Nelayan di Indramayu Keluhkan Abrasi ke Ridwan Kamil
A
A
A
INDRAMAYU - Nelayan di Desa Dadap, Indramayu mengeluhkan persoalan abrasi, pengikisan pantai oleh gelombang dan arus laut yang bersifat merusak. Perusakan itu mencapai antara 15-20 meter. Mereka berharap kandidat Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil dapat membuat program untuk menahan abrasi.
"Garis pantai sudah hilang karena terkikis abrasi, bahkan abrasi sudah mendekati pemukiman warga. Kami ingin Pak Ridwan Kamil dapat membantu nelayan membuatkan tanggul penahan abrasi atau program yang lain untuk mengurangi abrasi," kata Kasiwan, warga setempat saat berdialog dengan Kang Emil, sapaan akrab Wali Kota Bandung, di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Dadap, Selasa (24/4/2018).
Ditanya cara mengatasi abrasi itu, Kang Emil menjawab, paling sederhana dipasang tanggul batu alam, seperti yang sudah dilakukan oleh masyarakat setempat. Selain abrasi, nelayan juga mengeluhkan soal budidaya garam yang menjadi potensi desa itu, tapi masih dikelola secara konvensional sehingga kurang berkembang.
"Kalau tidak ada matahari, maka kami tidak produksi garam. Kami ingin Pak Ridwan Kamil bawa teknologi ke desa kami, agar garam bisa diproduksi terus tanpa harus mengandalkan matahari dan tanpa membutuhkan lahan yang banyak," kata Yudi, guru honorer yang juga petani garam.
Menanggapi itu, Kang Emil menyatakan, untuk mengatasai krisis ekologis seperti abrasi, dibutuhkan dana yang cukup besar. "Saya kira ini harus jadi prioritas tapi pasti enggak murah karena meng-cover belasan kilometer anti abrasi ini membutuhkan dana besar," kata pemimpin terbaik 2018 versi Majalah Fortune.
Menurut dia, terkait persoalan tersebut, tugas gubernur, jika APBD tidak cukup harus bantu melobi ke Pusat untuk memastikan peradaban nelayan d sini tidak terganggu.
Terkait persoalan garam yang menjadi potensi desa ini adalah masalah kurang modal dan teknologi dan pengelolaan bisnisnya. Untuk itu, Rindu, kata Kang Emil, punya program satu desa, satu perusahaan. Modal untuk program satu desa satu perusahaan akan didukung oleh kredit mesra (Mesjid Sejahtera), yakni kredit tanpa bunga, tanpa agunan, dengan nilai pinjaman maksimal Rp30 juta. Program ini bekerja sama dengan BPR.
"Warga yang mau pinjam tinggal datang ke mesjid, minta rekomendasi ketua DKM. Syaratnya, pinjam Rp5 juta ngajinya 5 juz, yang pinjam Rp30 juta harus khatam Alquran," ucap Wali Kota Terbaik 2017 versi Kemendagri ini.
Usai dialog dengan para nelayan, Kang Emil didampingi Ketua DPD Nasdem Indramayu Eryani Sulam, anggota DPRD Nasdem Indramayu Junaidi, dan Ketua Kelompok Nelayan Dadap, Indramayu Zubedi melihat langsung area kampung yang terkena abrasi di Desa Dadap.
Namun belum sampai ke area abrasi, Kang Emil tiba-tiba diserbu puluhan ibu-ibu di desa itu yang antusias untuk berswafoto dengannya. Ibu-ibu itu juga berteriak, "Siji, siji, siji!" sambil mengacungkan jari manisnya. Kang Emil dengan senyuman membalasnya dengan mengacungkan tangannya. Mereka pun minta berfoto bersama.
"Garis pantai sudah hilang karena terkikis abrasi, bahkan abrasi sudah mendekati pemukiman warga. Kami ingin Pak Ridwan Kamil dapat membantu nelayan membuatkan tanggul penahan abrasi atau program yang lain untuk mengurangi abrasi," kata Kasiwan, warga setempat saat berdialog dengan Kang Emil, sapaan akrab Wali Kota Bandung, di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Dadap, Selasa (24/4/2018).
Ditanya cara mengatasi abrasi itu, Kang Emil menjawab, paling sederhana dipasang tanggul batu alam, seperti yang sudah dilakukan oleh masyarakat setempat. Selain abrasi, nelayan juga mengeluhkan soal budidaya garam yang menjadi potensi desa itu, tapi masih dikelola secara konvensional sehingga kurang berkembang.
"Kalau tidak ada matahari, maka kami tidak produksi garam. Kami ingin Pak Ridwan Kamil bawa teknologi ke desa kami, agar garam bisa diproduksi terus tanpa harus mengandalkan matahari dan tanpa membutuhkan lahan yang banyak," kata Yudi, guru honorer yang juga petani garam.
Menanggapi itu, Kang Emil menyatakan, untuk mengatasai krisis ekologis seperti abrasi, dibutuhkan dana yang cukup besar. "Saya kira ini harus jadi prioritas tapi pasti enggak murah karena meng-cover belasan kilometer anti abrasi ini membutuhkan dana besar," kata pemimpin terbaik 2018 versi Majalah Fortune.
Menurut dia, terkait persoalan tersebut, tugas gubernur, jika APBD tidak cukup harus bantu melobi ke Pusat untuk memastikan peradaban nelayan d sini tidak terganggu.
Terkait persoalan garam yang menjadi potensi desa ini adalah masalah kurang modal dan teknologi dan pengelolaan bisnisnya. Untuk itu, Rindu, kata Kang Emil, punya program satu desa, satu perusahaan. Modal untuk program satu desa satu perusahaan akan didukung oleh kredit mesra (Mesjid Sejahtera), yakni kredit tanpa bunga, tanpa agunan, dengan nilai pinjaman maksimal Rp30 juta. Program ini bekerja sama dengan BPR.
"Warga yang mau pinjam tinggal datang ke mesjid, minta rekomendasi ketua DKM. Syaratnya, pinjam Rp5 juta ngajinya 5 juz, yang pinjam Rp30 juta harus khatam Alquran," ucap Wali Kota Terbaik 2017 versi Kemendagri ini.
Usai dialog dengan para nelayan, Kang Emil didampingi Ketua DPD Nasdem Indramayu Eryani Sulam, anggota DPRD Nasdem Indramayu Junaidi, dan Ketua Kelompok Nelayan Dadap, Indramayu Zubedi melihat langsung area kampung yang terkena abrasi di Desa Dadap.
Namun belum sampai ke area abrasi, Kang Emil tiba-tiba diserbu puluhan ibu-ibu di desa itu yang antusias untuk berswafoto dengannya. Ibu-ibu itu juga berteriak, "Siji, siji, siji!" sambil mengacungkan jari manisnya. Kang Emil dengan senyuman membalasnya dengan mengacungkan tangannya. Mereka pun minta berfoto bersama.
(rhs)