940, aktivitas meteorologi dipindah, tidak lagi di lingkungan Pabrik Gula Jatiwangi. Namun, lokasi untuk aktivitas itu masih relatif dekat, yakni hanya sekitar 700 meter dari Pabrik Gula Jatiwangi.
Pemindahan itu tidak terlepas dari status salah satu pejabat masa penjajahan yang menikah dengan warga setempat. "Pada tahun 1940, Stasiun Meteorologi dipindahkan ke gedung milik orang Belanda (Mr. Reken) yang telah menikah dengan orang pribumi dari Desa Sutawangi, Kecamatan Jatiwangi," kata Faiz, demikian dia biasa disapa, yang juga prakirawan di BMKG Stasiun Meteorologi Jatiwangi itu.
Di tempat tersebut, aktivitas meteorologi bertahan sekitar 21 tahun. Pada 1961, tempat pengamatan kembali berpindah. Setelah menggunakan rumah pribadi, aktivitas meteorologi kemudian bergeser sekitar 300 meter, masih di desa yang sama. Lokasi baru itu bertahan hingga sekarang.
"Kegiatan Stasiun Meteorologi Jatiwangi sesuai tuntutan zaman. Kegiatan permukaan (sinoptik), pengamatan udara atas selama 24 jam, dan prakiraan cuaca harian," beber dia.
Di kalangan masyarakat sekitar, ada fakta unik tentang keberadaan Kantor BMKG itu. Mereka justru mengenal kantor tersebut dengan sebutan 'Kantor Angin'. Jangan heran ketika kita menanyakan lokasi Kantor BMKG, tidak sedikit masyarakat yang tampak kebingungan.
Yudi, salah satu warga Jatiwangi mengaku, beberapa tahun ke belakang dirinya lebih mengenal BMKG dengan sebutan Kantor Angin. Kendati begitu, dia mengaku tidak tahu persis mengapa muncul sebutan itu.
"Dulu memang banyak nyebutnya 'Kantor Angin'. Malah kalau nanya BMKG, kadang jarang yang tahu, meskipun warga yang rumahnya dekat dengan BMKG. Sekarang juga kayaknya kalau orang-orang tua mah lebih tahunya 'Kantor Angin', bukan BMKG," kata Yudi.
Ya. Penyebutan Kantor Angin oleh masyarakat tidak terlepas dari aktivitas para petugas di sana, yang memang berkaitan dengan kondisi angin. "Itu mungkin karena mereka sering melihat kami sedang mengamati angin di ketinggian. Sehingga, menyebarlah bahwa di sini itu Kantor Angin," ujar Faiz.
Kini, untuk mendukung proses pengamatan, Kantor BMKG Stasiun Meteorologi telah dilengkapi dengan berbagai peralatan yang cukup memadai. Selain alat manual, kantor tersebut juga telah dilengkapi dengan peralatan yang relatif lebih modern.
(zik)