Kegelisahan Istri Korban Penculikan Kelompok Bersenjata asal Filipina

Kamis, 18 Oktober 2018 - 19:29 WIB
Kegelisahan Istri Korban...
Kegelisahan Istri Korban Penculikan Kelompok Bersenjata asal Filipina
A A A
POLEWALI MANDAR - Penculikan yang menimpa dua warga negara Indonesia (WNI) di perairan Semporna, Sabah, Malaysia masih menyisahkan kegelisahan bagi keluarga korban di Sulawesi Barat (Sulbar). Hingga kini belum ada kabar terbaru dari dua korban yang diculik kelompok bersenjata asal Filipina itu.

Berdasarkan paspor, kedua WNI yang diculik bernama Samsul Saguni (40), warga Poniang, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene dan Usman Yunus alias Hamdan (35), warga Dusun Bruno, Desa Kebun Sari, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulbar. Penculikan terhadap keduanya terjadi pada pertengahan September lalu.

Istri korban penculikan, Yulianti mengaku terakhir berkomunikasi dengan suaminya Usman Yunus, dua pekan pascapenculikan. Dia berharap pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri bisa melakukan upaya agar suaminya bisa bebas dan selamat dari penculikan.

"Semoga pemerintah bisa membebaskan suami saya," katanya kepada KORAN SINDO di kediamannya di Dusun Bruno, Desa Kebun Sari, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar, Sulbar, Kamis (18/10/2018).

Yulianti mengaku, saat ditelepon, nomor telepon yang digunakan menggunakan wilayah area Filiphina. Dalam sambungan telepon tersebut, dia sempat dimintai sejumlah uang yang nilainya sangat fantastis yakni sebesar 4 juta ringgit atau setara Rp14 miliar lebih.

Dalam percakapannya selama tiga menit, dia menanyakan kabar dan kondisinya. Suaminya hanya mengatakan sedang berada di sebuah hutan yang tidak tahu di mana tempatnya. "Saya sempat bicara berbahasa Mandar dengan bapaknya. Takut para penculik mengerti kalau kami bahasa Indonesia. Makanya saya bicara Mandar. Katanya sehat-sehat, dan masih tetap menjalankan salat lima waktu," tuturnya.

Namun setelah itu, sambungan telepon tiba-tiba terputus. Dia berusaha kembali menghubungi nomor tersebut namun sudah tidak dapat dihubungi lagi. "Saya tanyakan sama suami, katanya dia berada di wilayah Filipina," ujar ibu satu anak ini.

Sebelum diculik, Yulianti mengaku masih sempat berkomunikasi dengan suaminya. Terakhir berkomunikasi Senin (10/9/2018) malam, sehari sebelum diculik. Keesokan harinya, Yulianti begitu kaget, setelah mendapat kabar suaminya diculik oleh sekelompok orang bersenjata.

Usman Yunus dan Yulianti telah dikaruniahi seorang anak bernama Aliyya berusia enam tahun. Selama bekerja di Malaysia, Yuli tinggal bersama anaknya di Dusun Bruno, Desa Kebun Sari, Kecamatan Wonomulyo, Polman.

Permintaan tebusan itu sebelumya juga diungkapkan Komisaris Polisi Sabah, Malaysia, Datuk Omar Mammah. Dia mengatakan, keluarga salah satu korban menerima panggilan telepon dari salah satu penculik sekitar pukul 10.24 pagi pada 18 September 2018. Penculik minta keluarga sandera mengatur pembayaran guna menjamin kebebasan mereka.

"Istri salah satu korban, yang berada di Sulawesi, Indonesia, menerima panggilan (telepon) dari Filipina," katanya, Selasa (25/9/2018). "Tidak ada batas waktu yang ditetapkan sejauh ini (untuk pembayaran). Mungkin negosiasi akan dilakukan antara beberapa pihak termasuk keluarga korban," katanya kepada wartawan pada konferensi pers di kantor polisi Sabah, Malaysia, beberapa waktu lalu.

Omar mengatakan polisi telah menerima banyak informasi yang dapat dipercaya dari nelayan. Salah satunya, nelayan melihat perahu pompa yang diyakini milik para penculik yang masih buron. "Kami mengintensifkan upaya keamanan dari utara Kudat ke selatan Tawau. Sejauh ini para tersangka belum mengeluarkan ancaman," katanya.

Menurut Omar, polisi sedang mempelajari kelayakan pencabutan larangan kapal pompa seperti yang disarankan oleh Parti Warisan Sabah, partai berkuasa di negara bagian itu, beberapa bulan yang lalu.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6432 seconds (0.1#10.140)