Pastikan ke TPS, Petani Berharap Perbaikan Harga Karet
A
A
A
MURATARA - Kondisi sedikit lebih sepi terpantau di sejumlah desa di Kecamatan Rupit, Muratara, Sumatera selatan. Hampir semua TPS masih sangat sepi, hanya satu atau dua warga yang datang. Warga setempat yang keseharian sebagai petani karet, lebih mendahulukan menyadap pohon karet sebelum ke TPS.
"Mumpung cuaca bagus, kan kalau hujan atau terlalu panas geta karet tidak banyak. Apalagi kalau hujan, tidak bisa menyadap sama sekali. Kalau dipaksa pohon karet rusak dan mati. Tapi milih (nyoblos) tetap, kan sampai siang TPS buka. Jam 11 kita nyoblos," ujar Yudi Umbara, warga Desa Maur, Kecamatan Rupit, Muratara, Sumsel.
Erni, warga Desa Bingin juga mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya, warga sudah mulai pergi ke kebun karet sejak pukul 05.00WIB pagi atau sesudah sholat subuh.
"Kalau harus ke TPS dahulu kan mulainya pukul 07.00 WIB, kapan lagi kita motong (nyadap karet). Selesai nyadap baru nyoblos, tetap milih. Walau pun calon yang dipilih kadang dak peduli dan tau dengan kami wong dusun," ucapnya tertawa sambil menyadap karet di pinggi Jalan Lintas Sumatera di Desa Bingin.
Terkait harapan, keduanya dan juga sejumlah warga lainnya berharap usai dari proses pemilihan dalam Pilkada dan tidak lama lagi atau tahun depan pemilu, harga karet petani membaik.
Karena memang sejak beberapa tahun terakhir, harga karet petani onjlok dan bertahan di kisaran Rp5.000 perkilogram. Padahal pada tahun 2010, harga karet di tingkat petani mencapai di atas Rp20.000 perkilogram. "Kecuali kalu ado calon yang pacak (bisa) naikkan harga karet, kita dahulukan ke TPS baru nyadap. Sekarang nyadap dulu, baru ke TPS," pungkasnya.
"Mumpung cuaca bagus, kan kalau hujan atau terlalu panas geta karet tidak banyak. Apalagi kalau hujan, tidak bisa menyadap sama sekali. Kalau dipaksa pohon karet rusak dan mati. Tapi milih (nyoblos) tetap, kan sampai siang TPS buka. Jam 11 kita nyoblos," ujar Yudi Umbara, warga Desa Maur, Kecamatan Rupit, Muratara, Sumsel.
Erni, warga Desa Bingin juga mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya, warga sudah mulai pergi ke kebun karet sejak pukul 05.00WIB pagi atau sesudah sholat subuh.
"Kalau harus ke TPS dahulu kan mulainya pukul 07.00 WIB, kapan lagi kita motong (nyadap karet). Selesai nyadap baru nyoblos, tetap milih. Walau pun calon yang dipilih kadang dak peduli dan tau dengan kami wong dusun," ucapnya tertawa sambil menyadap karet di pinggi Jalan Lintas Sumatera di Desa Bingin.
Terkait harapan, keduanya dan juga sejumlah warga lainnya berharap usai dari proses pemilihan dalam Pilkada dan tidak lama lagi atau tahun depan pemilu, harga karet petani membaik.
Karena memang sejak beberapa tahun terakhir, harga karet petani onjlok dan bertahan di kisaran Rp5.000 perkilogram. Padahal pada tahun 2010, harga karet di tingkat petani mencapai di atas Rp20.000 perkilogram. "Kecuali kalu ado calon yang pacak (bisa) naikkan harga karet, kita dahulukan ke TPS baru nyadap. Sekarang nyadap dulu, baru ke TPS," pungkasnya.
(nag)