Usung Program Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar
A
A
A
Banyak sudah inovasi yang terlahir dari tangan dingin seorang Wali Kota Jambi DR. H. Syarif Fasha, ME,.
Doktor Ilmu Pemerintahan IPDN itu tidak hanya melahirkan beberapa inovasi populis di daerah, seperti gerakan Sejuta Biopori, Komitmen Kota Hijau dan Gerakan Menanam Pohon (termasuk kewajiban menanam pohon bagi calon pengantin), Perluasan Pengembangan RTH, Bank Sampah dan Kampung Iklim.
Inovasi unggulan lain yang bahkan telah diakui dunia dan menjadi percontohan nasional adalah Program Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar. Bangkit Berdaya sendiri merupakan akronim dari Bangun Kecamatan Secara Intensif Berazaskan Swadaya, sedangkan Kampung Bantar merupakan akronim dari Kampung Bersih, Aman dan Pintar.
Kampung merujuk kepada sebutan yang familiar ditengah masyarakat akan wilayah yang ada di setiap pelosok di Kota Jambi. Kedua program inovasi yang telah diinisiasi sejak tahun 2014 tersebut, hadir sebagai sebuah solusi atas keter batasan dana pembangunan utilitas dan infrastruktur, yang hampir dihadapi oleh seluruh pemda di In donesia.
Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar, telah sukses dan mampu mengakselerasi pembangunan serta mengurangi ketimpangan antar wilayah yang ada di Kota Jambi. Bangkit Berdaya merupakan program percepatan pembangunan sarana prasarana dan utilitas lingkungan masyarakat yang difasilitasi oleh Pemerintah Kota Jambi. Pemkot dalam hal ini, memberi stimulus berupa bantuan bahan material/bangunan yang akan dikerjakan secara gotong royong oleh masyarakat.
Output kegiatan tersebut seperti pembangunan jalan beton (lingkungan/setapak), bangunan Poskamling/Posyandu, saluran drainase, jembatan kecil, keperluan tempat ibadah, dan beberapa pembangunan infrastruktur skala kecil lainnya. Program Bangkit Berdaya ini, sejatinya diperuntukkan bagi lingkungan RT yang usulannya belum dapat diakomodir pada Musrenbang Pemkot.
Meski begitu, program ini mampu menciptakan pembangunan yang merata berbasis kepada masyarakat di wilayah kecamatan dan kelurahan supaya fokus pada pengembangan sarana/prasarana dan utilitas masyarakat. Ada banyak manfaat yang bisa didapat dari program ini.
Selain memang menumbuhkan kembali semangat kebersamaan dan jiwa gotong royong masyarakat perkotaan, kegiatan ini juga sekaligus mampu menghemat anggaran pembangunan pemerintah daerah. Melalui Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar, dalam 1 tahun Pemerintah Kota Jambi hanya mengeluarkan dana sebesar Rp 7,5 miliar untuk membangun jalan-jalan lingkungan di kawasan RT.
Namun dampak luar biasanya adalah efisiensi APBD hingga 45%. Itu dapat tercapai karena pengerjaan pembangunan langsung dilakukan oleh masyarakat secara suka rela dan gotong royong, tanpa digaji atau mendapatkan honor dalam jumlah tertentu, serta rasa memiliki yang kuat terhadap hasil pekerjaan pembangunan yang dilaksanakan sendiri oleh masyarakat.
Yang menarik adalah, masyarakat secara sukarela ikut menyumbangkan dana pribadinya untuk melengkapi kekurangan pembangunan tersebut. Wali Kota Jambi H. Syarif Fasha menjelaskan, selain mampu menjadi solusi atas keterbatasan anggaran didaerah, poin terpenting dari lahirnya inovasi Bangkit Berdaya adalah keinginan yang kuat dari dirinya sebagai kepala daerah, untuk kembali menggairahkan semangat dan nilai luhur bangsa Indonesia sejak dahulu, yaitu semangat gotong royong yang cenderung memudar dewasa ini di tengah masyarakat perkotaan.
