Tombak Pusaka Kyai Turunsih Milik Pemkab Sleman Dijamas
A
A
A
SLEMAN - Siraman dalem pusaka atau juga disebut jamasan tak hanya dilakukan oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pakualaman. Pemkab Sleman juga melakukan tradisi jamasan pusaka yakni Tombak Kyai Turunsih. Ritual jamasan digelar di pendopo rumah dinas Bupati Sleman, Senin (8/10/2018).
Proses jamasan sendiri dilakukan dengan urutan mengolesi Tombak Turunsih dengan jeruk nipis pada bagian mata tombak untuk membersihkan karat pada besi, lalu disiram air dan dikeringkan dengan kawul. Mata tombak yang sudah bersih kemudian diberi warangan (arsenik) dan dioles minyak cendana.
Tombak Turunsih merupakan pemberian Kraton Ngayogyakarta, diserahkan oleh Sultan Sri Sultan HB X pada 15 Mei 1999 lalu bertepatan dengan hari jadi Sleman ke 83.
Tombak Kyai Turunsih memiliki dhapur (pangkal) cekel beluluk Ngayogyakarta dan pamor beras wutah (wos wutah) wengkon. Pamor pusaka itu sesuai kondisi Sleman sebagai gudang berasnya Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tombak tersebut memiliki panjang 270 cm dan pangkal sepanjang 49 cm.
Pimpinan jamasan pusaka Tombak Turunsih KMT Prabowibowo mengatakan, jamasan ini dilakukan sekali setahun di bulan Muharam setelah Keraton Ngayogyakarta melakukan jamasan keseluruhan pusakanya. Jamasan sendiri untuk membersihkan dan menjaga benda warisan leluhur agar awet.
“Itulah makna dari jamasan ini," jelas Prabowibowo di sela-sela jamasan pusaka tombak kyai Turunsih milik pemkab Sleman tersebut.
Mengenai adanya ubarampe, seperti bunga setaman, menyan, jajan pasar dan pisang sanggan. Menurut Prabowibowo ubarampe itu merupakan syarat yang telah menjadi tradisi semenjak nenek moyang dahulu. Seperti menyan sebagi wewangian yang mendatangkan ketenangan disekitar area jamasan dan pisang sanggan supaya abdi dalem bisa menyangga beban pekerjaannya ketika melakukan jamasan.
“Jadi syarat tersebut tidak diartikan sebagai sesuatu hal yang mistis tapi lebih pada nilai filosofinya. Yaitu membersihkan segala hal yang kurang baik atau negatif dan melestarikan kebaikan terutama dalam segi pelayanan kepada masyarakat," terangnya.
Kabag Humas dan Protokol Pemkab Sleman Sri Winarti menambahkan selain Tombak Kyai Turunsih, Sleman juga memiliki pusaka Kyai Mego Ngampak. Kyai mego ngampak ini juga pemberian keraton berupa duaja atau bendera.
Proses jamasan sendiri dilakukan dengan urutan mengolesi Tombak Turunsih dengan jeruk nipis pada bagian mata tombak untuk membersihkan karat pada besi, lalu disiram air dan dikeringkan dengan kawul. Mata tombak yang sudah bersih kemudian diberi warangan (arsenik) dan dioles minyak cendana.
Tombak Turunsih merupakan pemberian Kraton Ngayogyakarta, diserahkan oleh Sultan Sri Sultan HB X pada 15 Mei 1999 lalu bertepatan dengan hari jadi Sleman ke 83.
Tombak Kyai Turunsih memiliki dhapur (pangkal) cekel beluluk Ngayogyakarta dan pamor beras wutah (wos wutah) wengkon. Pamor pusaka itu sesuai kondisi Sleman sebagai gudang berasnya Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tombak tersebut memiliki panjang 270 cm dan pangkal sepanjang 49 cm.
Pimpinan jamasan pusaka Tombak Turunsih KMT Prabowibowo mengatakan, jamasan ini dilakukan sekali setahun di bulan Muharam setelah Keraton Ngayogyakarta melakukan jamasan keseluruhan pusakanya. Jamasan sendiri untuk membersihkan dan menjaga benda warisan leluhur agar awet.
“Itulah makna dari jamasan ini," jelas Prabowibowo di sela-sela jamasan pusaka tombak kyai Turunsih milik pemkab Sleman tersebut.
Mengenai adanya ubarampe, seperti bunga setaman, menyan, jajan pasar dan pisang sanggan. Menurut Prabowibowo ubarampe itu merupakan syarat yang telah menjadi tradisi semenjak nenek moyang dahulu. Seperti menyan sebagi wewangian yang mendatangkan ketenangan disekitar area jamasan dan pisang sanggan supaya abdi dalem bisa menyangga beban pekerjaannya ketika melakukan jamasan.
“Jadi syarat tersebut tidak diartikan sebagai sesuatu hal yang mistis tapi lebih pada nilai filosofinya. Yaitu membersihkan segala hal yang kurang baik atau negatif dan melestarikan kebaikan terutama dalam segi pelayanan kepada masyarakat," terangnya.
Kabag Humas dan Protokol Pemkab Sleman Sri Winarti menambahkan selain Tombak Kyai Turunsih, Sleman juga memiliki pusaka Kyai Mego Ngampak. Kyai mego ngampak ini juga pemberian keraton berupa duaja atau bendera.
(rhs)