Hari ini, 1.500 Warga Baduy Turun Gunung Jalani Seba Baduy
A
A
A
SERANG - Sebanyak 1.500 warga Baduy dalam dan luar turun gunung untuk memulai ritual seba baduy yang dijalankan satu tahun sekali Jumat (20/4/2018). Rencananya, warga baduy akan bersilaturahmi dengan kepala daerah yang akan dilalui.
Tradisi Seba Baduy merupakan ritul adat dengan membawa pesan luhur dan keikhlasan untuk disampaikan. Sebab perjuangan warga baduy, khususnya baduy dalam akan berjalan sekitar 115 kilometer tanpa alas kaki dan membawa hasil bumi dari Desa Kanekes, Kecamatan Luwidamar, Kabupaten Lebak, menuju Pendopo Gubernur Banten.
Kabid Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten Ujang Rafiudin mengatakan, Seba Baduy merupakan upacara adat untuk bertemu dengan Bapak Gede atau Gubernur Banten Wahidin Halim menyampaikan unek-uneknya dan memberikan hasil bumi.
"Tahun ini akan ada 1.500 warga baduy. Hari ini warga baduy mulai berangkat bertemu dengan Bupati Lebak, Pandglang, Serang dan malam puncaknya akan diterima langsung oleh pak Gubenur di Pendopo Lama," kata Ujang, Jumat (20/4/2018).
Sementara itu, Kepala Adat Urusan Pemerintah Jaro Saija mengatakan, seba baduy tahun ini akan menyampaikan laporan pelestarian alam yang sudah dilakukan. "Kita juga akan menyampaikan pesan-pesan agar pemerintah membantu menjaga keharmonisan antara manusia dan alam," katanya.
Selain itu, warga Baduy juga akan menagih janji pemerintah daerah terkait pencantuman kepercayaan dalam KTP. Sebab, selama ini KTP khususnya bagi warga Baduy memang dikosongkan tanpa pencantuman agamanya.
Perayaan Seba, menurut warga Baduy, merupakan peninggalan leluhur tetua (Kokolot) yang harus dilaksanakan sekali dalam setiap tahun sejak zaman Kesultanan Banten. Ritual Seba digelar setelah musim panen dan menjalani ritual Kawalu selama tiga bulan. Pada saat ritual Kawalu, wisatawan dilarang memasuki wilayah Baduy Dalam di tiga kampung.
Istilahnya yang turun temurun di dengungkan oleh warga Baduy, lojor teu meunang diteukteuk, pendek teu menang disambung (panjang tak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung atau ajaran kejujuran dan apa adanya).
Tradisi Seba Baduy merupakan ritul adat dengan membawa pesan luhur dan keikhlasan untuk disampaikan. Sebab perjuangan warga baduy, khususnya baduy dalam akan berjalan sekitar 115 kilometer tanpa alas kaki dan membawa hasil bumi dari Desa Kanekes, Kecamatan Luwidamar, Kabupaten Lebak, menuju Pendopo Gubernur Banten.
Kabid Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten Ujang Rafiudin mengatakan, Seba Baduy merupakan upacara adat untuk bertemu dengan Bapak Gede atau Gubernur Banten Wahidin Halim menyampaikan unek-uneknya dan memberikan hasil bumi.
"Tahun ini akan ada 1.500 warga baduy. Hari ini warga baduy mulai berangkat bertemu dengan Bupati Lebak, Pandglang, Serang dan malam puncaknya akan diterima langsung oleh pak Gubenur di Pendopo Lama," kata Ujang, Jumat (20/4/2018).
Sementara itu, Kepala Adat Urusan Pemerintah Jaro Saija mengatakan, seba baduy tahun ini akan menyampaikan laporan pelestarian alam yang sudah dilakukan. "Kita juga akan menyampaikan pesan-pesan agar pemerintah membantu menjaga keharmonisan antara manusia dan alam," katanya.
Selain itu, warga Baduy juga akan menagih janji pemerintah daerah terkait pencantuman kepercayaan dalam KTP. Sebab, selama ini KTP khususnya bagi warga Baduy memang dikosongkan tanpa pencantuman agamanya.
Perayaan Seba, menurut warga Baduy, merupakan peninggalan leluhur tetua (Kokolot) yang harus dilaksanakan sekali dalam setiap tahun sejak zaman Kesultanan Banten. Ritual Seba digelar setelah musim panen dan menjalani ritual Kawalu selama tiga bulan. Pada saat ritual Kawalu, wisatawan dilarang memasuki wilayah Baduy Dalam di tiga kampung.
Istilahnya yang turun temurun di dengungkan oleh warga Baduy, lojor teu meunang diteukteuk, pendek teu menang disambung (panjang tak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung atau ajaran kejujuran dan apa adanya).
(wib)