”Bangkit Berdaya adalah sebuah inovasi dan gagasan yang saya buat sebagai solusi menyiasati kondisi keuangan/anggaran Pemkot yang sangat minim, serta pengamatan saya, rasa memiliki masyarakat terhadap pembangunan di lingkungan masing-masing sangat kurang. Selain itu kegiatan gotong royong di Kota Jambi juga sudah menjadi barang mahal karena budaya tersebut sudah hampir hilang,” ujar Fasha.
Program inovasi Bangkit Berdaya telah mendapatkan penghargaan 30 Deserving Cities Award 2016 Guang zhou, dan menjadi 30 Kota Dunia Best Citizen Participation dari IOPD (International Observatory on Participation Democracy di Montreal Kanada 2016, dimana peng hargaan itu juga menempatkan Kota Jambi sebagai 30 besar kota terbaik dari 7000 kabupaten/kota di dunia yang memiliki inovasi sosial inspiratif, yang secara khusus mengedepankan peran serta dan partisipasi komunitas masyarakat.
Selain itu, melalui Bangkit Berdaya, Kota Jambi juga menjadi Nominator Peace Prize for Local Government di Bogota pada UCLG 2016 atas program-program inisiatif lokal dalam menjaga keharmonisan dan kerukunan warga masyarakat.
Bangkit Berdaya dinilai sebagai inovasi yang unik dan menarik di mata dunia internasional, karena aktifitas pelak sanaannya melibatkan partisipasi seluruh lapisan masyarakat setempat dalam membantu pemerintah mengakselerasi pembangunan di daerah/kawasannya.
Hal yang mulai langka di dunia ini. Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar saat ini telah menjadi trend di tengah masyarakat Kota Jambi dan bahkan menjadi gengsi bagi setiap Ketua Rukun Tetangga (RT) di Kota Jambi. Kini, hampir disetiap sudut wilayah Kota Jambi, warga berlomba menjadikan lingkungannya menjadi Kampung Bantar.
”Kota Jambi sejak awal memiliki masalah minimnya dana untuk pembangunan, namun Kota Jambi memiliki masyarakat yang cinta daerahnya, yang mau berpartisipasi mensupport keterbatasan dana dengan gotong royong. Saat itulah hadir inovasi Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar sebagai solusi pembangunan yang tidak dapat diselesaikan selama ini. Tujuan inovasi tersebut adalah untuk mengakselerasi target pembangunan yang 5 tahun kami canangkan, ternyata Alhamdulillah, hal itu bisa kita lakukan selama 3 tahun, karena kembalinya semangat bergotong royong dan memiliki di tengah masyarakat,” jelas Fasha.
Fasah menambahkan, dengan adanya program inovasi Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar itu, dirinya mampu mengoptimalkan dana pembangunan yang terbatas, karena secara tidak langsung di support oleh gairah masyarakat yang secara swadaya membangun lingkungan wilayahnya.
Selain itu, program tersebut juga menimbulkan dampak positif lainnya yaitu, ’sense of belonging’, rasa memiliki yang kuat akan hasil pembangunan yang wajib dijaga sendiri oleh masyarakat. Fasha juga menjelaskan, bahwa strategi pembangunannya dalam membangun Kota Jambi itu telah diukur secara cermat. Di Kota Jambi, konsep Smart city tidak selalu berbicara tentang internet, namun berbicara tentang bagaimana kota pintar yang semestinya.
”Diawal kepemimpinan kami sebagai kepala daerah, kami mengoptimalkan kekuatan besar, yaitu partisipasi masyarakat dalam membantu pemerintah membangun Kota Jambi. Di tahun ke-1 dan ke-2 kami membangun budaya dan mindset masyarakat untuk sadar dan berpartisipasi membangun Kota Jambi, melalui berbagai inovasi. Salah satunya novasi adalah Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar. Program tersebut terbukti sangat efektif mengakselerasi pembangunan ditengah keterbatasan dana pembangunan.
Di tahun ke-3 dan ke-4, baru kami fokus membangun teknologi smart city, melalui berbagai aplikasi pelayanan publik,” terang Wali Kota Fasha. Fasha pun menjelaskan, dengan adanya strategi tersebut target pembangunan Kota Jambi yang tertuang dalam RPJMD selama 5 tahun, dapat di selesaikan hanya dalam kurun waktu 3 tahun. Tepat kiranya visi ”Kota Jambi 3 Tahun Bangkit” dapat dilaksanakan dengan efektif oleh dirinya.
