Budaya Panji Penjaga Ketangguhan Warisan Seni Nusantara di Tanah Asia
A
A
A
PASURUAN - Budaya Panji, masih mengalir di setiap nadi anak cucu yang lahir di tanah Nusantara, kehadirannya pun diakui Unesco.Sastra lisan yang lahir sejak ratusan silam di Kerajaan Kadiri, dan tumbuh subur di era Kerajaan Majapahit tersebut, telah menyebar ke seluruh wilayah Asia Tenggara.
Cerita Panji, yang menghadirkan nilai-nilai kemanusiaan dan menjadi budaya bersama di kawasan Asia Tenggara, membentang dari Indonesia, Malaysia, Thailand, hingga Kamboja.
Hadirnya Budaya Panji di zaman modern, dengan berbagai keragamannya di Asia Tenggara, dapat disaksikan kembali dalam Festival Panji Internasional, yang pembukaannya digelar di Taman Candra Wilwatikta, Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, pada Minggu (1/7) malam.
Para seniman dari berbagai wilayah di Jawa Timur, mampu berkolaborasi dengan seniman dari Thailand, dan Kamboja. Mereka menampilkan keagungan, keindahan, dan nilai-nilai kemanusiaan dalam gerak tarian, dan tembang.
Ratusan warga, begitu antusias menyaksikan pagelaran Budaya Panji di panggung yang spektakuler. “Kita populerkan Budaya Panji, sebagai obyek wisata seni dan pengetahuan bagi masyarakat,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Timur, Jarianto.
Festival ini sebagai salah satu langkah untuk merevitalisasi, dan mereaktualisasikan Budaya Panji di tengah masyarakat. Budaya Panji, memiliki banyak keberagaman, karena selama ratusan tahun telah berkembang ke seluruh wilayah Nusantara, hingga Asia Tenggara.
Kegiatan Festival Panji Internasional ini, digelar di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di Bali, Yogjakarta, dan berakhir di Jakarta. “Di Jawa Timur, sendiri, festival ini digelar di Kabupaten Pasuruan, dilanjutkan di Kota Malang, Kabupaten Tulungagung, dan di Kabupaten Kediri, yang merupakan pusat awal munculnya Budaya Panji,” tegasnya.
Dalam acara pembukaan Festival Panji Internasional di Taman Candra Wilwatikta, berbagai kesenian yang mengakar kepada Budaya Panji, ditampilkan secara spektakuler. Yakni, dibukan dengan penampilan Tari Singo Ulung, dari Desa Blimbing, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, yang menggambarkan tentang tokoh Jukseng, yaitu pemimpin yang bijak dan mengayomi masyarakat.
Pertunjukan semakin semarak, dengan tampilan ratusan pelajar SMP Negeri 2 Pandaan, yang menghadirkan Tari Pasuruan Gumuyu. Gerak lincah para penari remaja ini, sangat memukau para penonton yang hadir.
Tari dengan gerakan lugas dan tegas, juga ditampilkan para seniman dari Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Mereka menampilkan Tari Turangga Yaksa. Yakni, menggambarkan seorang kesatria pengayom rakyat, dan penegak keadilan yang menunggangi kuda perkasa.
Sajian tarian berakar pada Budaya Panji, semakin semarak dengan hadirnya tarian dari Kamboja, dan Thailand, yang langsung dibawakan oleh penari aslinya. Dari Kamboja, hadir penari-penari cantik yang membawakan Cambodian Women Dance.
Sementara, dari Thailand, langsung menghadirkan kolaborasi tiga tarian yang mewakili beberada daerah di Negeri Gajah Putih tersebut. Yakni, Si-Nuan Dance; Sukhothai Dance; dan Taree Gee-Pus Dance. Tarian-tarian tersebut, mengakar pada Budaya Panji, yang penuh nilai-nilai kebajikan.
Kolaborasi cantik, juga ditunjukkan para seniman muda Jawa Timur, yang membawakan tari kolosal denga judul Nyawiji. Tarian yang menghadirkan Tari Topeng Gunungsari tersebut, menggambarkan keagungan Budaya Panji, yang sejak dahulu mengalir di tengah rakyat, melalui dongeng.
Pagelaran dalam pembukaan festival tersebut, ditutup dengan pertunjukan drama kolosal berjudul Kidung Panji Semirang, yang diproduksi oleh Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya.
Drama ini, bercerita tentang kisah asmara dua sejoli yang dialiri dara pemimpin. Mereka menjalankan berbagai berbagai pengembaraan, dan pertapaan, untuk mewujudkan cita-cita luhur memimpin bangsa yang berkeadilan, melindungi, dan menyejahterakan rakyatnya.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Ahmad Sukardi mengatakan, Budaya Panji harus terus dilestarikan, direvitalisasi, dan diaktualisasikan dalam kehidupan masyarakat. “Isinya, banyak mengandung kebajikan, dan budi luhur. Sehingga harus ditanamkan pada generasi kita,” ungkapnya.
Budaya Panji, diakuinya sebagai bentuk kekuatan budaya Nusantara, dan telah tumbuh di berbagai kawasan Asia Tenggara. Melalui seni dan kebudayaan, Indonesia, mampu mempengaruhi dunia internasional.
Senada dengan hal tersebut, Direktur Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Restu Gunawan mengatakan, festival ini digelar untuk merayakan Panji yang telah ditetapkan Unesco sebagai warisan budaya dunia.
