Orangtua Siswa SDN 023 Pajagalan Korban Bullying Curhat ke DPRD Kota Bandung
A
A
A
BANDUNG - Orangtua siswa SDN 023 Pajagalan korban kekerasan teman sekolah mendatangi DPRD Kota Bandung, Rabu (5/9/2018). Didampingi kuasa hukumnya, EM(40) menceritakan seluruh kronologis yang menimpa anaknya tersebut.
Menurut EM, aksi bullying yang dialami anaknya tidak hanya terjadi pada 28 Agustus 2018 atau di saat tayangan video kekerasan beredar luas di media sosial. Bahkan, kata EM, anaknya telah mengalami bullying sejak dua tahun lalu atau saat masih duduk di kelas empat SD.
"Aksi ini ternyata bukan pertama kali. Tapi, ternayat sudah dua tahun lalu. Puncaknya adalah kekerasan fisik yang sempat direkam rekan sekelasnya," kata EM dihadapan Ketua Komisi D, DPRD Kota Bandung Ahmad Nugraha, Rabu(5/9/2018).
EM mengaku, aksi bullying yang dialami anaknya selama dua tahun itu baru terungkap setelah peristiwa kekerasan yang terekam di dalam tayangan video berdurasi sekitar 60 detik. Menurut EM, kekerasan yang dialami anaknya selama dua tahun itu hanya dalam bentuk verbal dan ancaman.
"Selama 2 tahun memendam. Si adenya (korban) sudah ngomong ke ayahnya, bapaknya juga sudah ngomong ke sekolahnya ini dari kelas 4,"kata EM.
EM menyebutkan, selama dua tahun mengalami tindakan bully di sekolah dan menjadi puncak saat 28 Agustus lalu. Bahkan, sebelum 28 Agustus, anaknya juga berkali-kali menerima tindakan serupa.
"Jadi, pada hari Kamis 23 Agustus, anak pulang dalam keadaan pipi bengkak dan ada luka di ujung hidung. Tanggal 27 Agustus, gigi geraham bawah patah dan puncaknya itu tanggal 28 Agustus yang seperti di video," ungkapnya.
EM berharap, pihak sekolah dapat memberikan pelajaran kepada orang tua anak yang telah berbuat kasar terhadap anaknya. "Saya pengennya ada buat efek jera. Anak saya ngomong mau sekolah kalau dia dikeluarkan. Kalau dia masih sekolah di situ, saya males. Tapi memang semua temennya pada bilang dari pada anak saya yang keluar mending dia aja yang keluar. katanya suka pada bikin ricuh," beber EM.
Seperti diketahui, salah seorang siswa kelas Enam SDN 023 Pajagalan, Kota Bandung mengalami aksi kekerasan yang dilakukan terhadap sejumlah rekannya di kelas. Aksi itu terekam oleh fasilitas video ponsel dan sempat beredar luas di media sosial.
Menurut EM, aksi bullying yang dialami anaknya tidak hanya terjadi pada 28 Agustus 2018 atau di saat tayangan video kekerasan beredar luas di media sosial. Bahkan, kata EM, anaknya telah mengalami bullying sejak dua tahun lalu atau saat masih duduk di kelas empat SD.
"Aksi ini ternyata bukan pertama kali. Tapi, ternayat sudah dua tahun lalu. Puncaknya adalah kekerasan fisik yang sempat direkam rekan sekelasnya," kata EM dihadapan Ketua Komisi D, DPRD Kota Bandung Ahmad Nugraha, Rabu(5/9/2018).
EM mengaku, aksi bullying yang dialami anaknya selama dua tahun itu baru terungkap setelah peristiwa kekerasan yang terekam di dalam tayangan video berdurasi sekitar 60 detik. Menurut EM, kekerasan yang dialami anaknya selama dua tahun itu hanya dalam bentuk verbal dan ancaman.
"Selama 2 tahun memendam. Si adenya (korban) sudah ngomong ke ayahnya, bapaknya juga sudah ngomong ke sekolahnya ini dari kelas 4,"kata EM.
EM menyebutkan, selama dua tahun mengalami tindakan bully di sekolah dan menjadi puncak saat 28 Agustus lalu. Bahkan, sebelum 28 Agustus, anaknya juga berkali-kali menerima tindakan serupa.
"Jadi, pada hari Kamis 23 Agustus, anak pulang dalam keadaan pipi bengkak dan ada luka di ujung hidung. Tanggal 27 Agustus, gigi geraham bawah patah dan puncaknya itu tanggal 28 Agustus yang seperti di video," ungkapnya.
EM berharap, pihak sekolah dapat memberikan pelajaran kepada orang tua anak yang telah berbuat kasar terhadap anaknya. "Saya pengennya ada buat efek jera. Anak saya ngomong mau sekolah kalau dia dikeluarkan. Kalau dia masih sekolah di situ, saya males. Tapi memang semua temennya pada bilang dari pada anak saya yang keluar mending dia aja yang keluar. katanya suka pada bikin ricuh," beber EM.
Seperti diketahui, salah seorang siswa kelas Enam SDN 023 Pajagalan, Kota Bandung mengalami aksi kekerasan yang dilakukan terhadap sejumlah rekannya di kelas. Aksi itu terekam oleh fasilitas video ponsel dan sempat beredar luas di media sosial.
(wib)