Doktor Ilmu Pemerintahan IPDN itu tidak hanya melahirkan beberapa inovasi populis di daerah, seperti gerakan Sejuta Biopori, Komitmen Kota Hijau dan Gerakan Menanam Pohon (termasuk kewajiban menanam pohon bagi calon pengantin), Perluasan Pengembangan RTH, Bank Sampah dan Kampung Iklim.
Inovasi unggulan lain yang bahkan telah diakui dunia dan menjadi percontohan nasional adalah Program Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar. Bangkit Berdaya sendiri merupakan akronim dari Bangun Kecamatan Secara Intensif Berazaskan Swadaya, sedangkan Kampung Bantar merupakan akronim dari Kampung Bersih, Aman dan Pintar.
Kampung merujuk kepada sebutan yang familiar ditengah masyarakat akan wilayah yang ada di setiap pelosok di Kota Jambi. Kedua program inovasi yang telah diinisiasi sejak tahun 2014 tersebut, hadir sebagai sebuah solusi atas keter batasan dana pembangunan utilitas dan infrastruktur, yang hampir dihadapi oleh seluruh pemda di In donesia.
Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar, telah sukses dan mampu mengakselerasi pembangunan serta mengurangi ketimpangan antar wilayah yang ada di Kota Jambi. Bangkit Berdaya merupakan program percepatan pembangunan sarana prasarana dan utilitas lingkungan masyarakat yang difasilitasi oleh Pemerintah Kota Jambi. Pemkot dalam hal ini, memberi stimulus berupa bantuan bahan material/bangunan yang akan dikerjakan secara gotong royong oleh masyarakat.
Output kegiatan tersebut seperti pembangunan jalan beton (lingkungan/setapak), bangunan Poskamling/Posyandu, saluran drainase, jembatan kecil, keperluan tempat ibadah, dan beberapa pembangunan infrastruktur skala kecil lainnya. Program Bangkit Berdaya ini, sejatinya diperuntukkan bagi lingkungan RT yang usulannya belum dapat diakomodir pada Musrenbang Pemkot.
Meski begitu, program ini mampu menciptakan pembangunan yang merata berbasis kepada masyarakat di wilayah kecamatan dan kelurahan supaya fokus pada pengembangan sarana/prasarana dan utilitas masyarakat. Ada banyak manfaat yang bisa didapat dari program ini.
Selain memang menumbuhkan kembali semangat kebersamaan dan jiwa gotong royong masyarakat perkotaan, kegiatan ini juga sekaligus mampu menghemat anggaran pembangunan pemerintah daerah. Melalui Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar, dalam 1 tahun Pemerintah Kota Jambi hanya mengeluarkan dana sebesar Rp 7,5 miliar untuk membangun jalan-jalan lingkungan di kawasan RT.
Namun dampak luar biasanya adalah efisiensi APBD hingga 45%. Itu dapat tercapai karena pengerjaan pembangunan langsung dilakukan oleh masyarakat secara suka rela dan gotong royong, tanpa digaji atau mendapatkan honor dalam jumlah tertentu, serta rasa memiliki yang kuat terhadap hasil pekerjaan pembangunan yang dilaksanakan sendiri oleh masyarakat.
Yang menarik adalah, masyarakat secara sukarela ikut menyumbangkan dana pribadinya untuk melengkapi kekurangan pembangunan tersebut. Wali Kota Jambi H. Syarif Fasha menjelaskan, selain mampu menjadi solusi atas keterbatasan anggaran didaerah, poin terpenting dari lahirnya inovasi Bangkit Berdaya adalah keinginan yang kuat dari dirinya sebagai kepala daerah, untuk kembali menggairahkan semangat dan nilai luhur bangsa Indonesia sejak dahulu, yaitu semangat gotong royong yang cenderung memudar dewasa ini di tengah masyarakat perkotaan.
”Bangkit Berdaya adalah sebuah inovasi dan gagasan yang saya buat sebagai solusi menyiasati kondisi keuangan/anggaran Pemkot yang sangat minim, serta pengamatan saya, rasa memiliki masyarakat terhadap pembangunan di lingkungan masing-masing sangat kurang. Selain itu kegiatan gotong royong di Kota Jambi juga sudah menjadi barang mahal karena budaya tersebut sudah hampir hilang,” ujar Fasha.