Budaya Panji, diakuinya sebagai kekuatan diplomasi kebudayaan yang terbangun sejak nenek moyang tanah Nusantara. “Panji, ada di mana-mana. Mulai relief candi, topeng, hingga cerita dongeng. Kita bisa membangun gerakan literasi keluarga, dengan menghidupkan dongeng tentang Panji, kepada anak-anak kita, sehingga tertanam nilai-nilai kebaikan,” kata dia.
Cerita Panji, yang menghadirkan nilai-nilai kemanusiaan dan menjadi budaya bersama di kawasan Asia Tenggara, membentang dari Indonesia, Malaysia, Thailand, hingga Kamboja.
Hadirnya Budaya Panji di zaman modern, dengan berbagai keragamannya di Asia Tenggara, dapat disaksikan kembali dalam Festival Panji Internasional, yang pembukaannya digelar di Taman Candra Wilwatikta, Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, pada Minggu (1/7) malam.
Para seniman dari berbagai wilayah di Jawa Timur, mampu berkolaborasi dengan seniman dari Thailand, dan Kamboja. Mereka menampilkan keagungan, keindahan, dan nilai-nilai kemanusiaan dalam gerak tarian, dan tembang.
Ratusan warga, begitu antusias menyaksikan pagelaran Budaya Panji di panggung yang spektakuler. “Kita populerkan Budaya Panji, sebagai obyek wisata seni dan pengetahuan bagi masyarakat,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Timur, Jarianto.
Festival ini sebagai salah satu langkah untuk merevitalisasi, dan mereaktualisasikan Budaya Panji di tengah masyarakat. Budaya Panji, memiliki banyak keberagaman, karena selama ratusan tahun telah berkembang ke seluruh wilayah Nusantara, hingga Asia Tenggara.
Kegiatan Festival Panji Internasional ini, digelar di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di Bali, Yogjakarta, dan berakhir di Jakarta. “Di Jawa Timur, sendiri, festival ini digelar di Kabupaten Pasuruan, dilanjutkan di Kota Malang, Kabupaten Tulungagung, dan di Kabupaten Kediri, yang merupakan pusat awal munculnya Budaya Panji,” tegasnya.
Dalam acara pembukaan Festival Panji Internasional di Taman Candra Wilwatikta, berbagai kesenian yang mengakar kepada Budaya Panji, ditampilkan secara spektakuler. Yakni, dibukan dengan penampilan Tari Singo Ulung, dari Desa Blimbing, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, yang menggambarkan tentang tokoh Jukseng, yaitu pemimpin yang bijak dan mengayomi masyarakat.
Pertunjukan semakin semarak, dengan tampilan ratusan pelajar SMP Negeri 2 Pandaan, yang menghadirkan Tari Pasuruan Gumuyu. Gerak lincah para penari remaja ini, sangat memukau para penonton yang hadir.
Tari dengan gerakan lugas dan tegas, juga ditampilkan para seniman dari Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Mereka menampilkan Tari Turangga Yaksa. Yakni, menggambarkan seorang kesatria pengayom rakyat, dan penegak keadilan yang menunggangi kuda perkasa.
Sajian tarian berakar pada Budaya Panji, semakin semarak dengan hadirnya tarian dari Kamboja, dan Thailand, yang langsung dibawakan oleh penari aslinya. Dari Kamboja, hadir penari-penari cantik yang membawakan Cambodian Women Dance.
Sementara, dari Thailand, langsung menghadirkan kolaborasi tiga tarian yang mewakili beberada daerah di Negeri Gajah Putih tersebut. Yakni, Si-Nuan Dance; Sukhothai Dance; dan Taree Gee-Pus Dance. Tarian-tarian tersebut, mengakar pada Budaya Panji, yang penuh nilai-nilai kebajikan.
Kolaborasi cantik, juga ditunjukkan para seniman muda Jawa Timur, yang membawakan tari kolosal denga judul Nyawiji. Tarian yang menghadirkan Tari Topeng Gunungsari tersebut, menggambarkan keagungan Budaya Panji, yang sejak dahulu mengalir di tengah rakyat, melalui dongeng.
Pagelaran dalam pembukaan festival tersebut, ditutup dengan pertunjukan drama kolosal berjudul Kidung Panji Semirang, yang diproduksi oleh Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya.
Drama ini, bercerita tentang kisah asmara dua sejoli yang dialiri dara pemimpin. Mereka menjalankan berbagai berbagai pengembaraan, dan pertapaan, untuk mewujudkan cita-cita luhur memimpin bangsa yang berkeadilan, melindungi, dan menyejahterakan rakyatnya.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Ahmad Sukardi mengatakan, Budaya Panji harus terus dilestarikan, direvitalisasi, dan diaktualisasikan dalam kehidupan masyarakat. “Isinya, banyak mengandung kebajikan, dan budi luhur. Sehingga harus ditanamkan pada generasi kita,” ungkapnya.
Budaya Panji, diakuinya sebagai bentuk kekuatan budaya Nusantara, dan telah tumbuh di berbagai kawasan Asia Tenggara. Melalui seni dan kebudayaan, Indonesia, mampu mempengaruhi dunia internasional.
Senada dengan hal tersebut, Direktur Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Restu Gunawan mengatakan, festival ini digelar untuk merayakan Panji yang telah ditetapkan Unesco sebagai warisan budaya dunia.
Budaya Panji, diakuinya sebagai kekuatan diplomasi kebudayaan yang terbangun sejak nenek moyang tanah Nusantara. “Panji, ada di mana-mana. Mulai relief candi, topeng, hingga cerita dongeng. Kita bisa membangun gerakan literasi keluarga, dengan menghidupkan dongeng tentang Panji, kepada anak-anak kita, sehingga tertanam nilai-nilai kebaikan,” kata dia.
(vhs)