Pastikan Api Padam Pasukan Gabungan Kembali Naik Gunung Sumbing
A
A
A
WONOSOBO - Operasi pemadaman api yang membakar kawasan hutan dan lahan di Gunung Sumbing telah membuahkan hasil. Meski demikian, petugas gabungan kembali melakukan pendakian untuk memastikan tak ada lagi kepulan asap.
“Meski api sudah padam kemarin, tapi kita tetap melakukan pengecekan lagi dengan naik ke lokasi awal. Hal ini untuk memastikan sudah tidak ada lagi api termasuk asap yang mengepul,” ujar Kabag Ops Polres Wonosobo Kompol Sutomo, Rabu (19/9/2018).
Menurutnnya, pada pendakian kali ini tidak melibatkan ratusan personel seperti sebelumnya saat melakukan pemadaman. Petugas gabungan Polri, TNI, dan relawan yang turut pada kegiatan tersebut hanya berjumlah puluhan orang.
“Sebelum berangkat dari Posko Kebakaran Hutan, kita melakukan apel dan senam terlebih dahulu. Baru setelah itu kita mendaki sekaligus menyisir ke Gunung Sumbing untuk memastikan api benar-benar sudah padam,” jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, api yang membakar kawasan hutan dan lahan di Gunung Sumbing berangsur terkendali. Titik api yang semula masih terlihat di Petak 23 wilayah Wonosobo telah sepenuhnya padam. Ternyata, proses pemadaman tak mengandalkan air melainkan golok dan dan ranting.
Hal itu terlihat saat ratusan personel gabungan Polri, TNI, dan relawan bersiap melakukan pendakian untuk menuju lokasi titik api. Mereka menggelar apel pembagian tugas untuk operasi penyisiran titik kebakaran, di Basecamp Gunung Sumbing Butuh Lor, Kecamatan Kaliakajar, Wonosobo.
Petugas membentuk dua regu untuk melakukan pemadaman di sumber titik api melalui jalur pendakian Desa Butuh. Sedangkan pendakian dari jalur Desa Bowongso hanya diperlukan satu tim, untuk selanjutnya menuju lokasi kebakaran.
Selain perbekalan berupa makanan dan minuman, mereka juga membawa golok dan ranting kayu. Perlengkapan itu bukan sekadar untuk memudahkan proses pendakian di jalur terjal dan berkelok, tetapi juga untuk memadamkan api.
“Sebenarnya perlengkapan itu dibawa karena kita menyesuaikan medan di lapangan. Medan yang cukup sulit, peralatan yang minim dan seadanya, yakini menggunakan parang/golok, ranting pohon basah, dengan sistem gepyok,” kata Sutomo.
Dia menjelaskan, sumber api yang kebanyakan di semak-semak itu dipukul-pukul menggunakan ranting dan dedaunan basah hingga tak muncul asap lagi. Sementara golok digunakan untuk memotong dahan atau ranting agar tak tersulut sumber api.
“Jadi golok ini untuk penyekatan, biar api bisa dilokalisir, tak merambat ke yang lain. Kita juga menggunakan pompa diesel dengan mengambil air dari jurang terdekat. Kemudian kita semprotkan bila masih ada asap yang mengepul, biar benar-benar mati,” tandasnya.
“Meski api sudah padam kemarin, tapi kita tetap melakukan pengecekan lagi dengan naik ke lokasi awal. Hal ini untuk memastikan sudah tidak ada lagi api termasuk asap yang mengepul,” ujar Kabag Ops Polres Wonosobo Kompol Sutomo, Rabu (19/9/2018).
Menurutnnya, pada pendakian kali ini tidak melibatkan ratusan personel seperti sebelumnya saat melakukan pemadaman. Petugas gabungan Polri, TNI, dan relawan yang turut pada kegiatan tersebut hanya berjumlah puluhan orang.
“Sebelum berangkat dari Posko Kebakaran Hutan, kita melakukan apel dan senam terlebih dahulu. Baru setelah itu kita mendaki sekaligus menyisir ke Gunung Sumbing untuk memastikan api benar-benar sudah padam,” jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, api yang membakar kawasan hutan dan lahan di Gunung Sumbing berangsur terkendali. Titik api yang semula masih terlihat di Petak 23 wilayah Wonosobo telah sepenuhnya padam. Ternyata, proses pemadaman tak mengandalkan air melainkan golok dan dan ranting.
Hal itu terlihat saat ratusan personel gabungan Polri, TNI, dan relawan bersiap melakukan pendakian untuk menuju lokasi titik api. Mereka menggelar apel pembagian tugas untuk operasi penyisiran titik kebakaran, di Basecamp Gunung Sumbing Butuh Lor, Kecamatan Kaliakajar, Wonosobo.
Petugas membentuk dua regu untuk melakukan pemadaman di sumber titik api melalui jalur pendakian Desa Butuh. Sedangkan pendakian dari jalur Desa Bowongso hanya diperlukan satu tim, untuk selanjutnya menuju lokasi kebakaran.
Selain perbekalan berupa makanan dan minuman, mereka juga membawa golok dan ranting kayu. Perlengkapan itu bukan sekadar untuk memudahkan proses pendakian di jalur terjal dan berkelok, tetapi juga untuk memadamkan api.
“Sebenarnya perlengkapan itu dibawa karena kita menyesuaikan medan di lapangan. Medan yang cukup sulit, peralatan yang minim dan seadanya, yakini menggunakan parang/golok, ranting pohon basah, dengan sistem gepyok,” kata Sutomo.
Dia menjelaskan, sumber api yang kebanyakan di semak-semak itu dipukul-pukul menggunakan ranting dan dedaunan basah hingga tak muncul asap lagi. Sementara golok digunakan untuk memotong dahan atau ranting agar tak tersulut sumber api.
“Jadi golok ini untuk penyekatan, biar api bisa dilokalisir, tak merambat ke yang lain. Kita juga menggunakan pompa diesel dengan mengambil air dari jurang terdekat. Kemudian kita semprotkan bila masih ada asap yang mengepul, biar benar-benar mati,” tandasnya.
(sms)