Program inovasi Bangkit Berdaya telah mendapatkan penghargaan 30 Deserving Cities Award 2016 Guang zhou, dan menjadi 30 Kota Dunia Best Citizen Participation dari IOPD (International Observatory on Participation Democracy di Montreal Kanada 2016, dimana peng hargaan itu juga menempatkan Kota Jambi sebagai 30 besar kota terbaik dari 7000 kabupaten/kota di dunia yang memiliki inovasi sosial inspiratif, yang secara khusus mengedepankan peran serta dan partisipasi komunitas masyarakat.
Selain itu, melalui Bangkit Berdaya, Kota Jambi juga menjadi Nominator Peace Prize for Local Government di Bogota pada UCLG 2016 atas program-program inisiatif lokal dalam menjaga keharmonisan dan kerukunan warga masyarakat.
Bangkit Berdaya dinilai sebagai inovasi yang unik dan menarik di mata dunia internasional, karena aktifitas pelak sanaannya melibatkan partisipasi seluruh lapisan masyarakat setempat dalam membantu pemerintah mengakselerasi pembangunan di daerah/kawasannya.
Hal yang mulai langka di dunia ini. Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar saat ini telah menjadi trend di tengah masyarakat Kota Jambi dan bahkan menjadi gengsi bagi setiap Ketua Rukun Tetangga (RT) di Kota Jambi. Kini, hampir disetiap sudut wilayah Kota Jambi, warga berlomba menjadikan lingkungannya menjadi Kampung Bantar.
”Kota Jambi sejak awal memiliki masalah minimnya dana untuk pembangunan, namun Kota Jambi memiliki masyarakat yang cinta daerahnya, yang mau berpartisipasi mensupport keterbatasan dana dengan gotong royong. Saat itulah hadir inovasi Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar sebagai solusi pembangunan yang tidak dapat diselesaikan selama ini. Tujuan inovasi tersebut adalah untuk mengakselerasi target pembangunan yang 5 tahun kami canangkan, ternyata Alhamdulillah, hal itu bisa kita lakukan selama 3 tahun, karena kembalinya semangat bergotong royong dan memiliki di tengah masyarakat,” jelas Fasha.
Fasah menambahkan, dengan adanya program inovasi Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar itu, dirinya mampu mengoptimalkan dana pembangunan yang terbatas, karena secara tidak langsung di support oleh gairah masyarakat yang secara swadaya membangun lingkungan wilayahnya.
Selain itu, program tersebut juga menimbulkan dampak positif lainnya yaitu, ’sense of belonging’, rasa memiliki yang kuat akan hasil pembangunan yang wajib dijaga sendiri oleh masyarakat. Fasha juga menjelaskan, bahwa strategi pembangunannya dalam membangun Kota Jambi itu telah diukur secara cermat. Di Kota Jambi, konsep Smart city tidak selalu berbicara tentang internet, namun berbicara tentang bagaimana kota pintar yang semestinya.
”Diawal kepemimpinan kami sebagai kepala daerah, kami mengoptimalkan kekuatan besar, yaitu partisipasi masyarakat dalam membantu pemerintah membangun Kota Jambi. Di tahun ke-1 dan ke-2 kami membangun budaya dan mindset masyarakat untuk sadar dan berpartisipasi membangun Kota Jambi, melalui berbagai inovasi. Salah satunya novasi adalah Bangkit Berdaya dan Kampung Bantar. Program tersebut terbukti sangat efektif mengakselerasi pembangunan ditengah keterbatasan dana pembangunan.
Di tahun ke-3 dan ke-4, baru kami fokus membangun teknologi smart city, melalui berbagai aplikasi pelayanan publik,” terang Wali Kota Fasha. Fasha pun menjelaskan, dengan adanya strategi tersebut target pembangunan Kota Jambi yang tertuang dalam RPJMD selama 5 tahun, dapat di selesaikan hanya dalam kurun waktu 3 tahun. Tepat kiranya visi ”Kota Jambi 3 Tahun Bangkit” dapat dilaksanakan dengan efektif oleh dirinya.
(don)