Becak Siantar, Motor Tempur Peninggalan Tentara Sekutu
A
A
A
AKHIR Juli 2018 lalu penulis menyempatkan pulang kampung ke Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara. Niatnya ingin bersilahturahmi dan berziarah ke makam keluarga. Memang sudah cukup lama juga tidak mengunjungi kota terbesar kedua di Sumatera Utara ini setelah Kota Medan.
Bagi orang yang mengenal Kota Pematang Siantar tentu tidaklah asing dengan becak Siantar. Memang tak lengkap rasanya ke Kota Pematang Siantar namun tidak berkeliling kota menggunakan becak Siantar.
Becak ini menggunakan tenaga mesin motor buatan The Birmingham Small Arms Company (BSA). Perusahaan penyuplai persenjataan tentara Inggris selama Perang Crimean (1853- 1856). Periode setelah perang, BSA terus mengembangkan produknya dan menjadi pemasok kendaraan militer untuk tentara Inggris.
Nah, pada masa itu, mereka memproduksi 126.000 sepeda motor tipe M20 berkapasitas mesin 500 cc. Sepeda motor buatan tahun 1941 inilah yang ikut dibawa pasukan sekutu ke Pematang Siantar. Sepeda motor inilah menjadi becak dan menjadi ikon Kota Pematang Siantar.
Namun alangkah terkejutnya ketika mengelilingi Kota Pematang Siantar, becak BSA sudah jarang ditemui. Dan yang didapati penggantinya motor-motor buatan Jepang produk terkini.
Informasi yang didapat dari kerabat yang tinggal di Kota Pematang Siantar becak BSA sekarang jumlahnya tidak kurang dari 200 unit saja. Sebelumnya becak BSA bisa mencapai 800-hingga 1.000 unit.
Tapi bagaimana sebenarnya kehadiran becak BSA ini produk Inggris hingga sampai ke Kota Pematang Siantar.
Di atas sudah disinggung sedikit becak BSA ini menggunakan sepeda motor tipe M20 berkapasitas mesin 500 cc. Kalau anak sekarang biasa menyebutnya motor gede atau moge.
Sebagaimana kita tahu, nilai sejarah BSA ini layak dijunjung sebagai kenangan yang menakjubkan atas perjalanan kota bekas keresidenan ini.
The Birmingham Small Arms Company sebelumnya adalah perusahaan penyuplai persenjataan tentara Inggris selama Perang Crimean (1853- 1856).
Nah setelah periode setelah perang mulai mereda, BSA banting setir dengan mengembangkan produknya dan menjadi pemasok kendaraan militer untuk tentara Inggris. Nah pada kurun waktu itulah perusahaan ini memproduksi 126.000 sepeda motor tipe M20 berkapasitas mesin 500 cc. Sepedamotor buatan tahun 1941 inilah yang ikut dibawa pasukan sekutu ke Pematangsiantar.
Tentara sekutu, termasuk Inggris pun kalah perang. Lalu sepeda motor milik mereka ditinggalkan begitu saja. Namun ada juga pengusaha perkebunan Belanda dan Eropa sebagian memberikan sepeda motor itu secara cuma-cuma kepada warga pribumi. Masa itu tahun 1950-an, sepedamotor BSA konon terbiarkan seperti barang rongsokan, tidak terpakai.
Lantas muncul ide warga setempat memberdayakannya sebagai mesin penarik becak. Tak hanya BSA, sepeda motor tua lain seperti Norton, Triumph, dan BMW juga dimanfaatkan ketika itu. Tapi hanya BSA yang cocok dan efisien mengarungi topografi Siantar yang berbukit-bukit, lolos dari seleksi alam.
Setelah para pionir becak Siantar berhasil meningkatkan daya guna sepeda motor BSA, banyak orang kemudian mencarinya dan memburunya ke berbagai daerah, sebab harganya sangat murah.
