Kisah Makam Pahlawan Tak Dikenal di Sekitar Pusdiklatpassus Batujajar
A
A
A
Kawasan Batujajar di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, merupakan salah satu daerah militer yang cukup dikenal dan disegani. Ini dikarenakan di kawasan tersebut terdapat markas grup sekaligus Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (Pusdiklatpassus).
Sejarah panjang berdirinya Pusdiklatpassus di kawasan Batujajar memang tidak bisa dilepaskan dari perjalanan bangsa ini sejak era penjajahan. Bahkan, sebagai penghormatan kepada Komandan Pertama Kopassus saat itu, Idjon Djanbi mantan Kapten KNIL Belanda kelahiran Kanada, yang memiliki nama asli Kapten Rokus Bernardus Visser, namanya diabadikan menjadi nama gedung di Markas Kopassus Batujajar.
Entah apa yang istimewa dari daerah dan kawasan di bagian selatan KBB itu. Sebab, jika merunut kepada proyek ambisius dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels yang menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda selama tiga tahun (1808-1811) dengan proyek Jalan Anyer-Panarukan, rute jalan tersebut membentang dari barat ke timur. Sementara, kawasan Batujajar adalah jalan yang membentang ke wilayah selatan.
Kendati begitu, kawasan Batujajar, Cililin, hingga ke Ciwidey atau Cipatat Rajamandala, diyakini merupakan salah satu daerah strategis di masa perang kemerdekaan. Terbukti, banyak catatan sejarah dan peninggalan zaman Belanda yang masih bisa dilihat hingga kini. Salah satunya adalah keberadaan tugu makam pahlawan tak dikenal yang berada di Kampung Warung Pulus RT 04/14, Desa Batujajar Barat, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat.
Makam pahlawan tak dikenal itu merupakan para pahlawan yang gugur dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan serta daerah yang saat ini dijadikan Markas Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Markas itu awalnya menjadi markas Belanda dan coba dipertahankan sebagai aset bangsa. Lokasi makam saat ini adalah pindahan karena awalnya berada di lahan yang terkena proyek genangan Waduk Saguling.
Tidak ada data pasti berapa pejuang bangsa ini yang kala itu bertaruh nyawa dan gugur di medan pertempuran di kawasan sekitar Batujajar-Saguling. Awalnya, makam para prajurit yang gugur cukup banyak, tapi karena lahannya terkena proyek Waduk Saguling pada tahun 1984, makam dipindahkan. Namun, makam yang dipindahkan secara simbolis itu hanya belasan yang menempati lahan seluas 400 meter persegi.
Berdasarkan catatan sejarah yang dirangkum dari beberapa literasi, jasad pahlawan itu di antaranya merupakan anggota Tentara Republik Indonesia (TRI) yang ikut berjuang pascakemerdekaan RI (1946-1949), pada masa perpindahan kekuasaan. Masa itu sejalan dengan peristiwa Bandung Lautan Api (BLA) 24 Maret 1946.
Tangsi Batujajar yang semula diduduki Resimen 9 yang dipimpin Letnan Kolonel Gandawijaya diperintahkan pindah ke daerah Cililin. Sungai Citarum dijadikan sebagai garis demarkasi atas instruksi Kolonel AH Nasution selaku Panglima Komandomen Siliwangi.
Setiap Peringatan Hari Pahlawan 10 November, Pemkab Bandung Barat selalu mengadakan tabur bunga di taman makam pahlawan tak dikenal ini. Saat menjabat Bupati Bandung Barat, Abubakar selalu memimpin Muspika dan Muspida untuk melaksanakan upacara dan mengheningkan cipta di tempat ini. Pemkab Bandung Barat pun terus berupaya menginventarisasi jejak sejarah siapa-siapa pahlawan yang gugur di kawasan Batujajar.
"Para pahlawan ini pernah berjuang mempertahankan markas tentara yang sekarang menjadi Markas Kopassus. Ketika meninggal, mereka dimakamkan di daerah sekitar Batujajar yang sekarang menjadi Waduk Saguling," kata penunggu sekaligus pemelihara makam pahlawan ini, Lilis Sumarni (38), kepada SINDOnews.
Dia mengungkapkan, awalnya ada sembilan makam pahlawan tak dikenal yang ada di kompleks makam ini. Namun, seiring berjalan waktu ada beberapa makam yang juga turut dimakamkan bersebelahan dengan makam yang lebih dulu dipindahkan. Meskipun tidak ada nama, tapi dalam momen tertentu ada beberapa keluarga yang datang untuk tabur bunga. Sedangkan acara tingkat kabupaten biasanya pada saat momen peringatan Hari Pahlawan atau HUT RI 17 Agustus.
Dirinya berharap tugu makam pahlawan tak dikenal itu bisa terus dijaga dan dirawat, karena memiliki nilai sejarah yang memang tidak dimiliki oleh daerah lain. Semoga dengan setiap tahunnya dilaksanakan tabur bunga bersama tokoh masyarakat dan lembaga pemerintah sebagai bentuk kepedulian terhadap para pejuang, dapat membangkitkan cinta generasi muda kepada Tanah Air.
