Kamomose, Mencari Jodoh ala Pemuda Buton Tengah
A
A
A
Warga Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara (Sultra), punya tradisi unik untuk mencari jodoh. Tradisi yang dikhususkan bagi muda-mudi yang masih jomblo tersebut dinamakan Kamomose.
Malam hari setelah Lebaran Idul Fitri kemarin, ratusan wanita di Kecamatan Lakudo, Kabupaten Buton Tengah (Buteng), Sultra, berjajar berhadapan. Di tengah-tengah wanita yang berpakaian adat itu terdapat wadah baskom. Di dalam baskom tersebut ada lilin yang menyala.
Sementara, bagi para pemuda yang ingin mengikuti tradisi ini, harus memiliki kacang tanah yang biasanya dijual oleh warga di sekitar tempat pelaksanaan kegiatan.
Ketika sudah memiliki kacang tanah yang dibungkus kantung plastik, para pemuda mengantre dan berkeliling sambil melempar kacang tanah tersebut ke dalam baskom.
Dalam tradisi ini, apabila para pemuda itu tertarik dengan salah satu gadis tersebut, mereka akan melemparkan satu butir kacang goreng ke baskom yang dibawa oleh para wanita tersebut. Nah, setelah itu, akan ada rundingan dengan wanita tersebut dan pihak keluarganya untuk meminta persetujuan. Apabila proses lamaran itu disetujui, perkenalan singkat itu bisa ditingkatkan ke hubungan yang lebih serius.
Asiruddin, salah seorang pemuda yang ikut serta dalam tradisi ini mengatakan, dirinya sengaja mengikuti kegiatan ini bersama teman-temannya untuk mencari jodoh. "Kali aja ada gadis peserta Kamomose yang bisa menjadi jodoh," kata Asiruddin.
Adam, salah satu tokoh masyarakat setempat mengatakan, Kamomose ini jadi ajang untuk mencari jodoh. "Kalau umpanyanya pada saat Kamomose ini didapat seorang wanita, si lelaki ini langsung akan memberitahu keluarganya," ujar Adam.
Untuk diketahui, tradisi Kamomose merupakan tradisi leluhur yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat Kecamatan Lakudo. Kegiatan itu dilaksanakan biasanya ketika seseorang mempunyai hajat. Setelah tercapai hajatnya, ia akan melaksanakan tradisi Kamomose.
Kamomose berasal dari kata 'komomo' dan 'poose ose'. 'Komomo' mengandung makna bunga yang hampir mekar. Sedangkan 'poose ose' artinya berjajar secara teratur.
Jadi, secara harfiah, Kamomose adalah sebuah tradisi para gadis yang menginjak usia akil balig duduk berjajar untuk kemudian dikenalkan kepada pemuda desa. Tradisi ini biasanya diadakan satu tahun sekali, setelah masyarakat setempat merayakan Lebaran Idul Fitri.
Malam hari setelah Lebaran Idul Fitri kemarin, ratusan wanita di Kecamatan Lakudo, Kabupaten Buton Tengah (Buteng), Sultra, berjajar berhadapan. Di tengah-tengah wanita yang berpakaian adat itu terdapat wadah baskom. Di dalam baskom tersebut ada lilin yang menyala.
Sementara, bagi para pemuda yang ingin mengikuti tradisi ini, harus memiliki kacang tanah yang biasanya dijual oleh warga di sekitar tempat pelaksanaan kegiatan.
Ketika sudah memiliki kacang tanah yang dibungkus kantung plastik, para pemuda mengantre dan berkeliling sambil melempar kacang tanah tersebut ke dalam baskom.
Dalam tradisi ini, apabila para pemuda itu tertarik dengan salah satu gadis tersebut, mereka akan melemparkan satu butir kacang goreng ke baskom yang dibawa oleh para wanita tersebut. Nah, setelah itu, akan ada rundingan dengan wanita tersebut dan pihak keluarganya untuk meminta persetujuan. Apabila proses lamaran itu disetujui, perkenalan singkat itu bisa ditingkatkan ke hubungan yang lebih serius.
Asiruddin, salah seorang pemuda yang ikut serta dalam tradisi ini mengatakan, dirinya sengaja mengikuti kegiatan ini bersama teman-temannya untuk mencari jodoh. "Kali aja ada gadis peserta Kamomose yang bisa menjadi jodoh," kata Asiruddin.
Adam, salah satu tokoh masyarakat setempat mengatakan, Kamomose ini jadi ajang untuk mencari jodoh. "Kalau umpanyanya pada saat Kamomose ini didapat seorang wanita, si lelaki ini langsung akan memberitahu keluarganya," ujar Adam.
Untuk diketahui, tradisi Kamomose merupakan tradisi leluhur yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat Kecamatan Lakudo. Kegiatan itu dilaksanakan biasanya ketika seseorang mempunyai hajat. Setelah tercapai hajatnya, ia akan melaksanakan tradisi Kamomose.
Kamomose berasal dari kata 'komomo' dan 'poose ose'. 'Komomo' mengandung makna bunga yang hampir mekar. Sedangkan 'poose ose' artinya berjajar secara teratur.
Jadi, secara harfiah, Kamomose adalah sebuah tradisi para gadis yang menginjak usia akil balig duduk berjajar untuk kemudian dikenalkan kepada pemuda desa. Tradisi ini biasanya diadakan satu tahun sekali, setelah masyarakat setempat merayakan Lebaran Idul Fitri.
(zik)