Konon, orang-orang Siantar mencari BSA ini hingga ke Medan, Asahan, Deliserdang, Rantauprapat bahkan ke Riau. Hasilnya, kurang lebih 2.000 unit becak BSA sudah berada di Siantar pada periode 80-an hingga 90-an.
Sejak itu, Siantar terkenal sebagai gudangnya sepeda motor BSA, menjadi legenda.Namun ternyata banyak kolektor berburu BSA ke kota ini, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, bahkan dari negara asalnya, Birmingham, Inggris.
Gelombang aksi jual-beli inipun berlangsung dasyat, sehingga dalam rentang waktu 10 tahun sejak 1990, jumlah becak BSA di Siantar kembali ciut tajam.Konon tahun 2000-an sudah turun lagi ke angka 600-an unit. Bahkan kini info yang diterima hanya tersisa 200 unit saja.
Untuk merawat motor tua becak Sintar ini memang tidaklah gampang karena perlu keahlian khusus merawat motor tua. Suku cadangnya sudah tidak diproduksi lagi dan bahkan pabriknya sudah tidak ada lagi sehingga bila diperlukan dibuat di bengkel las-bubut ataupun dengan memodifikasi suku cadang motor atau mobil yang bisa dipakai sebagai substitusi.
Info yang diterima ada lima bengkel dan dua orang yang dianggap berjasa terus melestarikan becak Siantar. Yakni Bengkel Handayani, bengkel milik Syafii Leo, bengkel Rahayu, bengkel milik Mbah Sari, dan bengkel bubut milik Rohim. Dua lainnya adalah bengkel khusus dinamo BSA milik Tikno dan bengkel milik Yadi di daerah Karangsari.
Mereka ini bisa dibilang bukan lagi pekerja bengkel, tetapi seniman ukir besi. Perusahaan BSA yang sudah tak lagi memproduksi sparepart motor tersebut sejak lama. Namun di tangan orang-orang ini, sepeda motor BSA bisa bertahan di Pematang Siantar.
Kini becak BSA atau becak Siantar sudah menjadi ikon Kota Pematang Siantar. Bagi yang berkesempatan datang ke kota ini, sempatkanlah menunpangi becak ini dan berkeliling Kota Pematang Siantar sebelum becak BSA ini benar-benar sudah tidak ada lagi.
Bagi orang yang mengenal Kota Pematang Siantar tentu tidaklah asing dengan becak Siantar. Memang tak lengkap rasanya ke Kota Pematang Siantar namun tidak berkeliling kota menggunakan becak Siantar.
Becak ini menggunakan tenaga mesin motor buatan The Birmingham Small Arms Company (BSA). Perusahaan penyuplai persenjataan tentara Inggris selama Perang Crimean (1853- 1856). Periode setelah perang, BSA terus mengembangkan produknya dan menjadi pemasok kendaraan militer untuk tentara Inggris.
Nah, pada masa itu, mereka memproduksi 126.000 sepeda motor tipe M20 berkapasitas mesin 500 cc. Sepeda motor buatan tahun 1941 inilah yang ikut dibawa pasukan sekutu ke Pematang Siantar. Sepeda motor inilah menjadi becak dan menjadi ikon Kota Pematang Siantar.
Namun alangkah terkejutnya ketika mengelilingi Kota Pematang Siantar, becak BSA sudah jarang ditemui. Dan yang didapati penggantinya motor-motor buatan Jepang produk terkini.
Informasi yang didapat dari kerabat yang tinggal di Kota Pematang Siantar becak BSA sekarang jumlahnya tidak kurang dari 200 unit saja. Sebelumnya becak BSA bisa mencapai 800-hingga 1.000 unit.
Tapi bagaimana sebenarnya kehadiran becak BSA ini produk Inggris hingga sampai ke Kota Pematang Siantar.
Di atas sudah disinggung sedikit becak BSA ini menggunakan sepeda motor tipe M20 berkapasitas mesin 500 cc. Kalau anak sekarang biasa menyebutnya motor gede atau moge.
