Panik, Takut dan Tak Ingat Barang Bawaan

Sabtu, 12 Mei 2018 - 07:02 WIB
Panik, Takut dan Tak Ingat Barang Bawaan
Panik, Takut dan Tak Ingat Barang Bawaan
A A A
ANGGA ROSA
Boyolali

NAPAS Dedi Sutejo masih tampak tak beraturan Pos New Selo, Kabupaten Boyolali, siang kemarin. Pendaki gunung asal Kota Yogyakarta ini baru saja berhasil turun dari puncak Gunung Merapi, tepatnya di kawasan yang dikenal dengan Pasar Bubrah.

Dedi berungkali mengucap syukur karena akhirnya bisa sampai di Pos New Selo dengan selamat. Dia tak membayangkan, beberapa jam sebelumnya, nyawanya nyaris melayang akibat letusan Gunung Merapi yang datang tiba-tiba sekitar pukul 07.32 WIB. Berada hanya beberapa meter dengan kawah puncak, membuat jiwanya sangat terancam. Beruntung, awan erupsi tidak turun ke lereng kawah atau biasa disebut wedhus gembel. Awan besar yang membubung tinggi tersebut terus menuju ke atas hingga mencapai ketinggian sekitar 5 kilometer (km). “Kami panik dan langsung berlari menuju jalur pendakian dan turun," kata Dedi.

Sebelum mereka melakukan pendakian, sama sekali tidak tersiar kabar mengenai aktivitas vulkanik terkini gunung yang berada di wilayah Kabupaten Boyolali, Magelang (Jawa Tengah) dan Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta) itu.

Jalur pendakian juga dibuka untuk umum dan pendaki diperbolehkan naik ke kawasan puncak gunung yang memiliki ketinggian sekitar 2.930 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini. Bahkan sebelum terjadi letusan freatik, kemarin, secara visual kondisi di kawasan puncak Gunung Merapi juga tidak terlihat adanya gejala vulkanik atau kegiatan gunung api lainnya.

Namun mendadak sekitar pukul 07.32 WIB Gunung Merapi meletus freatik. Kawasan puncak bergetar dan muncul asap tebal berwarna putih dari kawah. Kepulan asap langsung membesar dan membumbung tinggi ke udara hingga mencapai ketinggan sekitar 5.500 meter.

Tak pelak, Dedi dan sejumlah pendaki yang berada di kawasan puncak Gunung Merapi panik dan ketakutan. Mereka takut dan khawatir tidak bisa menyelamatkan diri saat melihat awan besar yang keluar tiba-tiba dari kawah. Tanpa pikir panjang, mereka pun langsung berhamburan sambil membawa barang bawaan sebisanya. Rombongan kemudian menuju jalur pendakian dan berlari turun. "Beberapa menit sebelum terjadi letusan, saya dan rombongan sebanyak enam orang sudah selesai packing dan persiapan turun. Tiba-tiba asap putih tebal muncul dari kawah Merapi," kata Dedi.

Beberapa menit sebelumnya, dia tidak melihat dan merasakan tanda-tanda bahwa Gunung Merapi akan meletus. Bahkan saat terjadi letusan, para pendaki yang ngecamp di Pasar Bubrah pun tidak merasakan getaran.

Karena diliputi kepanikan, ada sejumlah pendaki yang terjatuh saat melewati jalan yang terjal. Akibatnya mereka mengalami luka-luka. Bahkan sebagian pendaki kakinya terkilir karena berlari saat berupaya menyelamatkan diri. Sebagian pendali lain juga tak sempat membawa semua barang bawaan. "Saat itu, yang ada di pikiran hanya menyelamatkan diri. Saya langsung berlari ke jalur pendakian dan turun. Alhamdulillah saya dan rombongan bisa turun dengan selamat," ujarnya.

Letusan freatik Merapi juga sempat diabadikan Sopan Pangestu, pendaki yang juga mahasiswa Univesitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Dalam rekaman video yang dibuat Sopan, tampak sebelum terjadi letusan ada dua rekannya sedang memasak sayur di Pasar Bubrah. Seorang temannya perempuan terlihat mengemasi barang-barang dan seorang pendaki lelaki lain sedang berjalan-jalan.

Saat Sopan tengah merekam aktivitas teman-temannya, terlihat seorang pendaki kaget mengetahui ada kepulan asap dari kawah Gunung Merapi dan berteriak erupsi. Saat itu, Sopan langsung mengarahkan kamera ponselnya ke kepulan asap dan meminta semua temannya untuk berlindung. Sempat kaget dan bingung, Sopan dan teman-temannya pun panik lantas berlindung di balik bebatuan serta sebuah pohon. Selanjutnya mereka berlari turun untuk menyelamatkan diri.

Berdasarkan data di Pos New Selo, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, jumlah pendaki yang tersebar di pos pendakian, Pasar Bubrah hingga kawasan puncak Gunung Merapi mencapai 160 orang. Semua pendaki bisa turun dengan selamat melalui jalur pendakian Selo, Kabupaten Boyolali. Akibat terjatuh saat berlari menyelamatkan diri, ada belasan pendaki yang mengalami luka ringan. "Semua pendaki sudah turun. Rombongan pendaki terakhir sampai di Pos New Selo sekitar pukul 15.00 WIB. Jumlahnya lima orang," kata Kasi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali Kurniawan Fajar Prasetyo.

Lima orang pendaki yang terakhir tiba di Pos New Selo berasal dari Karanganyar dan Sragen. Mereka turun dari puncak Gunung Merapi secara berlahan karena harus memapah salah satu temannya, yakni Danang Aji yang terluka karena terjatuh di puncak.

Sesampainya di Selo, Danang Aji langsung dibawa ke Posko Kesehatan untuk diperiksa kondisinya. Danang mengalami luka lecet dan memar di beberapa bagian tubuhnya, antara lain di kepala bagian belakang, tangan dan kaki. Setelah mengetahui luka yang diderita Danang, petugas medis langsung melakukan penanganan medis. "Kami langsung panik setelah mengetahui Gunung Merapi meletus. Kami langsung berlari turun secepatnya. Di tengah perjalanan teman saya terjatuh hingga terluka," ujar Riski, pendaki satu rombongan dengan Danang.

Kasi Surveilance Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Teguh Tri Kuncoro mengatakan, jumlah pendaki yang terluka luka akibat terjatuh saat menyelamatkan diri jumlahnya belasan orang.

Erupsi freatik Merapi kemarin menyebabkan Bandara Internasional Adi Sutjipto ditutup sejak pukul 10.25 WIB hingga 14.17 WIB. Penumpukan ribuan penumpang pun tak terhindarkan. "Penutupan landasan siang ini dilakukan karena adanya dampak hujan abu vulkanik akibat rrupsi Freatik Merapi," terangnya General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta Agus Pandu Purnama.

Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan, erupsi tidak menimbulkan dampak buruk yang luas. Pasalnya, erupsi terjadi akibat aktivitas uap dan gas di perut gunung (freatik). Erupsi juga diprediksi tidak akan menimbulkan erupsi dan gempa susulan serta radius semburannya pun tidak akan terlalu jauh dari pusat erupsi. "Biasanya erupsi freatik itu tidak ada susulan. Sesaat, habis itu hilang lagi," ujar Kepala PVMBG Kasbani di Bandung, kemarin.(Suharjono/Ary Wahu/Priyo S/Agung Bakti Sarasa)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3827 seconds (0.1#10.140)