"Semoga tugu makam pahlawan ini terus lestari dan dijaga oleh generasi yang akan datang," ujarnya.
Sejarah panjang berdirinya Pusdiklatpassus di kawasan Batujajar memang tidak bisa dilepaskan dari perjalanan bangsa ini sejak era penjajahan. Bahkan, sebagai penghormatan kepada Komandan Pertama Kopassus saat itu, Idjon Djanbi mantan Kapten KNIL Belanda kelahiran Kanada, yang memiliki nama asli Kapten Rokus Bernardus Visser, namanya diabadikan menjadi nama gedung di Markas Kopassus Batujajar.
Entah apa yang istimewa dari daerah dan kawasan di bagian selatan KBB itu. Sebab, jika merunut kepada proyek ambisius dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels yang menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda selama tiga tahun (1808-1811) dengan proyek Jalan Anyer-Panarukan, rute jalan tersebut membentang dari barat ke timur. Sementara, kawasan Batujajar adalah jalan yang membentang ke wilayah selatan.
Kendati begitu, kawasan Batujajar, Cililin, hingga ke Ciwidey atau Cipatat Rajamandala, diyakini merupakan salah satu daerah strategis di masa perang kemerdekaan. Terbukti, banyak catatan sejarah dan peninggalan zaman Belanda yang masih bisa dilihat hingga kini. Salah satunya adalah keberadaan tugu makam pahlawan tak dikenal yang berada di Kampung Warung Pulus RT 04/14, Desa Batujajar Barat, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat.
Makam pahlawan tak dikenal itu merupakan para pahlawan yang gugur dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan serta daerah yang saat ini dijadikan Markas Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Markas itu awalnya menjadi markas Belanda dan coba dipertahankan sebagai aset bangsa. Lokasi makam saat ini adalah pindahan karena awalnya berada di lahan yang terkena proyek genangan Waduk Saguling.
Tidak ada data pasti berapa pejuang bangsa ini yang kala itu bertaruh nyawa dan gugur di medan pertempuran di kawasan sekitar Batujajar-Saguling. Awalnya, makam para prajurit yang gugur cukup banyak, tapi karena lahannya terkena proyek Waduk Saguling pada tahun 1984, makam dipindahkan. Namun, makam yang dipindahkan secara simbolis itu hanya belasan yang menempati lahan seluas 400 meter persegi.
Berdasarkan catatan sejarah yang dirangkum dari beberapa literasi, jasad pahlawan itu di antaranya merupakan anggota Tentara Republik Indonesia (TRI) yang ikut berjuang pascakemerdekaan RI (1946-1949), pada masa perpindahan kekuasaan. Masa itu sejalan dengan peristiwa Bandung Lautan Api (BLA) 24 Maret 1946.
Tangsi Batujajar yang semula diduduki Resimen 9 yang dipimpin Letnan Kolonel Gandawijaya diperintahkan pindah ke daerah Cililin. Sungai Citarum dijadikan sebagai garis demarkasi atas instruksi Kolonel AH Nasution selaku Panglima Komandomen Siliwangi.
Setiap Peringatan Hari Pahlawan 10 November, Pemkab Bandung Barat selalu mengadakan tabur bunga di taman makam pahlawan tak dikenal ini. Saat menjabat Bupati Bandung Barat, Abubakar selalu memimpin Muspika dan Muspida untuk melaksanakan upacara dan mengheningkan cipta di tempat ini. Pemkab Bandung Barat pun terus berupaya menginventarisasi jejak sejarah siapa-siapa pahlawan yang gugur di kawasan Batujajar.
"Para pahlawan ini pernah berjuang mempertahankan markas tentara yang sekarang menjadi Markas Kopassus. Ketika meninggal, mereka dimakamkan di daerah sekitar Batujajar yang sekarang menjadi Waduk Saguling," kata penunggu sekaligus pemelihara makam pahlawan ini, Lilis Sumarni (38), kepada SINDOnews.
Dia mengungkapkan, awalnya ada sembilan makam pahlawan tak dikenal yang ada di kompleks makam ini. Namun, seiring berjalan waktu ada beberapa makam yang juga turut dimakamkan bersebelahan dengan makam yang lebih dulu dipindahkan. Meskipun tidak ada nama, tapi dalam momen tertentu ada beberapa keluarga yang datang untuk tabur bunga. Sedangkan acara tingkat kabupaten biasanya pada saat momen peringatan Hari Pahlawan atau HUT RI 17 Agustus.
Dirinya berharap tugu makam pahlawan tak dikenal itu bisa terus dijaga dan dirawat, karena memiliki nilai sejarah yang memang tidak dimiliki oleh daerah lain. Semoga dengan setiap tahunnya dilaksanakan tabur bunga bersama tokoh masyarakat dan lembaga pemerintah sebagai bentuk kepedulian terhadap para pejuang, dapat membangkitkan cinta generasi muda kepada Tanah Air.
"Semoga tugu makam pahlawan ini terus lestari dan dijaga oleh generasi yang akan datang," ujarnya.
(zik)