Sebagaimana kita tahu, nilai sejarah BSA ini layak dijunjung sebagai kenangan yang menakjubkan atas perjalanan kota bekas keresidenan ini.
The Birmingham Small Arms Company sebelumnya adalah perusahaan penyuplai persenjataan tentara Inggris selama Perang Crimean (1853- 1856).
Nah setelah periode setelah perang mulai mereda, BSA banting setir dengan mengembangkan produknya dan menjadi pemasok kendaraan militer untuk tentara Inggris. Nah pada kurun waktu itulah perusahaan ini memproduksi 126.000 sepeda motor tipe M20 berkapasitas mesin 500 cc. Sepedamotor buatan tahun 1941 inilah yang ikut dibawa pasukan sekutu ke Pematangsiantar.
Tentara sekutu, termasuk Inggris pun kalah perang. Lalu sepeda motor milik mereka ditinggalkan begitu saja. Namun ada juga pengusaha perkebunan Belanda dan Eropa sebagian memberikan sepeda motor itu secara cuma-cuma kepada warga pribumi. Masa itu tahun 1950-an, sepedamotor BSA konon terbiarkan seperti barang rongsokan, tidak terpakai.
Lantas muncul ide warga setempat memberdayakannya sebagai mesin penarik becak. Tak hanya BSA, sepeda motor tua lain seperti Norton, Triumph, dan BMW juga dimanfaatkan ketika itu. Tapi hanya BSA yang cocok dan efisien mengarungi topografi Siantar yang berbukit-bukit, lolos dari seleksi alam.
Setelah para pionir becak Siantar berhasil meningkatkan daya guna sepeda motor BSA, banyak orang kemudian mencarinya dan memburunya ke berbagai daerah, sebab harganya sangat murah.
Konon, orang-orang Siantar mencari BSA ini hingga ke Medan, Asahan, Deliserdang, Rantauprapat bahkan ke Riau. Hasilnya, kurang lebih 2.000 unit becak BSA sudah berada di Siantar pada periode 80-an hingga 90-an.
Sejak itu, Siantar terkenal sebagai gudangnya sepeda motor BSA, menjadi legenda.Namun ternyata banyak kolektor berburu BSA ke kota ini, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, bahkan dari negara asalnya, Birmingham, Inggris.
Gelombang aksi jual-beli inipun berlangsung dasyat, sehingga dalam rentang waktu 10 tahun sejak 1990, jumlah becak BSA di Siantar kembali ciut tajam.Konon tahun 2000-an sudah turun lagi ke angka 600-an unit. Bahkan kini info yang diterima hanya tersisa 200 unit saja.
Untuk merawat motor tua becak Sintar ini memang tidaklah gampang karena perlu keahlian khusus merawat motor tua. Suku cadangnya sudah tidak diproduksi lagi dan bahkan pabriknya sudah tidak ada lagi sehingga bila diperlukan dibuat di bengkel las-bubut ataupun dengan memodifikasi suku cadang motor atau mobil yang bisa dipakai sebagai substitusi.
Info yang diterima ada lima bengkel dan dua orang yang dianggap berjasa terus melestarikan becak Siantar. Yakni Bengkel Handayani, bengkel milik Syafii Leo, bengkel Rahayu, bengkel milik Mbah Sari, dan bengkel bubut milik Rohim. Dua lainnya adalah bengkel khusus dinamo BSA milik Tikno dan bengkel milik Yadi di daerah Karangsari.
Mereka ini bisa dibilang bukan lagi pekerja bengkel, tetapi seniman ukir besi. Perusahaan BSA yang sudah tak lagi memproduksi sparepart motor tersebut sejak lama. Namun di tangan orang-orang ini, sepeda motor BSA bisa bertahan di Pematang Siantar.
Kini becak BSA atau becak Siantar sudah menjadi ikon Kota Pematang Siantar. Bagi yang berkesempatan datang ke kota ini, sempatkanlah menunpangi becak ini dan berkeliling Kota Pematang Siantar sebelum becak BSA ini benar-benar sudah tidak ada lagi.
(vhs)